Prof.Dr.H.Asasriwarni MH Guru Besar UIN IB/ Ketua MK Dewan Pertimbangan MUI Provinsi Sumbar
Dalam sebuah acara Reuni, beberapa alumni menjumpai *guru sekolah mereka dulu.*
Mereka menceritakan kisah sukses masing-masing ..
Ada yang menjadi :
- Menteri
- Gubernur
- Wakil Gubernur
- Walikota
- Wakil Walikota
- Bupati
- Wakil Bupati
- Direktur BUMN
- Direktur Bank
- Pengusaha sukses
- PNS
- Guru
- Dokter
- Arsitek
- Pengacara
- Anggota dewan
- Ketua LSM
- Wartawan
- Konsultan
- Kepala Desa
dan lain-lainnya.
Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur kemudian mengambil seteko kopi panas dan beberapa *cangkir kopi yang berbeda-beda.*
Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.
_“Sudah - sudah .._
_Ngobrolnya berhenti dulu._
_Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian,”_
seru sang guru memecah *keasyikan obrolan* mereka.
Hampir serempak, mereka kemudian berebut *cangkir terbaik* yang bisa mereka dapat.
Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang *paling jelek.*
Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.
_“Mari, silakan diminum,”_
ajak sang guru, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari *cangkir terakhir yang paling jelek.*
_“Bagaimana rasanya?_
_Nikmat kan?_
_Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”_
_“Wah, enak sekali Pak .. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,”_
timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh temannya yang lain.
_“Nah, kopinya enak ya?_
_Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan._
_Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?”_
tanya sang guru.
Murid-murid itu pun saling berpandangan.
_"Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih *cangkir yang bagus* dan kini yang tersisa hanyalah *cangkir yang murah dan tidak menarik.*_
_Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi._
_Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu._
_Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya._
_Pikiran kalian terfokus pada *cangkir,* padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan *kopinya.*_
_Hidup kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan Ibadah, seperti kopi dalam analogi tersebut di atas, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan juga harta benda yang kita miliki."_
Semua alumni tertegun mendengar penjelasan dari sang guru.
Penjelasan dari sang guru telah menyentak kesadaran mereka.
_"Anak-anakku tercinta ..."_
lanjut sang guru.
_"Jangan pernah membiarkan *cangkir* mempengaruhi *kopi* yang kita nikmati._
_*Cangkir* bukanlah yang utama, *kualitas kopi itulah yang terpenting.*_
_Jangan berpikir bahwa :_
*- kekayaan yang melimpah,*
*- sarana yang mewah,*
*- karier yang bagus dan*
*- pekerjaan yang mapan*
merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan dalam beribadah.
_*Itu konsep yang sangat keliru.*_
_Kualitas hidup dan Ibadah kita ditentukan oleh :_
*"Apa yang ada di dalam"*
bukan
*"Apa yang kelihatan dari luar"*
_Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang._
_Tak salah jika kita mengejarnya._
_Tak salah pula bila kita ingin memilikinya._
_*Namun, semua itu hanya sarana.*_
_Sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada tujuan._
_Apa gunanya memiliki segala sarana, namun tidak pernah merasakan :_
_- kedamaian,_
_- ketenteraman,_
_- ketenangan,_
*dan*
_- kebahagian sejati di dalam kehidupan kita, yaitu forever love❤ ?_
_*Itu sangat menyedihkan.*_
_Karena hal itu sama seperti kita menikmati *kopi* kualitas buruk yang disajikan di sebuah *cangkir* kristal yang mewah dan mahal ..."_
_Kunci menikmati *kopi* bukanlah seberapa bagus *cangkir*-nya, tetapi seberapa bagus kualitas *kopi*-nya ..."_
Semoga Bermanfaat
Prof.Dr.H.Asasriwarni MH Guru Besar UIN IB/ Ketua MK Dewan Pertimbangan MUI Provinsi Sumbar
0 Comments