Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengulik Keunikan Rumah Gadang Minangkabau

 


Nama: Sintia aulia Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Minangkabau UNAND

 

 

 

Rumah adat minangkabau yang bercirikhas kan dengan atap seperti tanduk kerbau meruncing lonjong ke atas dan bagian tengah nya seperti badan kapal, Rumah adat ini di namakan rumah Gadang yang di artikan dalam bahasa Indonesia yaitu rumah besar, Atau sering juga disebut rumah bagonjong karna atap yang melengkung ke atas.

 

Hal menarik lainnya, pembangunan rumah ini aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan menyambungkan dua bahagian kayu. Bahan yang digunakan yaitu pasak. Jadi saat terjadi gempa, rumah ini berayun mengikuti ritme guncangan sehingga tidak akan roboh. Asal usul bentuk atap rumah gadang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita rakyat ‘Tambo Alam Minangkabau’. Kisah ini bercerita tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.

 

Bentuk-bentuk yang mirip tanduk kerbau tersebut sangat sering digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada perhiasan. Di antaranya pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk tanduk) untuk Bundo Kanduang. Asal-usul rumah gadang juga seringkali dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang urang Minang. Konon ceritanya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa lampau. Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.

 

Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar. Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang ini juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai. Lancang kemudian ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu diberi atap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang tersebut. Kemudian karena layar menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk lengkungan yang menyerupai gonjong.

 

Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang perahu tersebut membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah para nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong terus dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka. Dengan adanya ciri khas ini, sesama mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling mengenali. Mereka akan mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah milik kerabat mereka yang berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar. Mengenai filosofi Rumah Gadang itu berasal dari suku bangsa yang menganut falsafah alam. Garis dan bentuk rumah gadang tampak serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula.

 

Garis alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya

 

Bangun rumah yang membesar ke atas yang mereka sebut silek, membebaskannya dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin. Bagian depan Rumah Gadang selalu dibuat tinggi menyerupai rumah panggung, tujuannya agar ruang dibagian bawah bisa digunakan. Pada bagian depan dibuatkan tangga. Pada zaman dahulu dibagian bawah tangga ada batu dan cibuak untuk mencuci kaki. Rumah gadang kebanyakan memiliki kolam ikan di depan rumah. Selain untuk memelihara ikan, kolam merupakan sumber air yang vital untuk kegiatan sehari-hari, mandi dan mencuci.

Jika dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-syarat estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang nilai-nilai kesatuan, kelarasan, keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu. Ukiran Rumah Gadang gambar rumah adat Minang beserta keterangan Untuk menambah unsur seni. Pada dinding Rumah Gadang biasanya dibuat ukiran-ukiran denan motif asli Minangkabau. Motif-motif ini kebanyakan terinspirasi oleh alam, misalnya kaluak paku, itiak pulang patang, dll. Setelah itu ukiran akan dicat dengan warna warna khas minangkabau, kombinasi merah, hitam, kuning dan hijau. Bangunan Rumah Gadang digambarkan memiliki ruang ganjil antara 3 hingga 11. Diantaranya terdapat ruangan lepas dan kamar-kamar. Jumlah kamar bervariasi tergantung besar kecilnya keluarga yang bernaung di rumah tersebut. Selain orang tua, hanya anak perempuan yang berhak mendapat kamar.

Dari sisi filosofinya, rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuknya yang besar melainkan fungsinya yang gadang. Ini terlihat dari ungkapan yang sering disampaikan bila tetua-tetua adat membicarakan masalah rumah gadang tersebut. Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliak­nyo aluang bunian. Dari ungkapan tersebut, artinya fungsi rumah gadang tersebut menyelingkupi bagian keseluruhan kehidupan sehari-hari orang Minangkabau, baik sebagai tempat kediaman keluarga dan merawat keluarga, pusat melaksanakan berbagai upacara, sebagai tempat tinggal bersama keluarga dan inipun diatur dimana tempat perempuan yang sudah berkeluarga dan yang belum, sebagai tempat bermufakat, rumah gadang merupakan bangunan pusat dari seluruh anggota kaum dalam membicarakan masalah mereka bersama dalam sebuah suku, kaum maupun nagari dan sebagainya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS