Ticker

6/recent/ticker-posts

NASIONALISME DALAM BAYANG-BAYANG GLOBALISASI: RELEVANSI, TANTANGAN, DAN HARAPAN


Oleh : Sakha Izza Devina mahasiswa universitas Andalas Padang 

Menghadapi Dunia yang Terbuka Tanpa Batas

Globalisasi bukan lagi sebuah konsep abstrak. Ia telah menjadi kenyataan hidup yang memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita, dari cara berkomunikasi, berpakaian, hingga berpikir. Anak-anak muda hari ini tumbuh dalam dunia yang lebih terhubung, dengan batas negara yang semakin tidak terasa. Mereka akrab dengan budaya K-pop, gaya hidup ala Barat, dan informasi yang berseliweran tanpa penyaring.

Kondisi ini menciptakan dua sisi yang bertolak belakang. Di satu sisi, globalisasi membuka banyak peluang: meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas wawasan, dan mendorong inovasi lintas negara. Tapi di sisi lain, ia juga membawa tantangan besar: melemahnya identitas nasional, terkikisnya nilai-nilai luhur bangsa, dan munculnya kecenderungan untuk meniru budaya luar secara mentah-mentah tanpa saringan kritis.

Inilah realitas zaman yang tidak bisa dihindari. Indonesia, sebagai bangsa yang beragam, terbuka, dan kaya budaya, perlu bersikap cerdas dalam menyikapinya. Kita harus mampu menavigasi era global tanpa kehilangan akar kebangsaan. Di titik inilah nasionalisme menemukan makna dan relevansinya kembali.

Sering kali nasionalisme disalahpahami sebagai romantisme masa lalu atau sekadar jargon politik. Padahal, nasionalisme adalah energi sosial yang sangat penting bagi kelangsungan suatu bangsa. Ia menciptakan rasa memiliki, tanggung jawab bersama, dan semangat kolektif untuk menjaga tanah air dari berbagai ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam.

Di era global ini, nasionalisme tidak bisa lagi ditanamkan dengan pendekatan otoritatif. Ia harus ditumbuhkan melalui pemahaman, pengalaman, dan partisipasi aktif warga negara. Nasionalisme masa kini bukan lagi soal seragam dan upacara, tetapi tentang kesadaran akan pentingnya menjaga keberagaman, kedaulatan, dan keutuhan bangsa di tengah kompetisi global yang makin ketat.

Ia menjadi lebih dari sekadar kecintaan terhadap tanah air, nasionalisme adalah sikap hidup yang berpihak pada bangsanya sendiri, tanpa menutup diri dari dunia. Ini artinya, menjadi nasionalis bukanlah menolak globalisasi, melainkan memanfaatkannya untuk memperkuat identitas dan posisi bangsa dalam kancah global.

Masa Depan Bangsa Ada di Tangan Generasi Muda

Generasi muda hari ini merupakan aktor utama dalam dinamika globalisasi. Mereka terhubung dengan dunia luar lebih cepat dan intens daripada generasi sebelumnya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dunia digital, berinteraksi lintas budaya, dan menyerap berbagai nilai dari luar negeri. Namun di sisi lain, mereka juga yang paling rentan kehilangan orientasi kebangsaan.

Meskipun begitu, generasi muda bukan ancaman bagi nasionalisme—mereka justru harapan terbesar bangsa ini. Dengan bimbingan yang tepat, mereka bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga dan menyuarakan nilai-nilai nasional. Pendidikan karakter yang kontekstual, keterlibatan dalam kegiatan sosial dan kebangsaan, serta ruang ekspresi yang terbuka adalah kunci untuk membangkitkan kesadaran nasionalisme di tengah mereka.


Kita perlu memfasilitasi mereka untuk mencintai bangsa ini bukan dengan paksaan, tetapi melalui proses yang menyenangkan dan bermakna. Misalnya, dengan mengembangkan platform digital yang mempromosikan budaya lokal, menciptakan gerakan kreatif berbasis kearifan lokal, atau mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas sehari-hari mereka.

Membangun Nasionalisme yang Adaptif dan Berkelanjutan

Nasionalisme yang dibutuhkan hari ini bukan nasionalisme yang kaku dan eksklusif. Kita memerlukan nasionalisme yang adaptif, yang bisa berdialog dengan zaman, fleksibel dalam pendekatan, dan strategis dalam implementasi. Di era digital, nasionalisme juga perlu diperjuangkan melalui media sosial, konten kreatif, dan kampanye digital yang positif.

Gerakan nasionalisme tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus menjadi gerakan bersama yang melibatkan keluarga, sekolah, media, pemerintah, dan organisasi masyarakat. Kerja kolektif inilah yang akan membentuk ekosistem kebangsaan yang kuat dan berkelanjutan. Ketika nasionalisme hidup dalam kesadaran dan tindakan sehari-hari, maka bangsa ini akan tetap berdiri kokoh meski diterpa gelombang perubahan.

Menatap Masa Depan dengan Optimisme

Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi bangsa besar yang disegani dunia. Kita punya kekayaan budaya, potensi demografi, kekuatan sosial, dan semangat gotong royong yang tidak dimiliki bangsa lain. Yang kita perlukan adalah keyakinan bersama bahwa menjadi bangsa yang maju tidak harus kehilangan jati diri.

Nasionalisme adalah kompas moral dan arah gerak menuju masa depan. Selama kita mampu menanamkannya dalam setiap generasi, menjaga relevansinya di setiap zaman, dan merawatnya sebagai milik bersama, maka Indonesia tidak hanya akan bertahan, tapi juga berkembang menjadi bangsa yang unggul dan bermartabat dalam percaturan global.




Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS