Penulis: Najwa Azzahra mahasiswa Universitas Andalas
Indonesia memasuki era digital dengan langkah cepat dan penuh semangat. Internet, media sosial, dan berbagai platform teknologi kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, di tengah gemerlap kemajuan ini, terdapat satu aspek mendasar yang tidak boleh luput dari perhatian: Wawasan Nusantara. Sebagai cara pandang bangsa terhadap diri dan tanah airnya, Wawasan Nusantara merupakan fondasi utama dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sayangnya, di era digital ini, nilai-nilai tersebut menghadapi ujian yang tidak ringan.
Paparan informasi global yang nyaris tak terbendung telah menghadirkan tantangan besar. Arus budaya asing mengalir deras ke berbagai penjuru tanah air, seringkali tanpa filter. Generasi muda, sebagai pengguna utama teknologi, kerap kali lebih akrab dengan tren luar ketimbang memahami identitas bangsanya sendiri. Fenomena ini tidak hanya mengikis rasa cinta tanah air, tetapi juga dapat melemahkan semangat kebangsaan yang selama ini menjadi perekat keberagaman.
Media sosial, yang seharusnya menjadi sarana komunikasi dan edukasi, justru kadang berubah menjadi ruang polarisasi. Diskusi kebangsaan kerap tenggelam dalam perdebatan yang dangkal dan penuh emosi. Jika tidak diantisipasi, situasi ini berpotensi merusak kohesi sosial yang telah dibangun dengan susah payah sejak masa kemerdekaan.
Membuka Peluang Baru
Di sisi lain, era digital juga membawa peluang besar dalam memperkuat dan menanamkan kembali semangat Wawasan Nusantara. Internet dan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan secara lebih luas, kreatif, dan efektif. Konten-konten edukatif tentang kebhinekaan, toleransi, sejarah perjuangan bangsa, dan nilai-nilai Pancasila dapat dikemas dalam bentuk visual menarik, video singkat, atau bahkan kampanye daring yang melibatkan partisipasi publik.
Pendidikan Kewarganegaraan tidak harus terkungkung di ruang kelas semata. Dengan pendekatan digital, materi kebangsaan dapat menjangkau pelajar dan mahasiswa melalui platform yang mereka gemari, seperti YouTube, Instagram, atau TikTok. Strategi ini bukan hanya relevan, tetapi juga mendesak, mengingat pentingnya membentuk karakter generasi digital agar tetap berpijak pada identitas nasional.
Lebih jauh, dunia pendidikan dan pemerintahan memiliki peran strategis dalam memfasilitasi literasi digital yang berorientasi pada kebangsaan. Program pelatihan, lomba konten positif, serta kolaborasi antar-lembaga dapat menjadi langkah nyata untuk mengintegrasikan Wawasan Nusantara ke dalam ruang digital. Mahasiswa, guru, dan tokoh muda bisa menjadi agen perubahan yang menyebarkan semangat persatuan dengan bahasa dan medium zaman mereka.
Momentum untuk Bergerak
Menghadapi era digital bukan berarti mengabaikan akar budaya dan jati diri bangsa. Justru, di tengah keterbukaan informasi ini, Indonesia memiliki momentum untuk mengukuhkan Wawasan Nusantara sebagai dasar berpikir dan bertindak seluruh warga negara. Teknologi harus dijadikan alat untuk memperkuat rasa kebangsaan, bukan sebaliknya.
Membangun generasi yang tangguh di era digital bukan hanya soal kecakapan teknologi, tetapi juga soal memperkuat karakter, etika, dan rasa cinta tanah air. Dalam situasi dunia yang makin terhubung, justru penting bagi setiap warga negara untuk tidak kehilangan arah dan identitas. Inilah tugas bersama yang harus dijalankan oleh keluarga, sekolah, komunitas, dan negara.
Penutup
Wawasan Nusantara bukan konsep usang, melainkan panduan yang makin relevan di tengah dinamika global saat ini. Di tangan generasi muda yang cerdas digital dan sadar nilai, semangat kebangsaan dapat terus menyala dan bertransformasi dalam bentuk yang sesuai zaman.
Era digital bukan akhir dari nasionalisme, melainkan babak baru untuk menghidupkannya dengan cara yang lebih segar dan inklusif.
Penulis: Najwa Azzahra
Instansi: Universitas Andalas
0 Comments