Ticker

6/recent/ticker-posts

Etnografi: Budaya Makan Bajamba yang Hanya ada di Minangkabau

Oleh :Hidayatul Irfani Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas

 Etnografi yang berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan) dapat diartikan sebagai usaha untuk menguraikan atau menggambarkan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan (Meleong,1990:13). Dengan kata lain etnografi adalah sebuah metode penelitian untuk memahami masyarakat dan kelompok etnis tertentu. Melalui pengamatan langsung (observasi). Dimana peneliti mencoba memahami bagaimana orang berpikir, berperilaku, dan berinteraksi ditengah sebuah entitas masyarakat. Itu artinya etnografi Minangkabau adalah studi yang dilakukan untuk memahami masyarakat Minangkabau.

Tentunya jika kita membahas tentang etnografi, kita selalu terhubung dengan kebudayaan. Lalu semestinya kita akan bertanya apakah kebudayaan itu? Apa saja yang termuat didalamnya, dan bagaimana konsep kebudayaan itu?.

Budaya atau culture berasal dari bahasa latin yaitu colere yang artinya mengolah atau mengerjakan. Koentjaraningrat (1923-1999) mengartikan secara rinci bahwa kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar. Yang dimana itu artinya kebudayaan memuat unsur seperti bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, ekonomi, religi, dan kesenian. Sedangkan konsep kebudayaan ialah keseluruhan dari total pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar pada naluri dan hanya dapat dihasilkan dengan suatu proses pembelajaran.

Salah satu jenis budaya khas dan unik yang hanya ada di Minangkabau yang saat ini masih ada dan dilestarikan ditengah masyarakat adalah tradisi “Bajamba”. Bajamba atau barapak adalah tradisi makan didalam suatu ruangan atau  luar ruangan secara bersama-sama yang biasanya dilangsungkan dalam berbagai upacara adat dan pada hari besar agama Islam. Tradisi ini banyak dikatakan berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dan diperkirakan telah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-7.

Tradisi makan Bajamba di Minangkabau biasanya dilakukan dengan duduk melingkar dalam sebuah formasi yang terdiri antara 3 sampai 7 orang. Lalu ditengahnya diletakkan nasi dan berbagai lauk pauk yang telah disiapkan seperti rendang, gulai ayam, asam padeh atau anyang kelapa, gulai babat, kerupuk tunjuk balado, terong yang digoreng pakai cabai, perkedel, dan ikan pang atau biasa disebut juga dengan “Samba Nan Salapan”.

Pada saat makan bajamba selain duduk melingkar, cara duduk juga diatur yang dimana perempuan harus duduk bersimpuh dan laki-laki duduk bersila. Setelah itu, ketika makan. Seseorang hanya boleh memakan apa yang berada dihadapannya dengan mengambil sesuap nasi dengan sedikit lauk dan mendahulukan yang lebih tua terlebih dahulu. Setelah itu, barulah nasi dimasukkan kedalam mulut dengan cara dilempar dengan jarak yang dekat dan tangan kiri berada dibawahnya untuk menghindari nasi tercecer atau kembali kedalam piring.

Biasanya sebelum proses makan bajamba biasanya ada sebuah pertunjukan kesenian Minangkabau yaitu saling berbalas pantun yang dilakukan oleh pemangku ada dan niniak mamak guna menghargai atau bentuk penghormatan kepada para tamu. Kegiatan berbalas pantun itu disebut juga dengan “Pantun Pasambahan”.

Tradisi makan bajamba ini memiliki makna yang mendalam yaitu tentang kebersamaan dan kesetaraan karena dengan duduk melingkar dan memakan makanan yang sama diatas piring yang sama juga, menandakan bahwa setiap orang tanpa memandang status sosial atau status ekonominya itu sama dimata adat dan agama.

Selain itu makan bajamba juga mengajarkan kita untuk bersyukur dan lebih menghargai orang yang lebih tua, serta dengan duduk melingkar, setiap orang dapat berbagi cerita, tawa, dan kenangan dalam suasana yang hangat dan akrab.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS