Ticker

6/recent/ticker-posts

PANDANGAN MAHASISWA SASTRA INGGRIS TERHADAP KARYA SASTRA YANG BERJUDUL “THREE UNEASY PIECES (1987)” DARI PATRICK WHITE




Oleh: Naufal Najib, Mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya

 Potret Patrick White penulis Three Uneasy Pieces (1987) (nma.gov.au|)

 

Patrick White (1912–1990) adalah seorang novelis, penulis drama, dan penulis cerpen Australia yang dianggap sebagai salah satu penulis terpenting dalam sastra Australia. White dikenal karena gaya menulisnya yang mendalam dan simbolis, serta sering mengeksplorasi tema identitas, isolasi, dan spiritualitas. Karyanya menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia dalam konteks budaya Australia, termasuk ketegangan antara individu dan Masyarakat.

 

Three Uneasy Pieces (1987) adalah kumpulan tiga cerita pendek yang ditulis oleh Patrick White di tahun-tahun terakhirnya.

  


Three Uneasy Pieces – Patrick White Catalogue (patrickwhitecatalogue.com)

 

Karya ini mencakup pemeriksaan mendalam terhadap tema-tema seperti ketakutan, identitas, dan ketidaknyamanan eksistensial yang sering muncul dalam karya White. Ceritanya berfokus pada individu terisolasi yang menghadapi konflik batin dalam masyarakat yang terkesan tidak ramah atau acuh tak acuh.

 

Berikut sinopsis singkat ketiga cerita dalam kumpulan tersebut:

The Screaming Potato: Dalam cerita ini, untuk terlibat dengan dunia di sekitar, White menghadapi krisis eksistensial yang memanifestasikan dirinya dalam sesuatu yang kecil seperti “jeritan” kentang. Ini adalah kisah penuh simbol tentang kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan yang ada dalam kehidupan modern.

 

Dancing with Both Feet on the Ground: Kisah ini berfokus pada kehidupan seorang wanita yang berusaha menemukan keseimbangan dalam hidupnya. Karakter ini merasa terjebak antara tuntutan dunia nyata dan keinginannya akan kebebasan batin. White menggunakan metafora "tarian" untuk melambangkan konflik antara hubungan dengan kenyataan dan pencarian identitas

 

The Age of a Wart: Kisah terakhir ini berkisah tentang seorang lelaki tua yang menghadapi kenyataan penuaan dan mendekati kematian. Pengalaman yang meresahkan menyebabkan dia merenungkan kehidupannya dan masa lalu yang membentuk dirinya. Kisah ini penuh dengan refleksi tentang kefanaan, waktu, dan makna hidup.

 

Secara keseluruhan, Three Uneasy Pieces menunjukkan bakat Patrick White dalam mengeksplorasi kompleksitas hati manusia, terutama ketika dihadapkan pada krisis identitas, ketidaknyamanan batin, dan kesadaran akan kematian Masu. Gaya penulisannya yang kuat dan simbolis memberikan kedalaman pemikiran pada karya ini.

Berdasarkan pendapat dari beberapa mahasiswa di Universitas Andalas seperti Reza Virgiawan Amazon ia berkata “Saya merasa buku ini mewakili sesuatu yang unik dan mendalam. Meski hanya terdiri dari tiga cerita pendek, namun setiap cerita penuh dengan makna dan emosi yang kompleks”, lalu ada juga salah satu mahasiswa bernama Abdurrahman Hafizh ia berkata “ Saya benar-benar merasakan bagaimana White mampu mengungkapkan perasaan keterasingan dan krisis eksistensial dengan cara yang terasa aneh namun sangat bermakna.” dan juga ada Mahasiswa bernama Adam Cortes ia mengungkapkan bahwa ia sangat terinspirasi dengan cara penulisan white yang sangat simbolis dan penuh nuansa.”

 

Wawancara mahasiswa UNAND : Adam Cortes, Abdurrahman Hafizh, dan Reza Virgiawan Amazon (dokumentasi dari Naufal Najib)

 

Berdasarkan pendapat- pendapat para mahasiswa diatas, kita bisa mengartikan bahwa buku ini mengeksplorasi sisi gelap kehidupan sehari-hari dengan gaya yang simbolis dan penuh refleksi.

Fakta lain tentang buku ini adalah salah satu karya terakhir White sebelum kematiannya, dan ditulis pada masa pensiunnya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS