Oleh: Prita Laura, Mahasiswa S1 biologi universitas andalas
Kabupaten Berau di Kalimantan Timur dengan bangga melestarikan 75% lahannya sebagai hutan hujan tropis dan lingkungan laut yang kaya keanekaragaman hayati di Segitiga Terumbu Karang melalui kemitraan strategis dengan Yayasan Konservasi Nusantara (YKAN) untuk periode 2025-2030. Kolaborasi ini, yang telah aktif selama lebih dari dua puluh tahun sejak 2002, mendorong pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, dan pemberdayaan masyarakat lokal, menjadikan Berau sebagai model pembangunan hijau yang menyeimbangkan konservasi dengan kesejahteraan ekonomi. Berau lebih dari sekadar wilayah administratif di ujung timur Kalimantan; wilayah ini berfungsi sebagai benteng vital bagi ekosistem tropis yang unik. Sekitar 75% dari total luas daratannya meliputi ribuan hektar hutan primer dan sekunder yang belum terganggu menyediakan habitat bagi spesies tumbuhan dan hewan endemik yang tak terhitung jumlahnya, termasuk orangutan, bekantan, dan burung cendrawasih. Wilayah ini juga memiliki formasi karst Sangkulirang Mangkalihat, yang berpotensi menjadi taman geopark global, dengan gua-gua purba yang menyimpan bukti sejarah alam jutaan tahun.
Berau merupakan komponen penting dari Segitiga Terumbu Karang Dunia, yang terletak di pesisir dan memiliki keanekaragaman terumbu karang terbesar di dunia, mencakup 75% dari seluruh spesies karang di dunia. Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Derawan (KKP3K-KDPS) seluas 2,855 juta hektar mencakup 17.704 hektar hutan bakau, 1.808 hektar padang lamun, dan terumbu karang yang mendukung 397 spesies biota laut yang berharga, seperti penyu hijau, dugong, dan ikan endemik yang terancam punah. Konservasi sangat penting di sini karena bahaya seperti deforestasi, pertambangan, dan perubahan iklim, dan kemitraan dengan YKAN menawarkan solusi berbasis sains. Ketika YKAN masih berfungsi sebagai The Nature Conservancy (TNC) Indonesia, YKAN mulai bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Berau pada tahun 2002.
Mitra ini telah berkontribusi pada pengelolaan hutan lestari, konservasi keanekaragaman hayati, dan inisiatif tata kelola pesisir-laut selama 23 tahun. Penandatanganan perjanjian bersama baru-baru ini di Hotel Mercure Tanjung Redeb pada tanggal 13 Oktober 2025, memperpanjang perjanjian untuk periode 2025–2030, dengan penekanan pada pembangunan rendah karbon.
Kami ingin Berau menjadi contoh kabupaten yang menyeimbangkan antara pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi, di mana hutan tetap hijau, laut tetap biru, dan penduduknya sejahtera," ujar Bupati Berau, Sri Juniarsih. Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto, juga mengatakan bahwa inisiatif-inisiatif ini harus memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang nyata bagi masyarakat.
Hasil nyata selama lima tahun terakhir meliputi bantuan keuangan sebesar Rp30,8 miliar (Rp390 juta per desa) kepada 77 desa dan dua kelurahan, serta bantuan antara Rp50 hingga Rp70 juta kepada 15 kelompok masyarakat lingkungan.
Salah satu pilar utamanya adalah perhutanan sosial. Saat ini, 31 kelompok masyarakat mengelola 63.000 hektar hutan, termasuk 1.600 hektar yang baru saja ditambahkan, melalui program-program seperti Akademi Desa Sigap.
Upaya ini tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja lokal.
Di laut, program SOMACORE (Sustainable Management of Coral Reefs) dan Shrimp-Carbon Aquaculture (SECURE) dorong akuakultur berkelanjutan pasca degradasi tambang.
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di Derawan perkuat pengawasan, sementara restorasi mangrove lindungi pesisir dari abrasi dan banjir. Ekowisata jadi andalan: wisata mangrove, snorkeling karang, dan trekking hutan kini hasilkan pendapatan UMKM seperti cokelat batangan, amplang, terasi udang kering, kerajinan rotan, dan batik mangrove yang dipasarkan via platform digital dan gerai Tanjung Redeb.
Meskipun telah mencapai banyak pencapaian, tantangan tetap ada seperti perluasan perkebunan kelapa sawit, penambangan bauksit, dan kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim.
Kolaborasi ini mengatasi permasalahan tersebut melalui kebijakan lokal yang kuat, pemantauan berbasis sains, dan kerja sama lintas sektor antara pemerintah, LSM, entitas swasta, dan kelompok masyarakat adat.
YKAN memungkinkan akses ke pendanaan global, seperti dari Bank Dunia, yang memastikan dampak berskala besar.
Berau bertujuan untuk mencapai status kabupaten rendah karbon, yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, khususnya tujuan 13 (iklim), 14 (lautan), dan 15 (darat).
Dengan 75% hutannya yang terlindungi, Berau menunjukkan bahwa konservasi bukanlah beban, melainkan investasi masa depan.
Kolaborasi antara Berau dan YKAN bukan sekadar kesepakatan di atas kertas, melainkan cetak biru nyata bagi Indonesia untuk mengatasi krisis iklim sekaligus mencapai kesejahteraan yang inklusif.
Di dunia yang mendambakan model-model yang sukses, Berau menunjukkan bahwa hutan hijau dan laut biru dapat menjadi sumber penghidupan yang abadi.
Mari kita dukung upaya ini untuk memastikan bahwa melestarikan Berau berarti menjaga Bumi untuk generasi mendatang.






























0 Comments