Ticker

6/recent/ticker-posts

Pengaruh Paparan Hoaks Politik di Media Sosial Terhadap Keaktifan Partisipasi Politik Generasi Muda



Oleh: Muhammad Azka Putra Fada



Fenomena hoaks politik kian marak di media sosial. Targetnya juga berbagai kalangan, khususnya Generasi Z. Informasi palsu seringkali sengaja disebarkan untuk memecah pandangan politik, atau menggiring emosi pengguna tanpa dasar fakta yang jelas. Contohnya, kabar mengenai keterlibatan anak dari salah satu petinggi PKI dalam aksi demonstrasi pada bulan Agustus lalu ternyata tidak benar dan merupakan hoaks.

Paparan hoaks politik tidak hanya membingungkan generasi muda, tetapi juga mengubah cara pandang mereka dalam partisipasi politik. Fenomena hoaks juga menurunkan kepercayaan generasi muda kepada politik dan menjadi faktor pemicu polarisasi. Cara pandang mereka yang semula dari partisipan, kini menjadi apatis atau sinis terhadap politik.

Hoaks juga memberikan dampak tidak langsung ke beberapa kalangan. Terkadang, hoaks juga menjadi pemicu diskusi politik. Beberapa orang menjadi lebih kritis terhadap berita-berita yang beredar. Sehingga, mereka bisa mengetahui berita mana saja yang kredibel.

Media sosial bukan hanya sebatas temlat berbagi informasi, tetapi juga mesin yang digerakkan oleh algoritma. Algoritma ini bekerja berdasarkan minat, interaksi, dan riwayat pencarian seseorang. Akibatnya, pengguna cenderung melihat konten yang sejalan dengan pandangan mereka.

Dalam konteks politik, hal ini sangat berbahaya. Ketika seseorang menyukai konten politik tertentu, maka algoritma akan menampilkan konten serupa, tanpa memeriksa kebenarannya. Fenomena ini disebut sebagai echo chamber, yaitu ruang gema digital, di mana pengguna hanya mendengar suara yang memperkuat pandangannya sendiri dan menutup diri dari informasi yang berbeda. Hal ini berdampak kepada penyebaean hoaks politik yang kian masif dan lebih sulit dilawan. Ini dikarenakan pengguna tidak hanya menerima informasi palsu, tetapi juga merasa yakin bahwa informasi itu benar.

Generasi muda perlu menjadi pengguna yang kritis dan aktif secara etis. Mereka harus mencari dan memeriksa informasi yang beredar, serta ikut melawan penyebaran hoaks dengan cara yang bijak. Partisipasi politik yang sehat tidak cukup hanya dengan ramai di dunia maya, tetapi juga dengan membangun kesadaran dan tanggung jawab terhadap kebenaran informasi.

Hoaks politik di media sosial bukan hanya sekadar persoalan informasi palsu, melainkan ancaman nyata bagi kualitas demokrasi dan kesadaran politik generasi muda. Jika tidak dihadapi dengan sikap kritis, generasi yang seharusnya menjadi penggerak perubahan justru bisa terjebak dalam arus manipulasi informasi.

Oleh karena itu, di tengah derasnya arus informasi digital, generasi muda perlu bukan hanya aktif berpartisipasi, tetapi juga cerdas memilah kebenaran. Hanya dengan cara itu, media sosial dapat menjadi ruang demokrasi yang sehat, bukan ladang subur bagi kebohongan politik.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS