Ticker

6/recent/ticker-posts

MENJAGA JATI DIRI BANGSA: PERAN BAHASA DALAM MEWUJUDKAN KEWARGANEGARAAN YANG AKTIF

Penulis: Fatia Azzahra,                      Mahasiswa Universitas Andalas


Di tengah dunia yang terus bergerak menuju homogenisasi budaya, pertanyaan tentang siapa kita sebagai bangsa menjadi semakin relevan. Globalisasi dan digitalisasi menghadirkan kemudahan dalam akses informasi dan pertukaran budaya, tetapi pada saat yang sama juga membawa risiko: pelunturan identitas nasional. 

Di sinilah bahasa berperan sangat penting. Ia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga benteng pertahanan kultural dan ideologis. Bahasa membentuk cara pandang, membentuk nilai, bahkan membentuk perasaan kebersamaan di antara individu dalam satu bangsa.

Bahasa sebagai Simbol, Alat, dan Jiwa Bangsa

Sejak dahulu, bahasa telah menjadi pengikat utama dalam proses pembentukan bangsa. Ia adalah simbol yang menandai keberadaan kolektif suatu masyarakat. Dalam konteks Indonesia, peran Bahasa Indonesia sangatlah istimewa. Di tengah ribuan pulau dan ratusan bahasa daerah, Bahasa Indonesia menjadi jembatan yang memungkinkan lahirnya kesadaran kebangsaan. Tanpa bahasa pemersatu, semangat nasionalisme yang menyatukan berbagai etnis, agama, dan budaya di Indonesia mungkin tidak akan pernah terbentuk sekuat sekarang.

Namun, simbol saja tidak cukup. Bahasa juga harus menjadi alat yang aktif digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam ranah formal maupun informal. Ia harus hadir dalam interaksi masyarakat, dunia pendidikan, media massa, ruang digital, hingga ruang publik. Hanya dengan penggunaan yang terus-menerus dan luas, Bahasa Indonesia dapat terus hidup, berkembang, dan berfungsi sebagai jiwa bangsa.

Kewarganegaraan Aktif Yang Lebih dari Sekadar KTP


Istilah “kewarganegaraan aktif” mengacu pada peran aktif individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini bukan hanya soal hak pilih atau keterlibatan dalam kegiatan politik. 


Kewarganegaraan aktif juga menyangkut kesadaran dan kontribusi nyata terhadap nilai-nilai kebangsaan. Salah satu bentuknya adalah melalui sikap dan perilaku berbahasa.



Saat seseorang memilih menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam aktivitas sehari-hari, dalam menulis, berbicara, berdiskusi, atau bermedia sosial ia sebenarnya sedang menunjukkan bentuk keterlibatan aktif sebagai warga negara. 


Ia sedang ikut menjaga keutuhan dan kesinambungan budaya bangsa. Bahkan lebih dari itu, ia sedang memperkuat fondasi komunikasi yang memungkinkan lahirnya diskusi sehat, toleransi, dan kesatuan visi di tengah perbedaan.

Bahasa dan Pendidikan Karakter Bangsa

Pembentukan karakter bangsa tidak bisa dilepaskan dari pendidikan. Dalam proses ini, bahasa berfungsi sebagai medium utama penyampaian nilai. Bahasa bukan hanya mengajarkan anak-anak bagaimana menyusun kalimat atau menulis esai, tetapi juga bagaimana bersikap santun, kritis, dan menghargai keberagaman. Melalui bahasa yang baik, kita belajar mendengar sebelum berbicara, memahami sebelum menilai, dan menimbang sebelum memutuskan.

Kesantunan berbahasa menjadi refleksi dari sikap mental yang tertanam dalam diri warga negara. Di era digital, di mana ujaran kebencian dan polarisasi mudah tersebar, penting sekali untuk menanamkan kesadaran akan etika berbahasa sebagai bagian dari tanggung jawab kewarganegaraan. Ketika publik mampu berbahasa dengan tertib, diskusi nasional akan lebih sehat dan demokrasi akan berkembang dengan baik.

Di balik semangat kebangsaan, ada warisan lokal yang juga tak boleh ditinggalkan. Bahasa daerah adalah ekspresi dari kearifan lokal dan kekayaan budaya yang membentuk mozaik bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa daerah tidak seharusnya dianggap bertentangan dengan Bahasa Indonesia. Justru, keberadaan bahasa-bahasa lokal adalah akar yang menumbuhkan kebanggaan nasional.

Ketika generasi muda tetap menggunakan bahasa daerah dalam lingkungan keluarga dan komunitas, sambil menggunakan Bahasa Indonesia di ranah nasional, mereka menunjukkan identitas ganda yang saling menguatkan. Mereka menjadi pribadi yang berakar kuat namun juga terbuka dan adaptif. Inilah kekayaan khas Indonesia: kesatuan dalam keragaman yang terjaga oleh bahasa.

Lihatlah papan nama di toko-toko, spanduk iklan, atau bahkan aplikasi-aplikasi digital yang kita pakai setiap hari. Tak jarang, kita menemukan bahwa Bahasa Indonesia tidak lagi menjadi pilihan utama. Fenomena ini bisa jadi mencerminkan kecenderungan masyarakat yang mulai memandang rendah bahasanya sendiri atau terlalu menggantungkan nilai modernitas pada bahasa asing.

Ruang publik seharusnya menjadi panggung bagi Bahasa Indonesia untuk tampil secara elegan dan membanggakan. Ketika bahasa nasional hadir di ruang-ruang ini secara proporsional, ia tidak hanya memperkuat identitas kolektif, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa ini punya karakter dan percaya diri terhadap dirinya sendiri. Bahasa adalah representasi kita di mata bangsa lain.

Menjawab Tantangan Zaman dengan Aksi Nyata

Zaman terus berubah, tantangan akan selalu hadir. Namun itu bukan alasan untuk menyerah. Justru, era digital bisa dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Bahasa Indonesia. Konten-konten lokal dalam bentuk video, podcast, artikel, dan platform edukatif dapat menjadi senjata utama untuk menghidupkan bahasa di ruang-ruang baru. Generasi muda dapat diajak untuk menjadikan Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat akademik, tetapi juga sebagai bahasa ekspresi, kreativitas, dan inovasi.

Lembaga pendidikan, media massa, dan pemerintah memiliki tanggung jawab yang sama besar dalam memastikan Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama yang hidup, dinamis, dan kontekstual. Namun pada akhirnya, tugas itu ada di tangan kita semua—sebagai individu, keluarga, dan masyarakat.

Di tengah kecanggihan teknologi, cepatnya informasi, dan derasnya budaya global, kita perlu kembali bertanya: dalam bahasa apa kita berpikir, bermimpi, dan menyapa sesama? Jika jawaban kita adalah Bahasa Indonesia, maka kita telah berada di jalan yang benar.

Menjaga bahasa bukanlah tugas akademik semata. Ia adalah tindakan politik, sosial, dan budaya yang sangat personal sekaligus kolektif. Melalui bahasa, kita merawat sejarah, menyambung masa depan, dan menunjukkan kepada dunia siapa kita sebenarnya.

Karena itu, mari menjaga Bahasa Indonesia bukan sebagai kewajiban, tetapi sebagai wujud nyata cinta kita pada Indonesia. Sebab dalam bahasa, jati diri bangsa terukir, dan melalui bahasa pula, kewarganegaraan yang aktif dan bermakna dapat kita wujudkan bersama.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS