Ticker

6/recent/ticker-posts

Menafsirkan Kembali Kisah Ken Arok Dan Ken Dedes Pada Kitab Pararaton



Muhammad Zhafran Nabil


Kitab Pararaton adalah salah satu karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditulis dalam bahasa Jawa Kawi. Isinya memuat tentang sejarah raja-raja Kerajaan Singasari dan Majapahit. Kitab ini juga dikenal dengan nama Pustaka Raja atau Kitab Raja-Raja. Mengingat tarikh tertua yang terdapat pada naskahnya adalah 1522 Saka (1600 M), diduga Pararaton ditulis antara 1481-1600 M. Meski dijadikan sumber sejarah utama Kerajaan Singasari dan Majapahit, beberapa sejarawan meragukan keabsahannya karena sebagian besar isinya adalah cerita mitos. 

Naskah Pararaton cukup pendek, yakni terdiri dari 1.126 baris yang tertuang dalam 32 halaman seukuran folio. Isi Kitab Pararaton dapat dibagi ke dalam dua bagian, di mana pada bagian pertama menceritakan tentang riwayat Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan para raja penerusnya. Sementara pada bagian kedua mengisahkan tentang kehidupan Kerajaan Majapahit, mulai dari riwayat pendirinya, Raden Wijaya, hingga daftar raja-raja yang berkuasa dan pemberontakan yang berlangsung pada awal berdirinya kerajaan.

Kitab Pararaton dibuka dengan cerita mengenai perjalanan hidup Ken Arok dari awal hingga menjadi raja pada 1222 M. Kerajaan Singosari didirikan oleh Ken Arok atau sering ditulis sebagai Ken Angrok pada 1222 masehi. Ken Arok memerintah sebagai raja pertama Kerajaan Singasari atau Kerajaan Tumapel dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Masa pemerintahannya tergolong singkat, yakni selama lima tahun, karena Ken Arok tewas dibunuh pada 1227 masehi. Ken Arok merupakan sosok yang berasal dari kalangan sederhana tetapi kemudian berhasil menjadi penguasa paling kuat di Jawa. Dukun Si Pembunuh asal Banjarnegara Sumber tentang Kerajaan Singasari dan Ken Arok dapat diketahui dari Kitab Pararaton dan Negarakertagama. Menurut Kitab Pararaton, asal-usul Ken Arok sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Ken Arok diduga lahir pada 1182 masehi dari keluarga petani miskin yang tinggal di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Ibunya bernama Ken Ndok, istri dari seorang pembantu adipati di Kerajaan Kediri bernama Gajah Para. Sesaat setelah lahir, bayi Ken Arok dibuang oleh ibunya yang berharap putranya akan mendapatkan kehidupan lebih baik. Namun, Ken Arok justru ditemukan dan diasuh oleh pencuri bernama Lembong. Oleh karena itu, Ken Arok tumbuh dewasa menjadi pencuri licik yang juga melakukan banyak tindak kejahatan. Kehidupannya mulai berubah saat bertemu dengan Mpu Lohgawe, yang yakin bahwa Ken Arok adalah titisan Wisnu. Setelah meninggalkan kehidupan lamanya, Ken Arok kemudian dibawa Mpu Lohgawe untuk menjadi pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu (camat) di daerah Tumapel.

Mengutip buku Ken Arok dan Ken Dedes (1985) oleh R.A. Kosasih, Ken Arok sebenarnya anak dari seorang pejabat daerah era Kerajaan Kediri, bernama Gajah Para. Gajah Para beristrikan perempuan asal Blitar yakni Ken Ndok. Sayangnya, Gajah Para meninggal dunia ketika istrinya mengandung dan melahirkan Ken Arok. Dalam kitab Pararaton menceritakan, Ken Ndok dibawa ke pusat Kerajaan Kediri di Daha. Sebelum itu, Ken Ndok sempat meninggalkan bayinya di sebuah area pemakaman. Bayi Ken Arok kemudian ditemukan oleh seorang pencuri bernama Lembong dan diasuhnya.

Sepanjang perjalanan hidupnya, dia semakin dikenal sebagai perampok yang sering beraksi di wilayah Kerajaan Kediri. Sepak-terjang Ken Arok di dunia hitam akhirnya usai setelah dia bertemu seorang brahmana bernama Lohgawe, yang konon datang dari India untuk mencari titisan Dewa Wisnu di tanah Jawa. Lohgawe yakin bahwa orang yang kelak bakal menjadi pemimpin jagat tersebut adalah Ken Arok. Di sisi lain, Tunggul Ametung, akuwu Tumapel, memperistri Ken Dedes, putri Mpu Purwa dari Panawijen.

Dari perkawinan itu lahir seorang putra bernama Anusapati. Pada suatu hari, Ken Dedes pulang ke Panawijen untuk menjenguk ayahnya. Saat, Ken Dedes turun dari kereta kerajaan, angin bertiup kencang dan menyingkap bagian bawah kainnya. Ken Arok yang bertugas mengawal kereta Ken Dedes sempat melihat sekilas betis istri Tunggul Ametung tersebut.

Di mata Ken Arok, betis Ken Dedes memancarkan sinar menyilaukan. Peristiwa itu tidak dapat hilang dari ingatan Ken Arok. Lalu, Ken Arok menanyakan peristiwa tersebut pada Mpu Purwa. Sang Mpu menjelaskan bahwa Ken Dedes ditakdirkan sebagai wanita yang akan menurunkan raja-raja di Pulau Jawa.


Menafsir Ulang Riwayat Ken Angrok dan Ken Dedes


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa selama ini isi kitab Pararaton, terutama yang menguraikan riwayat Ken Arok dipahami secara apa adanya. Artinya dimengerti sebagai suatu uraian sejarah kuno yang mengisahkan perihal kehidupan Ken Angrok sebagai pendiri Kerajaan Majapahit. Memang dengan kehadiran berita dari Pararaton gambaran tentang masa peralihan kekuasaan dari masa Kadiri ke kerajaan baru Singhasari menjadi semakin jelas. Berkat Pararaton pula diketahui bahwa kekuasaan lama, yaitu Kadiri dikalahkan oleh seorang Ken Angrok yang kemudian mendirikan dinasti Rajaéa yang akan memerintah Tanah Jawa (timur) selama kurang lebih 200 tahun lamanya.

Kisah Ken Angrok-Ken Dedes sebenarnya metafora dari perpaduan dua agama besar yang dikenal dalam masyarakat Jawa Kuno masa itu. Ken Angrok adalah ikon Trimurtti sebagaimana yang dapat diketahui dari uraian Pararaton yang telah dikutip pada bagian terdahulu dalam kajian ini, jadi Ken Angrok adalah metafora dari agama Hindu-éaiwa. Akan halnya Ken Dédés sudah jelas adalah metafora dari agama Buddha Mahayana, hal itu tidak diragukan lagi karena Pararaton menyatakan bahwa Ken Dédés adalah putri satu-satunya dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha Mahayana yang "putus ilmunya' .

Dalam Pararaton Ken Dedes disebut oleh Danghyang Lohgawe sebagai stri nãreéwari, seorang perempuan utama yang dari rahimnya akan dilahirkan raja-raja, jika ada pria walaupun dari kalangan orang papa, apabila memperistri perempuan itu ia akan menjadi raja besar penguasa dunia (Padmapuspita 1966: 18). Ken Dédés sebagai stri nãreéwari dapat disamakan dengan Mahãmayã, ibunda pangeran Siddharta dari Kapilawastu, dari rahim Mayadewi itu lahirlah tokoh besar yang dikenal oleh manusia seluruh dunia hingga dewasa ini yaitu Siddharta Gautama. Demikianlah tokoh Ken Dédés dimetaforakan sebagai Mayadewi, ia adalah ikon dari seorang dewi sempurna yang melahirkan tokoh agung pembawa ajaran Buddha, dengan demikian Ken Dedes sepenuhnya lambang agama Buddha Mahâyana.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS