Oleh : Wira Annisa Fitri, Mahasiswa Jurusan Biologi, Universitas Andalas, Padang Email: annisafitriabungo12345@gmail.com
Kekerinngan dan banjir secara bersamaan maupun terpisah menjadi pandangan public yang memilukan. Dalam beberapa decade terakhir ini, kekeringan berlangsung diberbagai tempat di indonesia. Akibatnya, jutaan hektar area pertanian di jawa dan luar jawa terancam gagal panen. Sementara itu, masih sangat kental dalam ingatna bahwa mmusim hujan selalu memaksa orang untuk tergopoh-gopoh karena datangnya banjir yang merendam beberapa kota di semuatra.
Untuk mengkaji lebih dalam kedua kejadian itu, perlu dikemukakan faktor-faktor penyebab kekeringan dan banjir secara menyeluruh. Berdasarkan kaidah ilmu pada hidrologi dan keseimbangan daerah aliran sungai (DAS), banjir dan kekeringan merupakan "saudara kembar yang pemunculannya datang susul-menyusul. Faktor penyebab kekeringan sama persis seperti faktor penyebab banjir. Keduanya berperilaku linier-dependent, artinya semua faktor yang menyebabkan kekeringan akan bergulir mendorong terjadinya banjir. Semakin parah kekeringan yang terjadi, semakin dahsyat pula banjir yang akan menyusul dan hal yang demikian berlaku sebaliknya.
Terdapat beberapa faktor penyebab kekeringan dan banjir. Di antaranya ialah faktor iklim ekstrem (kemarau ekstrem dan hujan ekstrem), faktor penurunan daya dukung DAS (termasuk di dalamnya faktor pola pembangunan sungai), faktor kesalahan perencanaan dan implementasi pengembangan kawasan, faktor kesalahan konsep drainase, dan faktor sosio-hidraulik (kesalahan perilaku masyarakat terhadap komponen hidrologi-hidraulik). Di tengah kondisi tersebut, rehabilitasi DAS menjadi solusi strategis dan berkelanjutan untuk memulihkan keseimbangan ekologi sekaligus melindungi masyarakat dari bencana hidrometeorologi.
Faktor iklim ekstrem, dapat menyebabkan kekeringan dan banjir yang tak terkendali. Misalnya kemarau panjang atau hujan badai ekstrem yang semuanya dipengaruhi oleh iklim makro global. Kondisi iklim ekstrem ini tidak bisa dielakkan dan dapat menyebabkan kekeringan dan banjir. Hal seperti ini bisa dikategorikan ke dalam natural disaster (bencana alam) yang sulit diatasi. Masalahnya ialah, jika kondisi iklim ekstrem semacam ini terjadi, sedangkan kondisi daya dukung DAS sangat jelek, dampak kekeringan dan banjir yang terjadi akan semakin parah. Cara mengatasi faktor iklim ekstrem ini mesti dilakukan secara global bersama negara-negara lain.
Hancurnya daya dukung DAS merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya kekeringan dan banjir. DAS berdaya dukung rendah ditandai dengan perubahan tata guna lahan dari daerah tangkapan hujan dengan koefisien aliran permukaan (koefisien run off) rendah (sebagian besar air hujan diresapkan ke tanah) berubah menjadi tanah terbuka dengan koefisen run off tinggi (sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan). Rendahnya daya dukung DAS dapat diamati dengan semakin mengecilnya luas area hutan, tidak terurusnya lahan pertanian, semakin luasnya lahan untuk hunian dan prasarana, serta semakin banyaknya tanah terbuka atau tanah kritis. Akibat hancurnya DAS, banjir akan terjadi pada musim hujan kemudian, banjir akn disusuli oleh kekeringan pada musim kemarau berikutnya.
Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah pendekatan yang sangat penting untuk mencegah bencana seperti banjir dan kekeringan yang semakin sering muncul di banyak lokasi . Daerah Aliran Sungai adalah wilayah yang berfungsi sebagai penyimpanan dan pengelola aliran air hujan menuju sungai utama dan akhirnya ke laut atau danau . Fungsi ini sangat vital untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan pasokan air . Namun , kerusakan yang terus-menerus terjadi di DAS karena aktivitas manusia, seperti penebangan hutan, konversi lahan , dan penggunaan lahan yang tidak ramah lingkungan, telah mengurangi kemampuan DAS. Akibatnya, ancaman banjir selama musim hujan dan kekeringan di musim kemarau semakin meningkat .
Kerusakan pada DAS mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air hujan. Tahun demi tahun, penebangan pohon besar-besaran untuk membuka lahan pertanian atau permukiman telah menghilangkan tutupan vegetasi yang penting dalam menjaga kelembaban dan struktur tanah. Tanpa vegetasi yang cukup, air hujan mengalir langsung ke sungai dengan cepat dalam jumlah besar , yang menyebabkan peningkatan volume air dan terjadinya banjir. Di sisi lain, di musim kemarau, simpanan air dalam tanah sangat minim , yang mengakibatkan berkurangnya cadangan air dan mengarah ke kekeringan , berdampak pada pertanian dan ketersediaan air bersih bagi masyarakat.
Rehabilitasi DAS adalah langkah penting untuk mengembalikan fungsi alami dari DAS tersebut. Langkah ini melibatkan berbagai aktivitas yang bertujuan untuk menstabilkan keadaan DAS agar bisa mengelola air hujan dengan lebih baik, menghindari erosi, serta memperbaiki kualitas tanah dan vegetasi. Salah satu metode utama dalam rehabilitasi adalah reboisasi atau penghijauan , yang menanam kembali pohon di area kritis. Kehadiran pohon sangat signifikan karena akar pohon membantu mengikat tanah , sehingga mengurangi erosi dan meningkatkan kemampuan tanah menyerap air. Selain itu, naungan dari pohon dapat memperlambat aliran air hujan yang jatuh, sehingga lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah dan mengurangi limpasan.
Selain reboisasi, metode lain seperti pembuatan terasering di lahan yang miring juga efektif untuk mengurangi aliran air permukaan yang cepat , sehingga menurunkan risiko banjir dan erosi. Terasering mengatur aliran air dengan membentuk bidang bertingkat yang bisa menampung dan menyimpan air. Di sektor pertanian, penerapan sistem agroforestri juga termasuk dalam rehabilitasi. Menanami lahan pertanian dengan tanaman keras bersama tanaman pangan dapat meningkatkan struktur tanah dan mengatur pola aliran air . Pembuatan kolam retensi atau embung juga bagian penting dari rehabilitasi DAS. Kolam -kolam ini berfungsi menyimpan kelebihan air hujan selama musim hujan dan menyediakan cadangan air saat kemarau. Dengan cara ini , ketersediaan air tetap terjaga sepanjang tahun , mengurangi ketergantungan pada sumber air lain yang lebih rentan terhadap kekeringan .
Peran masyarakat juga sangat penting untuk keberhasilan rehabilitasi DAS. Kesadaran dan keterlibatan warga lokal sangat diperlukan agar program rehabilitasi dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Pendidikan mengenai lingkungan dan pelatihan dalam pengelolaan lahan yang bijaksana adalah kunci agar masyarakat menyadari dampak dari tindakan yang merusak DAS dan mendorong mereka untuk berperan aktif dalam proses pemulihan.
Contoh berhasilnya rehabilitasi DAS bisa dilihat di beberapa tempat di Indonesia, seperti di DAS Citarum , yang pernah mengalami kerusakan berat akibat deforestasi dan pengalihan fungsi lahan , yang menyebabkan banjir pada tahun 2000. Dengan adanya program rehabilitasi yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kondisi DAS mulai menunjukkan perbaikan . Penanaman pohon secara masif dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan telah mengurangi erosi dan memperlambat aliran air, sehingga frekuensi banjir yang dahulu sering terjadi mulai berkurang. Ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun pun kini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Rehabilitasi DAS menghadapi sejumlah tantangan signifikan , termasuk keterbatasan dana, konflik dalam penggunaan lahan, serta kurangnya kesadaran dari masyarakat . Hal ini menunjukkan perlunya dukungan kebijakan dan regulasi pemerintah yang kokoh dan jelas . Pemerintah sebaiknya mendorong kerjasama antar sektor dan memadukan rehabilitasi DAS dalam perencanaan pembangunan daerah sehingga program dapat terlaksana dengan baik dan berkelanjutan. Namun, sering kali kebijakan yang diinginkan oleh pemerintah tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.
Sering kali , fokus utama pemerintah terletak pada pembangunan ekonomi , yang mengakibatkan pembukaan lahan untuk industri, perkebunan, atau infrastruktur tanpa mempertimbangkan perlindungan terhadap kawasan hutan dan DAS. Akibatnya, terjadi perubahan penggunaan lahan yang besar, yang memperburuk kerusakan DAS dan meningkatkan risiko banjir serta kekeringan. Aturan yang ada kadang tidak diterapkan secara konsisten, dan koordinasi antara instansi yang terlibat masih kurang baik, sehingga pelaksanaan rehabilitasi tidak berjalan efektif .
Di sisi baiknya , pemerintah kini mulai menggunakan teknologi terbaru seperti Sistem Informasi Geografis (SIG) dan citra satelit untuk memantau kondisi DAS secara langsung . Teknologi ini memberikan kemudahan dalam mengidentifikasi perubahan lingkungan, penurunan tutupan hutan, dan bencana dengan cepat, sehingga rencana dan tindakan rehabilitasi dapat lebih akurat. Namun, keberhasilan teknologi ini sangat tergantung pada komitmen pemerintah untuk memasukkan data tersebut ke dalam kebijakan dan keputusan yang berorientasi lingkungan.
Artinya , teknologi modern dapat menjadi alat yang sangat berguna jika didukung oleh langkah -langkah nyata dari pemerintah dalam penguatan hukum, penerapan kebijakan yang menjaga kawasan DAS, dan partisipasi aktif masyarakat. Tanpa itu , penggunaan teknologi yang canggih tidak akan berarti jika tidak ada tindakan nyata untuk konservasi dan pengelolaan DAS.
Secara umum , saat ini, pemerintah menghadapi tantangan besar dalam mencapai keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan. Rehabilitasi DAS memerlukan dukungan kebijakan yang nyata dan konsisten serta pemanfaatan teknologi secara maksimal agar berhasil menjadi solusi berkelanjutan dalam mengatasi banjir dan kekeringan. Membentuk sinergi antara kebijakan, teknologi, serta partisipasi masyarakat adalah kunci untuk keberhasilan rehabilitasi DAS di masa depan.
Secara keseluruhan, rehabilitasi DAS menawarkan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan untuk menangani masalah banjir dan kekeringan yang berkaitan erat dengan fungsi dan keadaan DAS. Dengan memulihkan fungsi alami DAS, kita tidak hanya melindungi lingkungan dan ekosistem tetapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini memerlukan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta agar dapat terwujud dan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.
Menjaga kelestarian DAS bukan sekadar investasi lingkungan , tetapi juga investasi dalam keselamatan, kesejahteraan, dan keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, rehabilitasi DAS perlu diutamakan dalam agenda pengelolaan sumber daya alam dan mitigasi bencana di Indonesia serta di negara lain yang mengalami tantangan serupa. Dengan kesadaran dan tindakan bersama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan tahan terhadap perubahan iklim yang semakin tidak terduga.

































0 Comments