Ticker

6/recent/ticker-posts

HUBUNGAN KEKERABATAN DI MINANGKABAU



Oleh:Fahrum rozian Alfi

Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas

 

Menurut kekerabatan matrilineal, keluarga inti ialah keluarga yang terikat menurut garis keturunan ibu. Selain itu, keluarga inti tinggal dalam satu rumah gadang yang diikat oleh sako dan pusako. Kekerabatan yang terikat menurut garis keturunan ibu dalam keluarga ialah nenek, ibu, dan saudara-saudaranya, dan anak-anaknya. Dengan demikian. keluarga inti terdiri atas tiga tingkat generasi yakni, generasi nenek, generasi ibu, dan generasi anak-anak.

Kakek atau suami nenek tidak termasuk dalam keluarga inti, meskipun ia berada atau tinggal di dalam rumah gadang. Oleh karena kakek berasal dari suku lain atau dari keluarga rumah gadang lain, ia tidak termasuk ke dalam garis keturunan matrilineal Begitu pula halnya bapak, juga tidak termasuk ke dalam keluarga inti. Suami dari saudara saudara perempuan ibu, juga bukan keluarga inti.

Selanjutnya Sumando dan Pasumandan, Ipa dan Bisan. Kerabat sumando dan sumandan, ipa dan bisan timbul karena perkawinan. Seorang suami disebut sumando di dalam keluarga istri, dipanggil sumando oleh saudara si istri Seorang istri disebut pasumandan oleh pihak keluarga suami, dipanggil pasumandan oleh saudara-saudara suami. Saudara perempuan dan saudara laki-laki dari suami disebut ipa (ipar) oleh istri. Saudara laki-laki dari istri, oleh suami disebut bisan dan saudara perempuan disebut ipa (ipar). Hubungan timbal balik antara keluarga suami dengan keluarga istri, juga disebut bisan.

Sumando di rumah istri merupakan tamu terhormat. Ia diperlakukan amat hati-hati, seperti "meneteng minyak panuah." Hubungannya dengan saudara laki-laki istrinya segan menyengani. Mereka saling menghormati keberadaannya masing-masing. Saling menghormati dan segan menyegani itu terlihat dalam pergaulan sehari-hari.

Oleh saudara perempuan istri, sumando juga dihormati. Perlakuannya juga sangat hai-hati. Sumando mereka segani dengan sungguh-sungguh. Hal itu terlihat di dalam pergaulan sehari-hari. Di atas rumah, jika masih di dalam rumah gadang yang sama, saudara perempuan istri berbicara dan bertindak sangat hati-hati supaya sumando tidak tersinggung. Hal yang sama juga akan dilakukan oleh mertua dan seisi rumah. Jadi, keberadaan seorang sumando di Minangkabau benar-benar sangat dihormati. Seorang istri di rumah keluarga suaminya disebut pasumandan. Hubungannya dengan keluarga suami lain dengan hubungan suami dengan keluarganya. Ia harus pandai pandai terhadap keluarga suaminya. Pandai menjaga hati mertua, memelihara perasaan saudara-saudara suami. Oleh karena secara adat, ia mewakili keluarganya di hadapan keluarga suaminya.

Di rumah keluarga suami ia menunjukkan budi yang halus, kepribadian yang menarik, keterampilan yang handal untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal yang seperti itu hanya dapat dilakukan seorang istri apabila sebelum berumah tangga, ia mempersiapkan dirinya. Itulah sebabnya, anak perempuan di dalam keluarga Minang kabau, sejak dini mendapat pendidikan yang benar dari ibu dan mamak-mamaknya. Hubungan kedua keluarga suami dengan keluarga istri disebut hubungan kekera batan bisan. Hubungan itu ditandai dengan ikatan yang akrab, saling menyegani, saling menghormati, dan saling membina rasa kebersamaan.

 

Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Jika terjadi peristiwa baik, bulan baik, mereka saling mengunjungi. Jika terjadi peristiwa buruk, seperti musibah, kemala ngan, mereka juga saling mengunjungi. Mereka selalu berbagi rasa. Seperti diungkapkan dalam kata pusaka "kaba baiak baimbauan, kaba buruak baambauan" (kabar baik di himbaukan, kabar buruk berdatangan).

Jadi, hubungan sumando dan pasumandan, ipa dan bisan, merupakan ikatan satu keluarga lain. Hubungan itu berarti memperluas ikatan antara satu keluarga dengan keluarga lain. Dengan demikian, terciptalah masyarakat Minangkabau yang kolektif, masyarakat yang mempunyai ikatan antara yang satu dengan yang lain.

 

Setelah itu juga ada hubungan Induak Bako dan Anak Pisang, Mintuo dan Minantu

 

Induak bako, anak pisang, mintuo, dan minantu juga timbul karena perkawinan. Hubungan kekerabatan induak bako dan anak pisang yaitu hubungan antara seorang perempuan dengan saudara laki-lakinya. Saudara perempuan dari bapak disebut induak bako, sedangkan anak-anak dari saudara laki-laki disebut anak pisang. Istri atau suami dari anak-anak disebut minantu dan anak-anak menyebut kedua orang tua istri atau orang tua suaminya mintuo. Jadi, kekerabatan ini timbul karena adanya perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.

Untuk lebih merapatkan hubungan antara induak bako dengan anak pisang, seorang laki-laki dianjurkan menikah dengan kemenakan bapaknya atau anak mamaknya. Perkawinan ini dikenal dengan perkawinan "awak samo awak." Di dalam ungkapan Minangkabau disebut dengan "Kuah talenggang ka nasi, nasi kadimakan juo" (kuah tertumpah ke nasi, nasi akan dimakan juga). Jika perkawinan itu berjalan baik, akan menambah akrab hubungan induak bako dengan anak pisang. Seperti diungkapkan, "basi baiak di ringgiti."

Minantu laki-laki sangat rapat hubungannya dengan mintuo, karena ia tinggal serumah dengannya. Ia selalu dimanjakan oleh mintuo. Jika terjadi pertengkaran dalam rumah tangga dengan istri, mintuo menyalahkan anaknya dan membela minantunya. Minantu perempuan tidak serumah dengan mintuo. Oleh karena itu hubungannya tidak begitu rapat. Perlakuan mintuo terhadap minantu perempuan jauh berbeda dengan perlakuan terhadap minantu laki-laki.

Minantu perempuan wajib berkunjung ke rumah mintuo, terutama pada hari baik seperti sebelum memasuki bulan Ramadhan, ketika hari raya idul fitri serta hari raya idul adha. Kalau terjadi perhelatan, kenduri, dan acara-acara lain di rumah mintuo, minantu perempuan wajib hadir. Ia ke sana diharuskan membawa buah tangan. Selain itu, sesampai di rumah mintuo, ia harus bekerja, membantu mintuo di dapur. Hal itu ia lakukan untuk menunjukkan "baso jo basi" dan rasa hormat kepada suami dan kepada keluarganya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS