Oleh: Unique Arya Muharani (Mahasiswa S1 Biologi Universitas Andalas)
Mentawai sering digambarkan sebagai surga kecil di barat Sumatra pulau-pulau yang dipenuhi hutan hujan tropis, budaya yang masih terjaga, serta satwa-satwa unik yang tidak ditemukan di tempat lain.
Namun di balik keindahan yang dikenal dunia itu, Mentawai sedang menghadapi ancaman serius.
Penebangan hutan, pembukaan lahan, dan tekanan pembangunan menyebabkan habitat alami menyusut semakin cepat.
Satwa endemik seperti bilou dan simakobu kini berada pada kondisi yang mengkhawatirkan. Jika kerusakan ini terus dibiarkan, Mentawai bukan hanya kehilangan hutan, tetapi juga kehilangan identitas, budaya, dan masa depan ekologisnya.
Hutan Mentawai memiliki fungsi penting bukan hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat adat yang hidup di dalamnya. Bagi mereka, hutan adalah sumber pangan, obat-obatan alami, hingga bagian dari kehidupan spiritual. Ketika hutan rusak, mereka kehilangan ruang hidup. Karena itu, isu konservasi di Mentawai bukan sekadar isu lingkungan, melainkan juga isu kemanusiaan. Kita perlu menyadari bahwa keberadaan masyarakat adat dan kelestarian alam adalah dua hal yang saling bertautan dan tidak dapat dipisahkan.
Mentawai begitu penting bagi Indonesia karena tingkat keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi, bahkan termasuk yang tertinggi di dunia. Pulau-pulau ini menyimpan spesies yang hanya berkembang di sana. Hilangnya satu spesies berarti hilangnya bagian dari kekayaan alam Indonesia yang tidak bisa digantikan. Masyarakat adat Mentawai selama ini juga terbukti menjadi penjaga hutan yang efektif. Mereka memiliki cara hidup yang tidak merusak, memungut hasil hutan seperlunya, dan mewariskan nilai-nilai pelestarian dari generasi ke generasi. Ketika negara mengakui dan mendukung peran mereka, kita sebenarnya sedang memperkuat benteng konservasi yang sudah ada.
Pemulihan dan perlindungan Mentawai dapat dimulai dengan memberikan ruang yang lebih luas bagi masyarakat adat untuk mengelola wilayah mereka. Selain itu, pengembangan ekowisata berbasis masyarakat menjadi peluang besar untuk membuka lapangan kerja tanpa harus merusak hutan. Mentawai memiliki daya tarik kuat dari ombak selancar kelas dunia, budaya yang khas, hingga kekayaan satwa liar yang menakjubkan. Jika kegiatan wisata ini dikelola langsung oleh masyarakat lokal, pendapatan ekonomi dapat meningkat tanpa mengorbankan lingkungan. Di sisi lain, penelitian ilmiah mengenai kondisi hutan dan habitat satwa juga harus menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan.
Keputusan mengenai pembangunan tidak boleh lepas dari data lapangan agar keberlanjutan lingkungan tetap terjaga.
Pada akhirnya, Mentawai berdiri sebagai cermin bagi kita semua: apakah kita bangsa yang menjaga anugerahnya, atau bangsa yang membiarkan warisannya lenyap perlahan? Mentawai tidak meminta banyak hanya perhatian, perlindungan, dan keberpihakan. Kita mungkin tidak bisa mengulang masa lalu, tetapi kita bisa menentukan masa depan.
Dan masa depan itu dimulai dari keberanian kita untuk mengatakan: Mentawai harus tetap hidup.






























0 Comments