Ticker

6/recent/ticker-posts

Eksistensi Silek Minangkabau Yang Harus Dilestarikan Kembali Pada Zaman Sekarang ini



Oleh Dedi Setiawan

Mahasiswa Sastra Minangkabau UniversitasAndalas


Silek Minangkabau merupakan jati diri yang sudah melekat pada masyarakat Minangkabau sejak zaman dahulu. Orang Minangkabau dikenal dengan seseorang yang pandai basilek dan mangaji, karena telah dikatakan dalam pepatah Minang “ silek layia mancari kawan, silek bathin mancari tuhan” artinya adalah belajar silek bertujuan untuk mencari kawan dan memperlajari agama Islam guna mencari kedekatan diri kepada Allah Swt. Seperti yang tertulis didalam ayat Al-Qur’an “Hablumminannas dan hablumminallah”, yang artinya hubungan dengan sesasam manusia dan hubungan dengan Allah Swt. Begitulah intirasi dari nilai-nilai yang terkandung didalam Silek Minangkabau.


Dalam ajaran silek terdapat dua buah makna yang meliputnya, yaitu silik dan suluk . Silik adalah ilmu yang mempelajari atau mengenal diri dari bathiniah, sedangkan suluk adalah ilmu yang mempelari atau mengenal diri lahir dan bathin. Pada tataran pelaksanaannya, silek memang diwariskan melalui belajar dengan sungguh-sungguh, keterampilan fisik dan lidah, serta kematangan dalam berpikir dan bertindak.


Silek juga dijadikan sebagai sebuah seni pertunjukkan atau keterampilan, yang mana silek melahirkan seni gerak yang disebut dengan pencak. Pencak pada hakikatnya terekspos pada berbagai aktifitas seperti tari gelombang, sipak rago, dan juga randai. Jadi, semuanya itu dipertunjukkan sebagai permainan atau kreatifitas seni adalah pencak. Karena pencak merupakan bungo silek, yaitu pertunjukkan silek dalam bentuk gerakan fisik. Silek minangkabau tradisional adalah bagian dari salah satu tradisi, yaitu tradisi Lisan Minangkabau yang diajarkan oleh guru silek atau Tuo silek itu diajarkan secara lisan dan disertai dengan peragaan atau gerakan-gerakan indah , serta menggunakan berbagai peralatan.


Pelajaran dan peragaan silek Minangakabau dibagi menjadi dua bagian, yaitu silek duduak (silat duduk) dan silek tagak (silat berdiri). Silek duduak biasanya disebut dengan silek lidah atau silek kato. Maksud dari silek kato atau silek lidah disini adalah pelajaran yang mana memberikan pemahanan dan kepercayaan dalam keterampilan dan berbicara di khlayak ramai, agar ketika tampil di depan umum atau acara-acara penting memiliki percaya diri yang sangat tinggi dalam mengeluarkan ide-ide kreatif, mengutarakan pendapat, serta dapat berdiplomasi dengan sangat bagus.  Biasanya pelaku silek kato atau silek lidah sering ditampilkan untuk acara atau tradisi pasambahan, seseorang pelaku pasambahan tersebut dituntut untuk bersifat arif dan bijaksana, seperti pepatah “tahu di ereang jo gendeang, tahu di angin nan bakisa, tahu di bayang kato sampai ( tahu akan ungkapan yang berkias, tahu dengan angin yang beralih, tahu dengan tujuan kiasan). 


Begitu juga dengan silek tagak atau biasanya disebut dengan silek fisik, yaitu keterampilam dalam membela diri, hargta diri, kebenaran, keadilan dan kehormatan. Silek tagak bertujuan untuk menjadikan seseorang agar memiliki kepercayaan dan keberanian diri untuk dapat hadir lansung di lingkungan masayarakat untuk membela kebenaran dan menegakkan keadilan. Maka dari itu, antara silek duduak (silat duduk) dan silek tagak (silat fisik) pada hakekatnya sama–sama mengutamakan dan mengandalkan kecerdasan dan intelektual (tertera dalam ajaran falsafah “alam takambang jadi guru”), kecerdasan emosional ( ajaran budi seperti raso jo pareso), serta tentunya juga akan kecerdasan spiritual pada ajaran tauhid dalam agama Islam.


Hubungan antara silek dengan ajaran islam tertera juga pada falsafaf “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”, yang mana menjadi pedoman bahwasanya pelajaran silek tidak akan lepas dengan hubungannga dengan surau (masjid). Karena dalam pelajarannya juga termasuk ajaran-ajaran agama islam didalamnya, yang mana sebelum belajar silek sangat diwajibkan kepada seseorang tersebut untuk sholat dan belajar mengaji di surau. Setelah itu barulah seseorang tersebut dapat diperbolehkan untuk lanjut untuk belajar silek di halaman surau tersebut. 


Akan tetapi, pada zaman sekarang ini sudah banyak perubahan-perubahan pola pikir dari setiap masyarakat akan pentingnya belajar silek. Apalagi sekarang ini pada zaman, yang penuh dengan teknologi dan globalisasi yang penuh akan pembaharuan dari luar. Maka mulai tergeserlah nilai eksistensi silek bagi masyarakat Minangkabau saat ini. Sekarang ada pula yang belajar mengaji di rumah dengan mendatangkan guru mengaji kerumah, jika pun di surau murid itu hanya belajar sampai kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan tidak lanjut lagi mengaji ketika sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMP).  Dengan demikian , dapat mengakibatkan memudarnya eksistensi dalam masyarakat Minangkabau pada zaman sekarang ini.


Untuk mengatasi masalah tersebut, para tokoh masyarakat seperti tuo silek dan alim ulama mengadakan musyawarah mufakat untuk mencari jalan keluarnya. Hasil dari mufakatnya adalah untuk menyerukan kepada setiap wali nagari atau kelurahan agar dapat membuat sasaran silek pada daerah masing-masingnya. Sasaran silek berguna untuk menggabungkan antara pelajaran silek dan seni pertunjukkan lainnya seperti randai dan tari pasambahan, serta mengajarkan untuk penggunaan musik-musik tradisional Minangkabau. Seperti pada daerah Koto Padang Kecamatan Koto Tangah, para tuo silek nya banyak mengadakan dan melahirkan sasaran silek baru dan melewakan para pandeka silek (pandekar silat) dari beberapa sasaran-saran yang ada di nagari Koto Tangah tersebut. Dengan melewakan para pandeka silek tersbut, tujuannya adalah untuk memberikan semangat dan motivasi kepada para pandeka silek untuk bisa terus membentuk para generasi penerus untuk dapat menganal kembali dan melestarikan silek yang merupakan cirri khas dari masyarakat Minangkabau itu sendiri, serta melahirikan pesilat-pesilat muda yang berprestasi di ajang Nasional maupun ajang Internasional.


Selain pembukaan sasaran-sasaran silek yang baru di Kecamatan Koto Tangah, juga banyak di nagari-nagari lainnya di Sumatra Barat yang mengimplementasikan cara tersebut. Maka dari itu,  dengan cara tuo silek yang mendukung dan mendorong agar tiap-tiap daerah dapat menciptakan sasaran silek baru tersebut, dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah silek yang telah memudar pada zaman sekarang ini. Semoga silek yang menjadi ciri khas dari masyarakat Minangkabau ini dapat dikenal kenal kembali dan dilestarikan oleh oleh semua masayarakat Minangkabau pada zaman sekarang ini.




NamaPenulis : DediSetiawan

Status/Jabatan : Mahasiswa Sastra Minangkabau UniversitasAndalas

Alamat : Padang, Sumatra Barat

No. Hp/WA : 082172200504

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS