Ticker

6/recent/ticker-posts

BERINVESTASI OKSIGEN MELALUI PENANAMAN MANGROVE


Penulis:  Violanda Aldila Rahayu

Mahasiswa Biologi, Universitas Andalas


Sering kali kita mendengar kata “investasi” ini di bidang usaha, yang mana artinya ialah menanamkan modal yang dimana nanti diperoleh keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Akan tetapi, selain berinvestasi di bidang usaha yang berupa uang, kita juga bisa berinvestasi oksigen loh. Lah? Masa sih? Memangnya bisa? Tentu saja kita bisa berinvestasi oksigen melalui penanaman kembali hutan mangrove. Seperti yang kita ketahui sekarang ini bahwa banyak sekali terjadi kasus penebangan liar sehingga menyebabkan hutan semakin lama semakin gundul. Tentunya, jika keberadaan hutan semakin berkurang maka tentunya pasokan oksigen di bumi juga berkurang. Oksigen ini menjadi satu syarat mutlak bagi organisme besar dan kompleks, seperti manusia untuk bertahan hidup. Walaupun oksigen masih tersedia banyak di alam, tapi siapa yang akan menyangka bahwasanya keberadaan oksigen ternyata tak bersifat permanen. Peneliti Kazumi Ozaki dari Toho University di Funabashi, Jepang dan Chris Reinhard dari Georgia Institute of Technology di Atlanta menyebut ketika waktunya tiba, tingkat oksigen di bumi menjadi makin rendah seperti kembali ke kondisi awal bumi. 

Mengutip New Scientist, Senin (8/3/2021) peneliti membuat sistem iklim, biologi dan geologi bumi untuk memprediksi bagaimana perubahan kondisi oksigen di atmosfer bumi. Peneliti menyebutkan bahwa atmosfer bumi akan mempertahankan tingkat oksigen yang tinggi selama satu miliar tahun ke depan sebelum akhirnya secara drastis kembali ke tingkat rendah seperti kondisi awal bumi yang dikenal sebagai peristiwa oksidasi besar sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu. "Kami menemukan, bahwa atmosfer beroksigen di bumi tak akan menjadi fitur permanen," kata Ozaki.

Hutan sebagai paru-paru dunia dengan upaya perluasan, pemulihan dan pengelolaan kembali dapat mendorong penyerapan karbon lebih banyak dengan memanfaatkan kemampuan fotosintesis untuk mengubah karbon dioksida di udara menjadi karbon yang tersimpan di dalam kayu dan tanah Kapasitas lebih luas gerakan reboisasi dengan menanami kembali lahan-lahan gundul baik hutan maupun kawasan pesisir dengan tanaman bakau/mangrove mampu mengurangi ketersediaan karbon dioksida secara alami. Lalu, apa sih tanaman mangrove ini? Tanaman mangrove atau yang biasa disebut dengan tanaman bakau adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan air laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil dari alam.

Lalu, kenapa harus mangrove? Tentunya karena Indonesia selama ini dikenal sebagai negara kepulauan di dunia. Jumlah pulau di Indonesia mencapai lebih dari 17.000 pulau. Dengan ini, luas wilayah perairan yang masuk dalam kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pun tak diragukan lagi. Merujuk laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia (RI), total wilayah Indonesia adalah sekitar 7,81 juta kilometer persegi. Dari total luas wilayah tersebut, ternyata hanya sekitar 2,01 juta kilometer persegi yang berupa daratan. Sementara, sebagian besar lainnya yaitu 3,25 juta kilometer persegi adalah lautan dan 2,55 juta kilometer persegi adalah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).  

Hal tersebut tentunya sangat berpotensi besar jika dilakukan sebagai upaya pemulihan oksigen melalui penanaman mangrove pada setiap pinggir pantai. Selain sebagai penghasil oksigen, mangrove juga berfungsi menahan ombak laut, terutama bila ada tsunami sekaligus solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat untuk hewan. Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk hewan tapi juga untuk manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa mangrove telah menjadi pelindung lingkungan yang sangat besar 

Hutan mangrove juga telah menjadi salah satu subjek utama bagi pengembangan lingkungan di Indonesia. Banyak lembaga sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan dan mensosialisasikan manfaat mangrove. Hal ini mendukung kesadaran masyarakat bahwa mangrove memang penting untuk melindungi lingkungan. Melestarikan kawasan mangrove adalah usaha yang sangat baik untuk menstabilkan kondisi lingkungan dan menyelamatkan semua habitat di hutan mangrove. 

Hutan mangrove berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap risiko bencana maupun sebagai mata pencaharian alternatif melalui pengembangan industri pariwisata. Di samping itu, lahan mangrove juga memegang peranan dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan kemampuan menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis. Sebagai penyimpan karbon, hutan mangrove adalah jagonya. Hutan mangrove di Indonesia menyimpan 3,14 miliar ton karbon, yang setara dengan sepertiga karbon yang tersimpan di dunia. Meski lebih dari 50% lahan hutan mangrove di Indonesia hancur, Indonesia masih menduduki posisi pertama sebagai negara dengan tutupan mangrove terbesar di dunia yaitu dengan total seluas 3,556 juta ha (KLHK, 2019) saat ini. Namun, sekitar 30 persen di antaranya tergolong dalam kategori kritis.

Menanam mangrove ini sejatinya untuk keberlangsungan kehidupan anak cucu kita di masa depan. Kondisi bumi yang semakin hari semakin memprihatinkan dengan banyak ancaman dari perubahan iklim, kita dapat berpartisipasi aktif dengan menanam tanaman bakau di setiap pinggir pantai. Sudah waktunya kita bergerak membantu melestarikan alam. Ini bukan hanya jadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat untuk ikut melestarikan alam, seperti menanam dan menjaga hutan mangrove. Hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia dan beberapa satwa yang hidup disana. Apa yang kita lakukan adalah membalas budi pada alam. Kalau bukan kita yang menjaga bumi ini, lalu siapa lagi? Yuk menanam dan menjaga hutan mangrove untuk investasi oksigen anak cucu kita di masa depan.

[2/12 07.50] +62 852-7246-7613: Sering kali kita mendengar kata “investasi” ini di bidang usaha, yang mana artinya ialah menanamkan modal yang dimana nanti diperoleh keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Akan tetapi, selain berinvestasi di bidang usaha yang berupa uang, kita juga bisa berinvestasi oksigen loh. Lah? Masa sih? Memangnya bisa? Tentu saja kita bisa berinvestasi oksigen melalui penanaman kembali hutan mangrove. Seperti yang kita ketahui sekarang ini bahwa banyak sekali terjadi kasus penebangan liar sehingga menyebabkan hutan semakin lama semakin gundul. Tentunya, jika keberadaan hutan semakin berkurang maka tentunya pasokan oksigen di bumi juga berkurang. Oksigen ini menjadi satu syarat mutlak bagi organisme besar dan kompleks, seperti manusia untuk bertahan hidup. Walaupun oksigen masih tersedia banyak di alam, tapi siapa yang akan menyangka bahwasanya keberadaan oksigen ternyata tak bersifat permanen. Peneliti Kazumi Ozaki dari Toho University di Funabashi, Jepang dan Chris Reinhard dari Georgia Institute of Technology di Atlanta menyebut ketika waktunya tiba, tingkat oksigen di bumi menjadi makin rendah seperti kembali ke kondisi awal bumi. 

Mengutip New Scientist, Senin (8/3/2021) peneliti membuat sistem iklim, biologi dan geologi bumi untuk memprediksi bagaimana perubahan kondisi oksigen di atmosfer bumi. Peneliti menyebutkan bahwa atmosfer bumi akan mempertahankan tingkat oksigen yang tinggi selama satu miliar tahun ke depan sebelum akhirnya secara drastis kembali ke tingkat rendah seperti kondisi awal bumi yang dikenal sebagai peristiwa oksidasi besar sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu. "Kami menemukan, bahwa atmosfer beroksigen di bumi tak akan menjadi fitur permanen," kata Ozaki.

Hutan sebagai paru-paru dunia dengan upaya perluasan, pemulihan dan pengelolaan kembali dapat mendorong penyerapan karbon lebih banyak dengan memanfaatkan kemampuan fotosintesis untuk mengubah karbon dioksida di udara menjadi karbon yang tersimpan di dalam kayu dan tanah Kapasitas lebih luas gerakan reboisasi dengan menanami kembali lahan-lahan gundul baik hutan maupun kawasan pesisir dengan tanaman bakau/mangrove mampu mengurangi ketersediaan karbon dioksida secara alami. Lalu, apa sih tanaman mangrove ini? Tanaman mangrove atau yang biasa disebut dengan tanaman bakau adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan air laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil dari alam.

Lalu, kenapa harus mangrove? Tentunya karena Indonesia selama ini dikenal sebagai negara kepulauan di dunia. Jumlah pulau di Indonesia mencapai lebih dari 17.000 pulau. Dengan ini, luas wilayah perairan yang masuk dalam kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pun tak diragukan lagi. Merujuk laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia (RI), total wilayah Indonesia adalah sekitar 7,81 juta kilometer persegi. Dari total luas wilayah tersebut, ternyata hanya sekitar 2,01 juta kilometer persegi yang berupa daratan. Sementara, sebagian besar lainnya yaitu 3,25 juta kilometer persegi adalah lautan dan 2,55 juta kilometer persegi adalah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).  

Hal tersebut tentunya sangat berpotensi besar jika dilakukan sebagai upaya pemulihan oksigen melalui penanaman mangrove pada setiap pinggir pantai. Selain sebagai penghasil oksigen, mangrove juga berfungsi menahan ombak laut, terutama bila ada tsunami sekaligus solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat untuk hewan. Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk hewan tapi juga untuk manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa mangrove telah menjadi pelindung lingkungan yang sangat besar 

Hutan mangrove juga telah menjadi salah satu subjek utama bagi pengembangan lingkungan di Indonesia. Banyak lembaga sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan dan mensosialisasikan manfaat mangrove. Hal ini mendukung kesadaran masyarakat bahwa mangrove memang penting untuk melindungi lingkungan. Melestarikan kawasan mangrove adalah usaha yang sangat baik untuk menstabilkan kondisi lingkungan dan menyelamatkan semua habitat di hutan mangrove. 

Hutan mangrove berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap risiko bencana maupun sebagai mata pencaharian alternatif melalui pengembangan industri pariwisata. Di samping itu, lahan mangrove juga memegang peranan dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan kemampuan menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis. Sebagai penyimpan karbon, hutan mangrove adalah jagonya. Hutan mangrove di Indonesia menyimpan 3,14 miliar ton karbon, yang setara dengan sepertiga karbon yang tersimpan di dunia. Meski lebih dari 50% lahan hutan mangrove di Indonesia hancur, Indonesia masih menduduki posisi pertama sebagai negara dengan tutupan mangrove terbesar di dunia yaitu dengan total seluas 3,556 juta ha (KLHK, 2019) saat ini. Namun, sekitar 30 persen di antaranya tergolong dalam kategori kritis.

Menanam mangrove ini sejatinya untuk keberlangsungan kehidupan anak cucu kita di masa depan. Kondisi bumi yang semakin hari semakin memprihatinkan dengan banyak ancaman dari perubahan iklim, kita dapat berpartisipasi aktif dengan menanam tanaman bakau di setiap pinggir pantai. Sudah waktunya kita bergerak membantu melestarikan alam. Ini bukan hanya jadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat untuk ikut melestarikan alam, seperti menanam dan menjaga hutan mangrove. Hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia dan beberapa satwa yang hidup disana. Apa yang kita lakukan adalah membalas budi pada alam. Kalau bukan kita yang menjaga bumi ini, lalu siapa lagi? Yuk menanam dan menjaga hutan mangrove untuk investasi oksigen anak cucu kita di masa depan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS