Penulis:Obral Chaniago (Wartawan)
Diamati, sebuah narasi pilu terakhir di penghujung Nopember 2025, ketika langit Sumatera seolah runtuh dalam tangisan tak bertepi. Hujan yang turun tanpa jeda mengoyak bumi Ranah Minang, memuntahkan amarah alam dalam bentuk banjir dan longsor yang mematikan.
Duka membisu menyelimuti nagari-nagari yang kini menyisakan puing dan kenangan.
Hingga laporan ini di himpun pada Minggu 21 Desember 2025, jejak bencana masih kentara, menggoreskan luka yang mendalam. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), merekam statistik pilu dan tragedi ini.
Tak ketinggalan platfrom berita media lokal ikut berpartisipasi menyampaikan informasi, bahwa masa tanggap darurat bencana alam banjir dan longsor di Sumatera Barat berakhir di 22 Desember pada Senin besok.
Begitu pun Media Sosial (Medsos) seperti pengguna akun facebook, instagram, tiktok serta pengguna akun Medsos sejenisnya me-reportase bencana Sumatera banjir dan longsor saya (Obral Chaniago) menganggap sebagai penyampai informasi pedesaan terdepan dan tercepat ketimbang media industri pers berbadan hukum. Partisipasi masyarakat reporter Medsos di dusun dan perkampungan dapat memberikan kabar duka Sumatera, bila ditelisik satu per satu konten video pada Medsos musibah bencana sungguh mengerikan.
Bencana alam Sumatera, banjir dan longsor menimbulkan korban jiwa dan terdampak, di Sumatera Barat saja, jumlah korban jiwa mencapai 248 orang.
Angka ini terus bertambah seiring proses identifikasi dan pencarian. Secara total di tiga provinsi terdampak (Sumut, Aceh, Sumatera Barat), korban meninggal dunia mencapai 1.090 jiwa.
Ratusan jiwa hilang masih dalam pencarian, dengan sekitar 92 orang dilaporkan hilang di Sumatera Barat, dan total sekitar 186 orang di seluruh wilayah terdampak.
Lebih dari 6.698 orang mengalami luka-luka. Bencana ini berdampak langsung pada jutaan jiwa, dengan ribuan warga mengungsi, termasuk lebih dari 18 ribu jiwa di Kota Padang dan hampir 50 ribu jiwa di Kabupaten Pesisir Selatan.
Kerusakan yang ditimbulkan bersifat masif dan porak-poranda, ribuan rumah penduduk hancur dan hanyut, dengan setidaknya 11.650 unit rumah terendam di Pesisir Selatan saja. Total puluhan ribu rumah rusak di seluruh wilayah terdampak.
Banyak jembatan vital yang ambruk, mengisolasi beberapa daerah. Sekitar 295 unit jembatan rusak parah secara keseluruhan di Sumatera.
Akses jalan terputus, baik itu jalan nasional, provinsi (16 ruas jalan provinsi rusak), maupun jalan daerah kabupaten, menghambat mobilitas dan bantuan.
Ratusan sarana dan fasilitas umum, termasuk sekolah dan tempat ibadah, mengalami kerusakan parah. Diperkirakan kerugian infrastruktur di Kota Padang mencapai Rp 264,3 miliar.
Respon cepat dari pemerintah dan relawan telah dilakukan sejak dini. Bantuan logistik, tim medis, dan alat berat (seperti gergaji mesin dan genset) telah disalurkan untuk evakuasi dan pembersihan.
Masa tanggap darurat bencana alam di Provinsi Sumatera Barat telah diperpanjang dan akhir berakhir besok pada Senin, 22 Desember 2025. Hingga batas waktu tersebut, upaya pencarian korban hilang dan pemulihan darurat terus diintensifkan. Stok logistik cadangan juga telah disiapkan untuk mengantisipasi kebutuhan lanjutan.
Di tengah puing dan lumpur, asa untuk pulih tetap menyala. Proses rehabilitasi dan rekontruksi menanti, menjadi babak baru perjuangan masyarakat Sumatera Barat untuk bangkit dari keterpurukan ini.(*).
































0 Comments