Ticker

6/recent/ticker-posts

SILEK NAGO SATI

 


Oleh : Racheal Rahayu Hendriyani

Jurusan Sastra Daerah Minangkabau


Ilmu beladiri merupakan satu dari sekian banyaknya ciri khas yang dimiliki tiap tiap daerah yang ada di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki begitu banyak daerah daerah yang kaya akan ciri khas di tiap tiap daerahnya, begitu pula dengan beladirinya. Sebelum di suarakannya sumpah pemuda saat zaman sebelum kemerdekaan indonesia melakukan perlawanan terhadap penjejahan dengan perjuangan yag bersifat kedaerahan, hal ini mendorong tiap tiap daerah untuk melakukan perlawanan untuk memperjuangkan setiap daerahnya. Ada begitu banyak beladiri yang lahir di daerah daerah indonesia, seperti pencak silat, tarung derajat, bakti negara dan silek minangkabau. Semua dari kesenian beladiri yang lahir ini tentunya memiliki banyak asal usul serta keunikannya masing masing, termasuk silek minangkabau.

Silek merupakan suatu seni bela diri tradisional khas Minangkabau yang berasal-usul dari wilayah Sumatra Barat di Indonesia. Secara asasnya, silek pada mulanya berfungsi sebagai antisipasi pertahanan diri masyarakat Minangkabau untuk menjaga nagari bangso Minangkabau (tanah Sumatra Barat) dari ancaman musuh yang bisa datang sewaktu-waktu. Melihat keadaan geografis dari alam minangkabau yang terbilang subur, tentunya pertumbuhan sumber pangan seperti rempah rempah di minangkabau sangat subur, sehingga besar kemungkinan bumi minangkabau ini akan dijamah oleh orang orang luar daerah yang bertujuan untuk mengambil sumber daya alam tersebut. Hal ini juga menjadi pendorong para penduduk pribumi untuk memiliki kemampuan membela dirinya guna menjaga daerah yang rentan akan ancaman dari luar.

Selain itu para laki laki di minangkabau juga terkenal dengan bangsa perantau, hal ini tentunya menuntut setiap diri yang pergi meninggalkan kampungnya dengan tujuan mencari kehidupan yang layak untuk dibawa pulang harus bisa mempertahankan apa yang mereka punya. Karena saat hidup dilingkungan baru tentunya kita harus bisa segera beradaptasi dan menyesuaikan diri, itulah perlunya bekal kemampuan beladiri untuk berjaga jaga dari hal yang diluar dugaan. Meskipun begitu bukan berarti orang minang sengaja pergi keluar untuk mencari musuh, melainkan silek hanya untuk persiapan. Karena salah satu prinsip yang harus dijaga di dalam silek itu sendiri adalah musuah pantang dicari batamu pantang diilakan, yang artinya seorang pandeka silek tidak boleh membuat onar atau mencari gara gara, namun jika sudah di singgung maka seorang pandeka silek tidak boleh pula lari guna menjaga harga dirinya.

 Pada perkembangannya, Silek bukan hanya berfungsi sebagai Seni Bela Diri saja, namun juga dapat sebagai sarana hiburan, salah satu contohnya yakni Silek biasanya juga dapat dipadukan dengan Drama Tradisional Khas Minangkabau yang dikenal sebagai Randai. Di Minangkabau sendiri pun Silek juga memiliki banyak jenis dan asal usulnya, seperti Silek Tuo yang diyakini sebagai sumber dari segala jenis aliran Silek yang ada di Minangkabau. Salah satunya di Sasaran Silek Nago Sati, Nago Sati berdiri sejak tahun 1980 di Batu Busuk Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh. Banyak guru-guru Silek saat itu yang di angkat dari prosesi Urak Balabek Nagari Pauh V, diantaranya adalah Buya Hasan Basri yang bergelar Malin Putih yang punya andil dalam melatih Silat. 

Tapi saat itu Nago Sati hanya fokus di Silat dan Randai, karna saat itu sangat jarang hiburan di Seni Pertunjukan berupa Randai dan Silat, jadi cukup banyak event yang diikuti meski hanya tingkat kota. Tahun 1986 barulah berdiri Palito Nyalo sebuah Group Randai yg berdiri di Koto Panjang Kenagarian Limau Manis. Palito Nyalo sangat maju karna mempunyai anak-anak asuh dari SMKI / SMK 7 sekarang. Nago Sati mulai mundur karna kalah pamer dari Palito Nyalo.

Sangat lama fakum barulah di tahun 2017, beberapa anggota lama mulai punya inisiatif untuk memulai kembali kegiatan di Nago Sati. Diantaranya Zalhendri Rajo Bunsu yang saat itu menjadi Ketua Pemuda di Batu Busuk dengan bantuan yang diterima dari CSR Semen Padang, Nago Sati mulai lagi kegiatan-kegiatan Seni Tradisi dan Silat Tradisi. Dan di tahun 2017 juga Junaidi diminta untuk mengajar di Nago Sati dan mulai mengikuti penampilan-penampilan Seni yang di adakan di Taman Budaya hingga saat ini.

Sasaran Silek Nago Sati ini memiliki Jurusan yang khas yaitu adalah Jurus Silek Tangkok Harimau. Jurus Silek Tangkok Harimau ini adalah Jurus awal atau kuda-kuda menggunakan gaya harimau yang bagiannya bersifat kondisional dalam sterlak serta memiliki gerakan yang menyerupai harimau. Selain itu Jurus Silek Tangkok Harimau ini memiliki fungsi dan makna di dalamnya. 

Fungsi nya yaitu untuk mematahkan serangan lawan. Sedangkan makna yang terkandung di dalamnya yaitu tentang mengajarkan pentingnya kesiagaan terhadap diri sendiri. Sedangkan Filosofi yang terkandung didalamnya adalah “Alam Takambang Jadi Guru” karena gerakan ini mengajarkan kita untuk melihat dan belajar langsung kepada alam, selain itu gerakan ini juga merupakan jurus yang mematikan sehingga membuat lawan takut untuk menyerang.

Syarat dan Prosesi belajar Silek di Sasaran Silek Nago Sati ini berupa : menyiapkan Kain Putih, menyiapkan Pisau, menyiapkan Cermin, menyiapkan Limau, menyiapkan Siriah, menyiapkan Bareh, dan menyiapkan Kumayan. Prosesi nya yaitu adanya kemauan untuk belajar, adanya izin dari kedua orang tua.

Pada saat ini perguruan silek nago sati memiliki eksistensi yang lumayan baik di daerahnya,batu busuk. Disana perguruan nago sati mengadakan agenda latihan rutinnya pada hari selasa dan jumat malam. Anggota yang mengisi perguruan nago sati saat ini merupakan pemuda pemudi sekitar yang masih memiliki peka terhadap budaya Minangkabau yang sedang berkompetisi secara tidak langsung dengan perkembangan zaman yang membuat para pemuda lupa dengan budayanya. Adapun saat ini nago sati masih sering diundang untuk mengisi acara acara di wilayah sekitarannya seperti prosesi baralek,acara adat,event dan berbagai macam acara adat lainnya.

Minat masyarakat yang sudah mulai menurun terhadap tradisi minangkabau ini tentunya menjadi problematika bagi kita bersama,dan dengan adanya perguruan silek seperti nago sati ini tentunya memberikan efek baik serta harapan terhadap keberlangsungan budaya minangkabau itu sendiri terutama dalam bidang silek. Tidak hanya nago sati saja,tapi berbagai macam sanggar dan perguruan yang ada di daerah minangkabau ini tentunya diharapkan bisa kembali mengangkat kearifan lokal ketengah era perkembangan zaman saat ini,baik itu dalam segi eksistensi maupun fungsinya. Meski pun gempuran era globalisasi sangat mustahil untuk ditanggulangi,namun dengan diadakannya kegiatan seperti ini maka tradisi kita tetap terjaga tidak mustahil adanya. Karena semenarik nariknya digitalisasi yang terjadi,apabila kearifan lokal ini diangkat dengan kemasan yang menarik tentunya akan banyak mencuri perhatian khalayak ramai,serta akan kembali meningkatkan kesadaran bersama akan pentingnya tradisi dan budaya kita,terutama ilmu beladiri silek yang sangat kaya akan kegunaan serta filosofinya ini.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS