Ticker

6/recent/ticker-posts

AMAL MENURUT BALASANNYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Oleh :  Prof.   Asasriwarni. MH


*_A. Pendapat Yang Menjadi Rujukan :_*


Menurut Imam Nawawi dalam syarah kitab *Arba’in*,  menjelaskan sbb : 


.الأعمال سبعة: عملان موجبان وعملان واحد بواحد وعمل الحسنة فيه بعشرة وعمل الحسنة فيه بسبعمائة ضعف وعمل لا يحصى ثوابه إلا الله تعالى


*Amal itu ada tujuh macam, yakni : dua amalan yang memastikan, dua amalan di mana satu dibalas dengan satu, amal kebaikan yang di dalamnya terdapat sepuluh pahala, amal kebaikan yang di dalamnya terdapat tujuh ratus kali lipat pahala, dan amalan yang tidak bisa dihitung pahalanya kecuali oleh Allah saja* (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Syarhul Arba’in An-Nawawiyyah. Surabaya : Maktabah Al-Hikmah hal. 83).


*_B. Pengelompokan Amal :_*


Ketujuh kategori amal sebagaimana yang dimaksud  di atas adalah :


*1. Kategori Pertama Dan Kedua :*


Dua macam amal yang memastikan adalah *iman dan kufur*. 


a. Orang Yang Beriman 


Orang yang beriman kepada Allah dan meninggal dunia dalam keadaan masih beriman serta tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, maka imannya itu memastikan ia masuk ke dalam surga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini : 


يُخْرَجُ مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنَ الإِيمَانِ

 

*Akan dikeluarkan dari api neraka orang yang di hatinya terdapat sebiji dzarah keimanan*  (HR.  At-Tirmidzi, Jami’ut Tirmidzi. Riyadh : Baitul Afkar Ad-Dauliyah, hal. 421).


Hal ini dapat dipahami bahwa orang yang meninggal dunia dalam keadaan membawa keimanan kepada Allah SWT sekecil, setipis, atau seringan apa pun kadar imannya,  maka ia akan tetap dikeluarkan dari siksaan api neraka, meskipun sangat tipis keimanannya dan sangat banyak dosanya ia menjadi orang yang paling terakhir keluar dari nereka. Dan ketika seseorang dikeluarkan dari neraka maka tidak ada tempat lain baginya kecuali surga.


b. Orang Yang Kufur 


Sedangkan bagi orang kafir yang tidak beriman kepada Allah, hingga akhir hayatnya ia masih tetap dalam  kekafirannya, maka kekafirannya itu memastikan ia masuk ke dalam api neraka. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :  


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ, خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ


*Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati dalam keadaan kafir mereka itu dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan semua manusia. Mereka kekal di dalamnya. Tidak diringankan siksaan dari mereka dan mereka tidak pula diberi penangguhan* (QS. Al-Baqarah Ayat 161-162)


Selanjutjya Imam Baidlawi di dalam kitab tafsirnya menuturkan : *makna ‘mereka kekal di dalamnya’ adalah kekal di dalam laknat atau kekal di dalam neraka* (Abdullah bin Umar Al-Baidlawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil. Beirut :  Darul Rasyid: 2000], jil. I, hal 154).


*2. Kategori Ketiga Dan Keempat :*


Kategori ini adalah dua amalan yang satu dibalas dengan satu atau dibalas secara sepadan adalah *perbuatan jelek dan keinginan untuk berbuat baik*.


 a. Perbuatan Jelek 


Orang yang telah melakukan suatu kejelekan maka ia akan mendapatkan balasannya secara sepadan. Bila ia lakukan satu kali, maka ia dapatkan balasan satu kali. Bila ia lakukan dua kali, maka ia dapatkan balasannya dua kali. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :


وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ


*Dan barang siapa yang datang dengan membawa kejelekan maka ia tidak dibalas kecuali yang semisalnya dan mereka tidak akan diperlakukan secara zalim* (QS. Al-An’am Ayat : 160)


b. Keinginan Melakukan Perbuatan Baik 


Sementara itu, orang yang berkeinginan untuk melakukan suatu kebaikan, kemudian ia tak melakukan kebaikan karena adanya alasan tertentu, maka ia akan mendapatkan balasan satu kebaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW  berikut ini : 


إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ....


*Sesungguhnya Allah telah menetapkan berbagai perkara yang baik dan berbagai perkara yang jelek, kemudian menjelaskan hal tersebut. Maka barang siapa yang berkeinginan melakukan satu kebaikan kemudian ia tidak melakukannya, maka Allah mencatat kebaikan itu di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna...”*  (HR  Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim. Indonesia : Maktabah Dahlan, jil. I, hal. 118).


*3. Kategori Kelima :*


Amalan yang pelakunya *dibalas sepuluh kali lipat* adalah amalan kebaikan secara umum. Siapa pun yang melakukan sebuah kebaikan maka ia mendapatkan pahala kebaikan itu sepuluh kali lipat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini  : 


مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا


*Barang siapa yang datang dengan membawa satu kebaikan maka baginya sepuluh kali lipat kebaikan tersebut* (QS. Al-An’am Ayat : 160)


Bahkan dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika seseorang membaca Al-Qur’an maka pahalanya bukan sepuluh kali lipat dari sekali baca, namun sepuluh kali lipat dari setiap huruf yang dibacanya.


*4. Kategori Keenam :*


Amalan yang pelakunya mendapatkan *balasan pahala tujuh ratus kali lipat* adalah menginfakkan harta di jalan Allah. Berapa pun harta yang diinfakkan oleh seorang hamba, maka ia akan mendapatkan balasannya tujuh ratus kali lipat dari apa yang ia infakkan. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini : 


مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ


*Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti satu biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di mana dalam masing-masing bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Dzat yang Maha Luas lagi Maha Mengetahui* (QS. Al-Baqarah Ayat 261)


Pahala tujuh ratus kali lipat bagi orang yang berinfak itu adalah pahala minimal. Bila Allah berkenan maka Allah akan melipatgandakan pahala tersebut lebih banyak lagi bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Syekh Nawawi Banten dalam al-Munir Li Ma’alimit Tanzil menyebutkan bahwa  : *pelipatgandaan pahala infak hingga lebih dari tujuh ratus kali lipat ini tergantung pada kadar keikhlasan dan kesusahan orang yang berinfak*. 


Memahami apa yang disampaikan Syekh Nawawi di atas, bisa jadi dua orang yang berinfak dengan nominal yang sama akan mendapatkan pahala yang berbeda. Karena kadar kesusahan kedua orang tersebut berbeda dalam mendapatkan harta. Sebagai contoh, seorang tukang becak dan seorang direktur perusahaan sama-sama berinfak seratus ribu rupiah. Bisa jadi si tukang becak mendapatkan pahala jauh lebih banyak dari sang direktur.


*5. Kategori Ketujuh :*


Amal yang pahalanya *hanya diketahui oleh Allah SWT saja* adalah *Ibadah Puasa*. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang  oleh Imam Muslim diriwayatkan dalam sebuah hadits qudsi di mana Allah SWT berfirman sbb :


إِنَّ الصَّوْمَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ


*Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya* (HR. Muslim) 


Karena puasa adalah ibadah yang tidak terlihat oleh orang lain dan hanya Allah yang tahu bagaimana kadar dan kualitas puasa seseorang, maka Allah bertindak sendiri untuk memberikan pahalanya. Dan ketika Allah bertindak sendiri dalam memberikan pahala bagi orang yang berpuasa, ini menunjukkan betapa besar keutamaan ibadah puasa tersebut.


Dari uraian tersebut di atas, satu hal yang dapat kita pahami adalah betapa besar dan luas rahmat Allah SWT  bagi para hamba-Nya. Ketika seorang hamba melakukan sebuah kejelekan maka Allah tidak memberikan balasan kecuali balasan yang sepadan saja. Tak ada pelipatgandaan dalam hal dosa. Namun sebaliknya, ketika seseorang melakukan suatu kebaikan maka yang diberikan Allah adalah pelipatgandaan pahala yang hingga beratus kali dan bahkan hingga lipatan yang dikehendaki Allah SWT


Wallahu a’lam.


Semoga hidup kita semakin bermanfaat dan berkah, aamiin YRA

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS