Ticker

6/recent/ticker-posts

Peran Sumando di Minangkabau



Oleh : Fajar Rizal Maulana

Sastra Daerah Minangkabau

Universitas Andalas


Minangkabau merupakan sebuah Masyarakat yang menganut sistem kekerabatan Dari garis keturunan ibu, atau di sebut dengan Matrilineal. Orang Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari selalu mengambil contoh pada kehidupan di alam ini termasuk pola hidup manusia. Pepatah Minangkabau :

Alam takambang jadi guru 

Ambiak contoh ka nan sudah, ambiak tuah ka nan manang.

Panakik pisau sirauik

Ambiak galah batang lintabuang

Salodang ambiak ka niru

Satitiak jadikan lauik

Sakapa jadikan gunuang

Alam takambang jadi guru

Dari pepatah adat tadi kita dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Minangkabau menjadikan alam sebagai guru dan mengambil pelajaran dari alam serta mengembangkan apa yang dimiliki guna membangun kehidupan yang lebih baik.

Nilai seorang sumando sekaligus merupakan nilai seorang mamak di luar lingkungannya sosial Rumah Gadang, dikarenakan oleh orang sumando tersebut adalah seorang mamak di rumah gadangnya. Dan sampai sejauh mana sih tingkah lakunya sebagai seorang sumando dalam melakukan perannya. 

Peran sumando di rumah istrinya 

Setiap suami di Minangkabau merupakan sumando di rumah keluarga atau di kampung istrinya. Yang di berikan kedudukan sebagai tamu yang terhormat, kewajiban seorang sumando terletak pada istri dan anak-anaknya yang mana untuk selalu menceritakan dan membesar-besarkan kedudukan seorang mamak rumah kepada anak-anaknya sendiri. Maksudnya ialah seorang ayah (sumando) di rumah istrinya dia mempunyai kewajiban untuk menceritakan kebaikan-kebaikan dan kedudukan mamak rumah kepada anak-anaknya supaya ada rasa sopan santun dan segannya anak tersebut kepada mamak rumahnya baik dalam perkataan maupun perbuatan anak tersebut kepada mamak rumahnya. Dan sumando selalu menunjuk dan mengajari istri dan anak-anaknya untuk selalu meminta pandangan dan bimbingan kepada mamaknya. Kewajiban sumando lainnya ialah ialah mengingatkan kepada anak-anaknya untuk selalu mengunjungi mamak-mamaknya di rumah mertuanya kalau seorang sumando tersebut pisah rumah dan tidak tinggal di dalam rumah gadang bersama keluarga besar istrinya dan membuat rumah sendiri, gunanya agar anak-anaknya tidak lupa siapa mamak-mamaknya.


Peran sumando di masyarakat 

Peran sumando di masyarakat yaitu kalau ada acara-acara adat di kampung istrinya maupun di kampung sumando tersebut akan ada dalam acara tersebut. Seperti acara adat : batagak panghulu, acara pernikahan dan acara adat lainnya. 

Nilai seorang sumando sekaligus merupakan nilai seorang mamak di luar lingkungan sosial rumah gadang, karena orang sumando tersebut adalah juga seorang mamak di rumah gadangnya. Sampai sejauh mana tingkah laku seorang sumando dalam melakukan perannya, orang Minangkabau mengklasifikasikannya sebagai berikut : 

a) Sumando bapak paja atau sumando ayam gadang (ayam besar).

 Maksudnya orang sumando hanya pandai beranak saja seperti ayam besar, sedangkan tanggung jawab kepada anak istrinya tidak ada. 

b) Sumando langau hijau (lalat hijau).

Penampilan gagah dan meyakinkan tetapi perangai tidak baik. Suka kawin cerai dengan meninggalkan anak. Seperti langau hijau suka hinggap di mana-mana dan kemudian terbang meninggalkan bangan (kotoran). Sebutan ini secara kasar untuk rang sumando yang mata keranjang dan hidung belang, istilah Minangnya ialah “Caluang”, lelaki seperti ini biasanya suka merayu gadis dan janda-janda di suatu kampung, membohongi para wanita yang di rayunya, jika rayuannya berhasil ia akan menikahi para wanita yang dirayunya. Akibatnya ia memiliki istri dan anak-anak di mana-mana. 

c) Sumando kacang miang. 

Orang sumando kacang miang punya perangai yang suka memecah-belah kaum keluarga istrinya, seperti kacang miang yang membuat orang gatal-gatal. Sumando ini memiliki sifat iri dengki. Perilaku dan kebiasaannya suka menghasut dan memfitnah. Istilah sekarang populer dengan sebutan provokatorr, dikatakan kacang miang dikarenakan sesuatu yang ditebarkannya membuat pihak lain mengalami gangguan. Ulah dan perilakunya ialah, dia tidak suka kalau ada orang lain melebihi kondisi rumah tangganya, ia sering menciptakan persaingan antara para rang sumando dalam satu kaum itu. Yang sangat membahayakan dari sifatnya yang demikian itu menimbulkan keresahan di dalam kehidupan berkeluarga dan berkaum. Dengan demikian kehidupan pasangan rumah tangga demikian, jika terdapat di dalam rumah gadang akan menimbulkan suasana yang tidak enak atau tidak nyaman.

d) Sumando lapiak buruak (tikar buruk). 

Sumando lapiak buruak (tikar buruk) orang sumando seperti ini tidak menjadi perhitungan di tengah-tengah kaum istrinya. Ibarat tikar buruk hanya dipakai kalau betul-betul diperlukan, kalau tidak perlu, tikar buruk ini tidak digunakan. Lapiak buruak ini ialah sebutan bagi rang sumando yang pemalas, pengangguran, meskipun badannya sehat namun badannya tampak lusuh seperti orang yang renta meskipun ia tidak berpenyakit. Kegiatan seharinya hanya di rumah istrinya duduk bermenung, tidak ada usaha untuk mencari nafkah bagi istri dan anak-anaknya.

e) Sumando kutu dapua. 

Sumando seperti ini banyak di rumah daripada di luar, suka melakukan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh wanita, seperti memasak, mencuci piring, menumbuk lada, menggendong anak dan lain-lain. 

f) Sumando ninik mamak. 

Sumando ninik mamak adalah sumando yang diharapkan oleh keluarga istrinya. Sumando ninik mamak di rumah gadang istrinya akan bersikap nan tahu dikieh kato sampai mengampuangkan nan taserak, mangamehi nan tacicia (tahu dengan kias kata sampai mengapungkan yang terserak, mengemasi yang tercecer). Maksudnya halus budi bahasanya, suka membantu kaum keluarga istrinya. Rang  sumando ini sangat mempunyai wibawa dan disegani karena sifat dan perilakunya yang terpuji. Yang selalu berkata jujur dan perkataan yang di lontarkan selalu benar. Berupaya dan berusaha untuk memenuhi nafkah istri dan anak-anaknya. Rang sumando yang seperti ini akan dijadikan pemimpin dalam keluarga istrinya. Demikian pula di rumah gadang kaumnya ia berfungsi mauleh mano nan putuih, senteng mambilai, kurang manukuak (mangulas mana yang putus, senteng menyambung, kurang menambah). Dengan pengertian dia suka turun tangan dan cepat tanggap menyelesaikan segala persoalan dalam anggota kaumnya. Ia tidak hanya mengurus istri dan anak-anaknya tetapi juga tanggap terhadap kaum istrinya, ia sangat peduli dengan kesulitan-kesulitan kaum, dengan demikian perilakunya di enangi dan di segani. 


Dengan adanya pengklasifikasian orang sumando ini, bagi orang Minangkabau sendiri, terutama bagi laki-laki, akan dapat berpikir jenis manakah yang akan dipakainya seandainya dia kawin dan menjadi sumando di rumah istrinya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS