Ticker

6/recent/ticker-posts

PERBANDINGAN ANTARA POLA QAFIYAH SYAIR ARAB DENGAN SYIIRAN DI TATAR SUNDA

 


Oleh Ihsan Nur Rahmadhan Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Puisi merupakan salah satu bentuk karya seni yang menggunakan kekuatan dari keindahan dalam segi bahasa. Dengan kekuatan dalam bahasa yang memiliki keindahan, kata-kata di dalam pusi mampu merekam kejadian-kejadian yang di lihat atau yang terjadi oleh si penulisnya, sehingga kita dapat merasakan atau menghayati dari apa yang di ceritakan oleh penulis tersebut yang dibuat dalam bentuk puisi. Seperti halnya kebiasaan manusia dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari yang berkecimpung dengan kesenian, puisi juga merupakan salah satu karya sastra tertua dalam sejarah manusia. 

Nusantara memiliki banyak ciri khas dalam pembentukan syair dalam puisi yang sangat unik. Syair-syair tersebut terbuat menggunakan sajak-sajak atau bait-bait bahasa yang khas dan memiliki kandungan arti yang sangat menarik berdasarkan sejarah ataupun asal dari daerahnya masing-masing. Syair-syair tersebut memiliki informasi seperti ajaran islam, kehidupan manusia, percintaan, dan masih banyak lainnya. Syair-syair yang membahas lebih luas, salah satunya yaitu Syiiran yang terdapat di daerah Tataran Sunda.

Syiiran merupakan salah satu yang merupakan tradisi yang tidak asing lagi dalam dunia pesantren, khususnya yang terletak di Tatar Sunda. Bukan hanya untuk dipergunakan sebagai penyampaian buah pikiran saja, melainkan di gunakan juga untuk  sebagai media ajaran islam, yang khususnya kepada santri dan masyarakat di sekitar lingkungan pesantren. Syiiran digunakan sebagai media Pendidikan sangat dipandang baik oleh masyarakat di sekitar pesantren karena di pandang lebih efektif dan mudah di pahami serta tidak membebani para santri yang ingin belajar dalam situasi dan pola formal sebagaimana proses pembelajaran pada umumnya. Syiiran juga dikenal sebagai Syair atau sair yang dapat dijelaskan sebagai salah satu bentuk Sastra lisan tradisional yang berasal dari daerah jawa, Indonesia.

Syiiran berasal dari dari budaya jawa, khususnya dalam tradisi lisan jawa yang telah ada dari sejak zaman Hindu-Buddha. Namun, pengaruh islam juga sangat kuat dalam syiiran, terutama dalam tema dan nilai-nilai yang terkandung dalam syair tersebut. Syiiran sering digunakan sebagai sarana komunikasi, hiburan dan Pendidikan dalam masyarakat jawa, serta memiliki nilai budaya dan kearifan local yang diwariskan secara turun temurun.

Syi'iran memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari bentuk sastra lainnya. Beberapa ciri-ciri Syi'iran antara lain:

Menggunakan bahasa Jawa: Syi'iran ditulis dalam bahasa Jawa, baik dalam bentuk Jawa Kuno maupun Jawa Ngoko (bahasa sehari-hari). Bahasa Jawa yang digunakan dalam Syi'iran seringkali penuh dengan ungkapan-ungkapan khas Jawa, seperti pameo (peribahasa), gombalan (rayuan), atau pepatah.

Berbentuk puisi atau syair: Syi'iran biasanya berbentuk puisi atau syair, dengan pola berima dan bersajak tertentu. Pola berima dan bersajak ini merupakan ciri khas yang memberikan keindahan dan keunikan pada Syi'iran.

Mengandung nilai-nilai moral, etika, dan agama: Syi'iran sering mengandung nilai-nilai moral, etika, dan agama yang menjadi panduan hidup masyarakat Jawa. Tema-tema seperti kebijaksanaan, kesopanan, kasih sayang, cinta kasih, dan ajaran Islam sering diangkat dalam Syi'iran sebagai sarana penyampaian pesan moral dan pendidikan kepada masyarakat.

Syiiran memiliki beragam jenis yang berbeda, tergantung pada tema, gaya, atau konteks penggunaannya. Beberapa jenis Syi'iran yang umum ditemui antara lain:

Syi'iran Kasunyatan: Syi'iran yang mengandung pesan-pesan kebijaksanaan, ajaran agama, atau nasihat bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Syi'iran jenis ini sering dijadikan sebagai sarana pendidikan moral dan etika bagi masyarakat Jawa.

Syi'iran Romantis: Syi'iran yang mengangkat tema cinta kasih, asmara, atau hubungan antara pria dan wanita. Syi'iran romantis sering dijadikan sebagai sarana hiburan atau bahan bacaan untuk menghibur hati. 

Syi'iran Cinta Tanah Air: Syi'iran yang mengandung rasa cinta

Perbandingan antara pola qafiyah syair Arab dan syi'iran di Tatar Sunda merupakan topik menarik dalam kajian sastra dan budaya. Syair Arab dan syi'iran di Tatar Sunda adalah bentuk sastra lisan tradisional yang memiliki ciri khas masing-masing dalam hal pola qafiyah atau penyajakan.  Perbandingan antara pola qafiyah syair Arab dan syi'iran di Tatar Sunda menunjukkan perbedaan dalam struktur, keterikatan dengan aturan, keseragaman, serta konteks budaya dan bahasa. Pola qafiyah dalam syair Arab cenderung lebih terstruktur dan mengikuti aturan baku, sedangkan pola qafiyah dalam syi'iran di Tatar Sunda lebih bebas dan fleksibel. Penggunaan pola qafiyah dalam kedua sastra tersebut juga mencerminkan konteks budaya dan bahasa masing-masing daerah. qafiyah syair Arab dan syi'iran di Tatar Sunda di atas, dapat dilihat beberapa perbedaan utama antara keduanya:

Struktur Pola Qafiyah: Pola qafiyah dalam syair Arab lebih terstruktur dan mengikuti aturan baku tertentu, biasanya menggunakan huruf-huruf tertentu sebagai akhiran bait yang berima. Sedangkan pola qafiyah dalam syi'iran di Tatar Sunda lebih bebas dan fleksibel, mengikuti bunyi akhir suku kata atau kata terakhir dalam baris.

Keterikatan dengan Aturan: Pola qafiyah dalam syair Arab lebih kaku dan terikat dengan aturan baku, sedangkan pola qafiyah dalam syi'iran di Tatar Sunda lebih bebas dan tidak terikat oleh aturan baku tertentu. Hal ini memberikan kebebasan kepada penulis syi'iran di Tatar Sunda untuk berekspresi secara kreatif dalam menggunakan bunyi akhir yang ada dalam bahasa Sunda.

Keseragaman: Pola qafiyah dalam syair Arab memberikan kesan tersusun, teratur, dan seragam pada sastra Arab, sedangkan pola qafiyah dalam syi'iran di Tatar Sunda cenderung lebih variatif dan tidak seragam, karena tidak mengikuti aturan baku yang ketat. Konteks Budaya dan Bahasa: Pola qafiyah dalam syair Arab mencerminkan budaya dan bahasa Arab yang khas, sedangkan pola qafiyah dalam syi'iran di Tatar Sunda mencerminkan budaya dan bahasa Sunda yang khas. Pola qafiyah dalam syair Arab lebih mengikuti aturan baku dalam bahasa Arab, sedangkan pola qafiyah dalam syi'iran di Tatar Sunda lebih mengikuti bunyi akhir dalam bahasa Sunda.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS