Ticker

6/recent/ticker-posts

Silek Pariasan di Daerah Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok.


Oleh: Mardika Partiwi mahasiswi Universitas Andalas jurusan sastra Minangkabau


Pada umumnya orang-orang mengetahui bahwa silek merupakan seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, yang diwarsikan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Disebabkan karena masyarakat Minangkabau memiliki kebiasaan dan tabiat suka merantau sejak dahulunya, oleh sebab itu masyarakat Minangkabau belajar ilmu beladiri guna menjadi bekal selama perjalanan merantau. Selain itu masyarakat Minangkabau juga sangat menjunjung tinggi filsafat “alam takambang manjadi guru” segala apa yang tampak dan terjadi pada alam sekitar akan dijadikan sebagai guru. Begitu juga dengan gerakan-gerakan silek yang diambil dari apa yang ada di alam dan apa yang terjadi di alam. 

Daerah sungai abu merupakan salah satu desa kecil yang terletak di kecamatan hiliran gumanti, kabupaten solok. namun daerah yang terisolir ini tidak banyak orang yang tahu. Di daerah ini terdapat sebuah peruruan silek yang bernama Koto Panjang yang diambil dari nama guru besarnya yaitu Rajo Koto Panjang akan tetapi perguruan ini memilih untuk memberi nama silek itu dengan “pariasan” jika di artikan kedalam bahasa Indonesia berarti perhiasan. Perguruan ini menamakan pariasan sebab silek disini bukan hanya sekedar ilmu beladiri melainkan juga sebagai keterampilan untuk dipertontonkan. Gerakan dan langkah yang dipakai dalam pariasan ini sama dengan gerakan yang terdapat dalam silek 

Adapun langkah yang digunakan dalam pariasan ini terdapat empat pecahan “langkah ampek” yang terdiri dari langkah langkah mundur, langkah sampiang kiri, sampiang kanan dan langkah maju. Dari langkah tersebut terdapat makna-makna dan ketentuan kapan masa langkah itu dipergunakan dalam basilek. Langkah ka kida (kiri) untuk menjaga jarak dengan lawan, langkah ka suok (kanan) digunakan saat mewanti-wanti ketika lawan hendak menghadang, langkah ka balakang (belakang) digunakan untuk meninjau jarak dengan lawan dan langkah maju digunakan saat hendak maju melawan. 

Kemudian gerakan yang terdapat dalam pariasan ini ada 12 gerakan namun yang dipakai hanya 6 gerakan, nama dari gerakan ini secara global komunitas pariasan ini menamakannya dengan Alang Babega. Dari gerakan-gerakan alang babega tersebut hanya beberapa yang bisa diajarkan kepada murid gerakan itu ada ‘Ayam Kuriak Panjang Ikua’ untuk gerakan ke bawah, ‘Alang Babega’ untuk gerakan ke atas, ‘Alang Mangawik’ untuk gerakan ke tengah. Bapak Sudirman menyebutkan bahwa asal dari gerakan-gerakan yang terdapat dalam pariasan ini yaitu silek hariamau batino, karena konon kata guru beliau harimau betina lebih lincah dari harimau jantan. Harimau betina mungkin terlihat lemah dan bersifat ke ibuan namun jika ada yang mengganggu anaknya ia akan melawan musuh dengan sebisanya dia, bahkan seolah-seoalah harimau betina tidak terkalahkan. Dan jika dibawakan dalam gerakan silek maka dapat dikatakan gerakan ini untuk melawan siapapun yang hendak berbuat kajahatan. Gerakan yang dimiliki oleh harimau betina justru lebih lincah dengan gerakan dibawah raso ka rabah nyo di ateh, nyo basirabah, sabek langkah katiko inyo rabah tu labiah lincah daripado tagak (Sudirman 2021)

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS