Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengungkap Naskah kuno Masyarakat Cirebon

 


 Oleh Winda Rahma Putri 



Masyarakat Cirebon memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan keagamaan. Salah satu aspek penting dari budaya ini adalah koleksi naskah kuno yang dimilikinya. Naskah-naskah ini merupakan warisan intelektual yang sangat berharga, yang mencerminkan pemikiran dan kehidupan masyarakat Cirebon pada masa lalu. Oleh karena itu, upaya untuk mengungkap naskah kuno koleksi masyarakat Cirebon merupakan sebuah catatan filologis yang penting dalam trend studi Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI).

    Mengungkap naskah kuno koleksi masyarakat Cirebon menjadi sangat penting karena naskah-naskah tersebut merupakan sumber penting untuk memahami sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia. Naskah-naskah tersebut berisi berbagai macam informasi, seperti ajaran-ajaran agama, sejarah, budaya, bahasa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengungkap naskah kuno koleksi masyarakat Cirebon dapat membantu memperkaya pengetahuan dan pemahaman tentang Islam di Indonesia.    

Identitas dan akses baskah kuno kraton kanoman yang berada di masyarakat

    Naskah yang digitalisasikan kurang lebih ada 25 naskah, namun yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 16 naska: 3 buah dari Elang Panji dan sisanya dari Raden Hasan. Untuk mengenali identitas naskahnya, dalam penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu:

1. Kodikologi

      Secara kodikologis, identitas naskah dilihat dari jenis kertasnya, ukuran kertasnya,   jumlah halamanya, dan tinta yang digunakan.


2. Tekstologi 

            Secara tektologis, identitas naskah keagamaan yang ditulis itu terdiri dari topik keagamaan, mulai dari ilmu azimat, sejarah prambon, tarekat syattariyah, bahasa arab, fiqh (hukum islam), sastra islami, tauhid, mujarobat, dan do’a.


Situasi pernaskaham cirebon: Kraton dan Masyarakat

     Situasi pernaskahan di Kraton Cirebon terbagi dalam empat tempat: Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Keprabonan. Menurut catatan Pudjiastuti, seperti yang ditulis pada bagian “ensiklopedia” Sastra Jawa, Kraton Kasepuhan merupakan tempat paling banyak menyimpan hasil kegiatan kesusasteraan dibanding dengan ketiga kraton lainnya. Hal itu, bisa jadi karena Kasepuhan merupakan kelanjutan dari Kraton Pakungwati, yang telah menjadi tempat tinggalnya para raja-raja Cirebon. Menurut berbagai sumber, Kasepuhan berasal dari kata “sepuh” yang berarti “tua”. Kanoman berasal dari kata “anom” yang bermakna “muda”. Kraton Kanoman menyimpan kembaran dari Kereta Singa Barong yang ada di Kasepuhan bernama Paksi Naga Liman.

    Dari paparan diatas, bahwa akses dan identitas naskah kuno kraton Kasepuhan dan Kanoman yang berada di masyarakat berasal dari kerabat Kraton sendiri, baik Kanoman maupun Kasepuhan. Untuk mengakses harus sering melakukan silahturahmi pada pemilik naskah melalui pihak pelaku budaya dan keluarga Kraton. Dalam suatu keluarga Kraton di masyarakat sendiri, ternyata tidak bisa dilepaskan satu sama lain, dengan empat Kraton di Cirebon, seperti yang terjadi pada keluarga Raden Hasan dan Elang Panji.

  Adapun identitas naskah kuno sendiri, dapat dilihat melalui penggunaan metode kodikologi dan tekstologi. Secara kodikologis, ditemukan keanekaragaman mulai dari jenis kertasnya, ukuran kertasnya, maupun tinta yang digunakan. Sedangkan secara tekstologis, hampir semua topik kehidupan selalu ada, mulai dari seni budaya, aspek keislaman, dan lain-lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa mengungkap naskah kuno koleksi masyarakat Cirebon merupakan sebuah catatan filologis yang penting dalam tren studi Islam di PTAI. Koleksi naskah kuno masyarakat Cirebon ini memiliki nilai historis, kultural, teologis, dan intelektual yang sangat tinggi.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS