Ticker

6/recent/ticker-posts

“PERANG (WAR) TAKJIL”

 


Oleh: Anis Raziah

Bulan Ramadhan tahun ini diwarnai dengan fenomena baru yang sangat menarik perhatian yang disebut dengan “perang takjil (war takjil)”. Tradisi berburu takjil untuk sekarang bukan hanya dilakukan oleh umat muslim yang sedang berpuasa, namun dilakukan oleh warga nonis (sebutan untuk warga Non-Muslim). Kebiasaan ini terjadi ditahun-tahun sebelumnya, namun di momen Ramadhan tahun ini istilah war takjil menjadi viral.

Fenomena 'war takjil' adalah bentuk kebersamaan antara umat Muslim dan non-Muslim yang membuat praktik beragama menjadi lebih harmonis satu sama lain. Ini dianggap sebagai bentuk humor religius yang harus dipelihara, sehingga berdampak pada relasi harmoni antar umat beragama di Indonesia. 'War takjil' menciptakan ruang di mana umat Muslim dan non-Muslim saling berbaur untuk berburu takjil dengan berbagai motivasi, mereka saling menghargai perbedaan. Ragam makanan dengan cita rasa yang enak dan harga yang murah menjadi daya tarik takjil itu sendiri bagi para penggemar kuliner. Beberapa makanan dan minuman khas Ramadan kini tak hanya menjadi incaran umat Muslim saja, melainkan juga umat non-Muslim.

Hampir diseluruh daerah yang terdapat penduduk Muslim dan non-muslim, dapat dilihat fenomena dimana selain warga muslim, warga non-muslim juga dengan sangat antusias menjelang waktu berbuka ikut berburu makanan dan minuman untuk menu berbuka puasa. Hal ini menjadi angin segar untuk menjalin kebersamaan ditengah keberagaman.

Perang takjil kini menjadi suatu topik pembicaraan diberbagai kalangan, budaya dan ras. Misalnya, viral cuplikan video seorang pendeta yang tengah berkhotbah disuatu ibadah di gereja kristiani dan berbicara mengenai persaingan berburu takjil dengan teman-teman muslim. Sambil bercanda dan disambut gelak tawa, pendeta yang diketahui bernama Steve Marcel ini menyatakan bahwa agama mereka memang toleran, namun urusan berburu takjil mereka maju duluan.

Dalam cuplikan video itu dia mengatakan “Jam tiga (sore) mereka masih lemes, kita sudah stand by berburu takjil,” Tak hanya itu, di media sosial X (dulu Twitter) juga muncul berbagai utas berisi kumpulan video berburu takjil yang dilakukan oleh warga lintas agama. Meski mereka tidak ikut ibadah puasa, aksi bersemangat umat agama lain saat membeli takjil di pasar menambah suasana keceriaan dan kerukunan lintas agama di bulan Ramadhan.

Muncul juga jokes (gurauan) media sosial berupa komentar lucu dari teman – teman muslim yang ikut meramaikan. 


“Awas ya kalian ketika paskah kita borong semua telur, biar kalian paskahnya pakai kinder joy” ada juga yang berkomentar “Tolong dong teman-teman yang ga puasa. Dahulukan kami yang puasa. Masa kami cuma di sisain es batu saja”. 


Jika sebelumnya gurauan yang berbau agama akan memunculkan perselisihan dan konflik, tetapi justru hal ini membuat semakin hangat persaudaraan antar umat lintas agama. 


Banyak dari mereka menanggapi hal tersebut dengan sebatas gurauan yang menggelitik. Disisi lain, tradisi berburu takjil lintas agama ini secara tidak langsung berdampak positif yaitu membantu perekonomian para pedagang takjil.


Selain berburu takjil, juga beberapa fenomena lain seperti acara buka bersama yang ikut diramaikan oleh warga non-muslim. Dimana kaum non-muslim berlomba-lomba ikut melakukan pembookingan untuk buka bersama padahal mereka tidak melakukan puasa. 


Bahkan dimedia sosial seperti tiktok terdapat beberapa video yang berisi tentang acara buka bersama di sebuah restoran oleh kaum non-muslim (Kristen) dengan outfit ala-ala Ramadhan.

Ramadhan tahun ini menjadi moment titik balik yang mempersatukan Masyarakat setelah situasi panasnya pemilu. 


Dimana saat pemilu terjadi perbedaan pilihan, namun di moment Ramadhan ini menjadi titik balik yang menyatukan.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS