Ticker

6/recent/ticker-posts

Wisata Ikan Sakti Sungai Janiah



Oleh: Sri Handayani


 


Sungai Janiah ini berada pada Nagari Tabek Panjang, yakni Kecamatan Baso, kabupaten Agam Sumatera Barat. Sungai Janiah telah lama terkenal mempuyai legenda ikan sakti. Lokasi yang berada sekitar 3,5 km dari simpang sebelum sampai Pasar Baso tepatnya berada pada tepi jalan raya Bukittinggi menuju Payakumbuh dan sekitar 30 Km jika dari daerah Batu Nan Limo, pada saat ini dijadikan sebagai objek wisata. Sungai Janiah merupakn bukan sungai yang airnya jernih, namun hanya kolam ikan yang berada belakang mesjid. Para pengunjung datang sekedar untuk melihat ikan-ikan meliuk berenang. Dan penduduk sekitar pun tak mengetahui jenis dari ikan itu, diketahui rata-rata panjangnya 50 cm dan yang kecil 10 cm dengan warna gelap, rampin dan panjang bentuknya. Orang sekitar hanya megetahui kalau ikan itu sakti dan sejak zaman dulu sudah ada. Menurut penduduk sekitar bahwa asal ikan itu dari seorang anak perempuan. Ikan tersebut berasal dari anak yang hilang. Malam harinya ibu anak tersebut bermimpi agar dibuat nasi kunyit (nasi kuning) dan dipanggil anaknya di Sungai Janiah.


Cerita-cerita misteri yang terjadi dizaman nenek moyang kita ada sebagian bukti kisahnya sudah hilang ditelan zaman kemajuan.Namun ada yang masih wujud hingga kini buktinya.Dan dapat dilihat dengan mata kasar.Tanpa memerlukan ritual-ritual aneh seperti misteri alam gaib lainnya. Lagenda misteri yang saya maksud kali ini.Adalah kisah misteri penjelmaan manusia(kanak-kanak) menjadi ikan.Dan ikan itu dimitoskan sebagai “ikan sakti” (versi bahasa minangkabau disebut;’ikan sati’). Pada malam harinya ibu dari anak itu bermimpi untuk dibuatkan nasi kuning serta memanggil anaknya tersebut pada Sungai Janiah. Dan sejak dahulu tak ada seorang pun berani memakan ikan yang ada di Sungai Janiah, karena mereka merasa seperti memakan manusia, bahkan para penjajah Belanda dan Jepang juga tak berani untuk menjamah ikan-ikan tersebut,”


Penduduk Nagari Tabek Panjang di Kecamatan Baso ini di ceritakan berasal dari puncak gunung Merapi. Kerana persediaan air di Gunung Merapi semakin terbatas, maka timbullah idea mencari penempatan baru di bawah Gunung Merapi. Maka diutuslah seorang bernama Sutan Basa untuk mencarai lokasi baru itu, Sutan Basa menemukan kawasan yang memiliki Sungai dan air mancur yang sangat jernih. Tapi daerah itu telah ditempati oleh bangsa jin, maka Sutan Basa menyampaikan keinginannya kepada jin tinggal dikawasan itu bersama kelompoknya.


Maka diadakan perjanjian berupa kesepakatan antara ketua suku masing-masing, bahwa boleh tinggal di daerah itu, Sekiranya anak- kemenakan(ahli keluarga) dari Datuak Rajo Nando bapa saudara(Mamanda) dari Sutan Basa. Jika menebang pohon agar membuang serpihan dan sisa kayu ke arah rebahnya pohon. Kalau kesepakatan ini dilanggar, maka keturunan dari keduanya akan memakan kerak-kerak lumut, tempatnya tidak diudara tidak juga di daratan. Setelah sepakat tinggallah kaum tersebut di Sungai Janiah. Suatu waktu ada keinginan untuk membangun gedung pertemuan atau balairung(dewan orang ramai) untuk tempat berkumpul semua masyarakat. Maka diperintahkan oleh Sutan Basa sekelompok orang untuk mencari kayu sebagai tonggak tuo(Tiang seri). Maka pergilah mereka ke hutan untuk mencari dan menebang kayu.


Kerana begitu gembira bercampur penat, mereka langsung menebang pohon yang mereka nilai sesuai. Tapi mereka lupa akan janji yang telah disepakati oleh ketua suku. Kerana tidak mengindahkan janji tersebut maka hasil tebangan pohon tersebut mengenai anak- anak jin. Kejadian ini membuat marah keluarga jin, mereka menurunkan batu-batu dari Bukit Batanjua yang ada di sekitar sungai tersebut, yang menyebabkan gempa.

(Sewaktu penulis melawati lokasi.tahun 70an disekitar tebing bukit ada berserakan batu-batu besar,layaknya seperti kesan-kesan gempa bumi)


Keadaan ini menyebabkan hubungan tidak harmonis antara keduanya. Suatu ketika Datuak Rajo Nando dan istrinya pergi membersihkan ladang tebu mereka dengan meninggalkan anak perempuan mereka berusia 8 bulan. Setelah pulang dari ladang, tidak ditemui anak tersebut. Maka seluruh orang kampung diperintah mencari anak hilang tersebut, sampai larut malam seluruh usaha seakan sia-sia.Malam hari istri Datuak Rajo Nando bermimpi agar memanggil anaknya di Sungai Janiah dengan cara membawa beras dan padi dan memanggil anaknya seperti memanggil ayam. Esok siang dilakukanlah seperti di mimpinya. Setelah dipanggil datanglah dua ekor ikan yang satu tampak jelas dan yang satu lagi tampak samar. Maka ikan yang tampak jelas itu adalah anak Datuak Rajo Nando dan satunya lagi adalah anak jin. Hal ini terjadi kerana keduanya melanggar janji, sehingga termakan sumpah.


Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat sekitar lokasi. Mereka hanya tahu ikan-ikan tersebut sakti dan sudah ada sejak zaman dahulu. Penduduk sekitar memiliki legenda bahwa nenek moyang ikan di sana berasal dari seorang anak perempuan. Namun ada sisi positifnya masyarakat disana. Mereka tidaklah sampai men-dewa-dewakan atau membuat sesajen pada masa-masa tertentu pada lokasi misteri atau kepada ikan-ikan tersebuat yang begitu sangat jinak ,Hingga boleh kita pegang-pegang. Karana masayarakat Minangkabau terkenal kuat pegangan aqidah Islamnya. Tetapi terkandung muncul juga misteri pada hari tertentu di daerah kolam ikan sakti sungai janiah ini seperti pada hari raya Idul Adha ( hari raya kurban) terdapat juga kejadian ikan yang besar itu muncul ke permukaan air di dalam kolam besar tersebut. Tetapi saya se pengalaman saya sendiri belum pernah keliatan ikan yang besar dua ekor itu. Yang menurut orang sekitar ikan itu dari anak laki-laki dan anak perempuan. Ikan itu muncul pada hari raya Idul Adha di saat khutbah di masjid. Sampai sekarang di saat hari raya kurban banyak pengunjung datang melihat ikan sakti ini hingga menjadi tempat wisata. Hal ini juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan bisa berjualan atau sekedar menjadi ramai tempat tersebut.


Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas

Wisata Ikan Sakti Sungai Janiah


 


Sungai Janiah ini berada pada Nagari Tabek Panjang, yakni Kecamatan Baso, kabupaten Agam Sumatera Barat. Sungai Janiah telah lama terkenal mempuyai legenda ikan sakti. Lokasi yang berada sekitar 3,5 km dari simpang sebelum sampai Pasar Baso tepatnya berada pada tepi jalan raya Bukittinggi menuju Payakumbuh dan sekitar 30 Km jika dari daerah Batu Nan Limo, pada saat ini dijadikan sebagai objek wisata. Sungai Janiah merupakn bukan sungai yang airnya jernih, namun hanya kolam ikan yang berada belakang mesjid. Para pengunjung datang sekedar untuk melihat ikan-ikan meliuk berenang. Dan penduduk sekitar pun tak mengetahui jenis dari ikan itu, diketahui rata-rata panjangnya 50 cm dan yang kecil 10 cm dengan warna gelap, rampin dan panjang bentuknya. Orang sekitar hanya megetahui kalau ikan itu sakti dan sejak zaman dulu sudah ada. Menurut penduduk sekitar bahwa asal ikan itu dari seorang anak perempuan. Ikan tersebut berasal dari anak yang hilang. Malam harinya ibu anak tersebut bermimpi agar dibuat nasi kunyit (nasi kuning) dan dipanggil anaknya di Sungai Janiah.


Cerita-cerita misteri yang terjadi dizaman nenek moyang kita ada sebagian bukti kisahnya sudah hilang ditelan zaman kemajuan.Namun ada yang masih wujud hingga kini buktinya.Dan dapat dilihat dengan mata kasar.Tanpa memerlukan ritual-ritual aneh seperti misteri alam gaib lainnya. Lagenda misteri yang saya maksud kali ini.Adalah kisah misteri penjelmaan manusia(kanak-kanak) menjadi ikan.Dan ikan itu dimitoskan sebagai “ikan sakti” (versi bahasa minangkabau disebut;’ikan sati’). Pada malam harinya ibu dari anak itu bermimpi untuk dibuatkan nasi kuning serta memanggil anaknya tersebut pada Sungai Janiah. Dan sejak dahulu tak ada seorang pun berani memakan ikan yang ada di Sungai Janiah, karena mereka merasa seperti memakan manusia, bahkan para penjajah Belanda dan Jepang juga tak berani untuk menjamah ikan-ikan tersebut,”


Penduduk Nagari Tabek Panjang di Kecamatan Baso ini di ceritakan berasal dari puncak gunung Merapi. Kerana persediaan air di Gunung Merapi semakin terbatas, maka timbullah idea mencari penempatan baru di bawah Gunung Merapi. Maka diutuslah seorang bernama Sutan Basa untuk mencarai lokasi baru itu, Sutan Basa menemukan kawasan yang memiliki Sungai dan air mancur yang sangat jernih. Tapi daerah itu telah ditempati oleh bangsa jin, maka Sutan Basa menyampaikan keinginannya kepada jin tinggal dikawasan itu bersama kelompoknya.


Maka diadakan perjanjian berupa kesepakatan antara ketua suku masing-masing, bahwa boleh tinggal di daerah itu, Sekiranya anak- kemenakan(ahli keluarga) dari Datuak Rajo Nando bapa saudara(Mamanda) dari Sutan Basa. Jika menebang pohon agar membuang serpihan dan sisa kayu ke arah rebahnya pohon. Kalau kesepakatan ini dilanggar, maka keturunan dari keduanya akan memakan kerak-kerak lumut, tempatnya tidak diudara tidak juga di daratan. Setelah sepakat tinggallah kaum tersebut di Sungai Janiah. Suatu waktu ada keinginan untuk membangun gedung pertemuan atau balairung(dewan orang ramai) untuk tempat berkumpul semua masyarakat. Maka diperintahkan oleh Sutan Basa sekelompok orang untuk mencari kayu sebagai tonggak tuo(Tiang seri). Maka pergilah mereka ke hutan untuk mencari dan menebang kayu.


Kerana begitu gembira bercampur penat, mereka langsung menebang pohon yang mereka nilai sesuai. Tapi mereka lupa akan janji yang telah disepakati oleh ketua suku. Kerana tidak mengindahkan janji tersebut maka hasil tebangan pohon tersebut mengenai anak- anak jin. Kejadian ini membuat marah keluarga jin, mereka menurunkan batu-batu dari Bukit Batanjua yang ada di sekitar sungai tersebut, yang menyebabkan gempa.

(Sewaktu penulis melawati lokasi.tahun 70an disekitar tebing bukit ada berserakan batu-batu besar,layaknya seperti kesan-kesan gempa bumi)


Keadaan ini menyebabkan hubungan tidak harmonis antara keduanya. Suatu ketika Datuak Rajo Nando dan istrinya pergi membersihkan ladang tebu mereka dengan meninggalkan anak perempuan mereka berusia 8 bulan. Setelah pulang dari ladang, tidak ditemui anak tersebut. Maka seluruh orang kampung diperintah mencari anak hilang tersebut, sampai larut malam seluruh usaha seakan sia-sia.Malam hari istri Datuak Rajo Nando bermimpi agar memanggil anaknya di Sungai Janiah dengan cara membawa beras dan padi dan memanggil anaknya seperti memanggil ayam. Esok siang dilakukanlah seperti di mimpinya. Setelah dipanggil datanglah dua ekor ikan yang satu tampak jelas dan yang satu lagi tampak samar. Maka ikan yang tampak jelas itu adalah anak Datuak Rajo Nando dan satunya lagi adalah anak jin. Hal ini terjadi kerana keduanya melanggar janji, sehingga termakan sumpah.


Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat sekitar lokasi. Mereka hanya tahu ikan-ikan tersebut sakti dan sudah ada sejak zaman dahulu. Penduduk sekitar memiliki legenda bahwa nenek moyang ikan di sana berasal dari seorang anak perempuan. Namun ada sisi positifnya masyarakat disana. Mereka tidaklah sampai men-dewa-dewakan atau membuat sesajen pada masa-masa tertentu pada lokasi misteri atau kepada ikan-ikan tersebuat yang begitu sangat jinak ,Hingga boleh kita pegang-pegang. Karana masayarakat Minangkabau terkenal kuat pegangan aqidah Islamnya. Tetapi terkandung muncul juga misteri pada hari tertentu di daerah kolam ikan sakti sungai janiah ini seperti pada hari raya Idul Adha ( hari raya kurban) terdapat juga kejadian ikan yang besar itu muncul ke permukaan air di dalam kolam besar tersebut. Tetapi saya se pengalaman saya sendiri belum pernah keliatan ikan yang besar dua ekor itu. Yang menurut orang sekitar ikan itu dari anak laki-laki dan anak perempuan. Ikan itu muncul pada hari raya Idul Adha di saat khutbah di masjid. Sampai sekarang di saat hari raya kurban banyak pengunjung datang melihat ikan sakti ini hingga menjadi tempat wisata. Hal ini juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan bisa berjualan atau sekedar menjadi ramai tempat tersebut.


Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas


 


Sungai Janiah ini berada pada Nagari Tabek Panjang, yakni Kecamatan Baso, kabupaten Agam Sumatera Barat. Sungai Janiah telah lama terkenal mempuyai legenda ikan sakti. Lokasi yang berada sekitar 3,5 km dari simpang sebelum sampai Pasar Baso tepatnya berada pada tepi jalan raya Bukittinggi menuju Payakumbuh dan sekitar 30 Km jika dari daerah Batu Nan Limo, pada saat ini dijadikan sebagai objek wisata. Sungai Janiah merupakn bukan sungai yang airnya jernih, namun hanya kolam ikan yang berada belakang mesjid. Para pengunjung datang sekedar untuk melihat ikan-ikan meliuk berenang. Dan penduduk sekitar pun tak mengetahui jenis dari ikan itu, diketahui rata-rata panjangnya 50 cm dan yang kecil 10 cm dengan warna gelap, rampin dan panjang bentuknya. Orang sekitar hanya megetahui kalau ikan itu sakti dan sejak zaman dulu sudah ada. Menurut penduduk sekitar bahwa asal ikan itu dari seorang anak perempuan. Ikan tersebut berasal dari anak yang hilang. Malam harinya ibu anak tersebut bermimpi agar dibuat nasi kunyit (nasi kuning) dan dipanggil anaknya di Sungai Janiah.


Cerita-cerita misteri yang terjadi dizaman nenek moyang kita ada sebagian bukti kisahnya sudah hilang ditelan zaman kemajuan.Namun ada yang masih wujud hingga kini buktinya.Dan dapat dilihat dengan mata kasar.Tanpa memerlukan ritual-ritual aneh seperti misteri alam gaib lainnya. Lagenda misteri yang saya maksud kali ini.Adalah kisah misteri penjelmaan manusia(kanak-kanak) menjadi ikan.Dan ikan itu dimitoskan sebagai “ikan sakti” (versi bahasa minangkabau disebut;’ikan sati’). Pada malam harinya ibu dari anak itu bermimpi untuk dibuatkan nasi kuning serta memanggil anaknya tersebut pada Sungai Janiah. Dan sejak dahulu tak ada seorang pun berani memakan ikan yang ada di Sungai Janiah, karena mereka merasa seperti memakan manusia, bahkan para penjajah Belanda dan Jepang juga tak berani untuk menjamah ikan-ikan tersebut,”


Penduduk Nagari Tabek Panjang di Kecamatan Baso ini di ceritakan berasal dari puncak gunung Merapi. Kerana persediaan air di Gunung Merapi semakin terbatas, maka timbullah idea mencari penempatan baru di bawah Gunung Merapi. Maka diutuslah seorang bernama Sutan Basa untuk mencarai lokasi baru itu, Sutan Basa menemukan kawasan yang memiliki Sungai dan air mancur yang sangat jernih. Tapi daerah itu telah ditempati oleh bangsa jin, maka Sutan Basa menyampaikan keinginannya kepada jin tinggal dikawasan itu bersama kelompoknya.


Maka diadakan perjanjian berupa kesepakatan antara ketua suku masing-masing, bahwa boleh tinggal di daerah itu, Sekiranya anak- kemenakan(ahli keluarga) dari Datuak Rajo Nando bapa saudara(Mamanda) dari Sutan Basa. Jika menebang pohon agar membuang serpihan dan sisa kayu ke arah rebahnya pohon. Kalau kesepakatan ini dilanggar, maka keturunan dari keduanya akan memakan kerak-kerak lumut, tempatnya tidak diudara tidak juga di daratan. Setelah sepakat tinggallah kaum tersebut di Sungai Janiah. Suatu waktu ada keinginan untuk membangun gedung pertemuan atau balairung(dewan orang ramai) untuk tempat berkumpul semua masyarakat. Maka diperintahkan oleh Sutan Basa sekelompok orang untuk mencari kayu sebagai tonggak tuo(Tiang seri). Maka pergilah mereka ke hutan untuk mencari dan menebang kayu.


Kerana begitu gembira bercampur penat, mereka langsung menebang pohon yang mereka nilai sesuai. Tapi mereka lupa akan janji yang telah disepakati oleh ketua suku. Kerana tidak mengindahkan janji tersebut maka hasil tebangan pohon tersebut mengenai anak- anak jin. Kejadian ini membuat marah keluarga jin, mereka menurunkan batu-batu dari Bukit Batanjua yang ada di sekitar sungai tersebut, yang menyebabkan gempa.

(Sewaktu penulis melawati lokasi.tahun 70an disekitar tebing bukit ada berserakan batu-batu besar,layaknya seperti kesan-kesan gempa bumi)


Keadaan ini menyebabkan hubungan tidak harmonis antara keduanya. Suatu ketika Datuak Rajo Nando dan istrinya pergi membersihkan ladang tebu mereka dengan meninggalkan anak perempuan mereka berusia 8 bulan. Setelah pulang dari ladang, tidak ditemui anak tersebut. Maka seluruh orang kampung diperintah mencari anak hilang tersebut, sampai larut malam seluruh usaha seakan sia-sia.Malam hari istri Datuak Rajo Nando bermimpi agar memanggil anaknya di Sungai Janiah dengan cara membawa beras dan padi dan memanggil anaknya seperti memanggil ayam. Esok siang dilakukanlah seperti di mimpinya. Setelah dipanggil datanglah dua ekor ikan yang satu tampak jelas dan yang satu lagi tampak samar. Maka ikan yang tampak jelas itu adalah anak Datuak Rajo Nando dan satunya lagi adalah anak jin. Hal ini terjadi kerana keduanya melanggar janji, sehingga termakan sumpah.


Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat sekitar lokasi. Mereka hanya tahu ikan-ikan tersebut sakti dan sudah ada sejak zaman dahulu. Penduduk sekitar memiliki legenda bahwa nenek moyang ikan di sana berasal dari seorang anak perempuan. Namun ada sisi positifnya masyarakat disana. Mereka tidaklah sampai men-dewa-dewakan atau membuat sesajen pada masa-masa tertentu pada lokasi misteri atau kepada ikan-ikan tersebuat yang begitu sangat jinak ,Hingga boleh kita pegang-pegang. Karana masayarakat Minangkabau terkenal kuat pegangan aqidah Islamnya. Tetapi terkandung muncul juga misteri pada hari tertentu di daerah kolam ikan sakti sungai janiah ini seperti pada hari raya Idul Adha ( hari raya kurban) terdapat juga kejadian ikan yang besar itu muncul ke permukaan air di dalam kolam besar tersebut. Tetapi saya se pengalaman saya sendiri belum pernah keliatan ikan yang besar dua ekor itu. Yang menurut orang sekitar ikan itu dari anak laki-laki dan anak perempuan. Ikan itu muncul pada hari raya Idul Adha di saat khutbah di masjid. Sampai sekarang di saat hari raya kurban banyak pengunjung datang melihat ikan sakti ini hingga menjadi tempat wisata. Hal ini juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan bisa berjualan atau sekedar menjadi ramai tempat tersebut.


Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS