Ticker

6/recent/ticker-posts

Ragam Naskah Kuno di Surau Simauang


OLEH : Jimmy Erianto

Mahasiswa Universitas Andalas jurusan sastra Minangkabau


Malin Bandaro Tuangku Mudo, pewaris dan tuangku Surau Simaung, mengungkapkan bahwa

88 naskah itu merupakan peninggalan Syekh Kitabullah yang bergelar Syekh Malin Bayang.

Ruangan yang minim ventilasi dan penyimpanan naskah yang bertumpuk dengan benda lain

membuat banyak naskah yang rusak. Bahkan, ada dua naskah tebal yang sama sekali tidak dapat

terbaca lagi karena kertasnya hancur.

Namun, jika dibandingkan dengan koleksi naskah di surau-surau lain di Sumatera Barat, koleksi

Surau Simaung ini lebih beragam teksnya. ada banyak naskah penting yang ditemukan di surau

tersebut. Mîzân al-Qarb, misalnya, yang berisi tentang persoalan takwim.

Kitab tersebut, lanjutnya, berisi empat bab. Pertama, perhitungan tahun mulai dari perhitungan

tahun dunia sejak zaman Nabi Adam, lahir Nabi Muhammad, dan hari kiamat. Kedua, tentang

pembagian tahun Syamsiah dan Kamariah. Ketiga, tentang sistem kalender hijriah taqwîm.

Keempat, tentang penetapan puasa.

Selain tema takwim, Nida juga menyebut naskah lainnya yang menjelaskan tentang takwil

gempa dengan uraian yang panjang dan lengkap. Menurutnya, naskah tersebut berbeda dengan

naskah-naskah takwil gempa lainnya yang biasanya hanya berisi uraian singkat saja.

Alumnus Pondok Buntet Pesantren itu juga menguraikan naskah-naskah lain yang ditemukan di

Surau Simaung itu dalam bidang tasawuf. Koleksi naskah Surau Simaung dalam bidang itu,

menurutnya, cukup lengkap mengingat surau tersebut merupakan surau tarekat Syatariyah.

Naskah yang berisi ajaran martabat tujuh, misalnya, yang termuat dalam karya Syamsuddin

Sumatrani, yakni Rubai Hamzah Fansuri dan Tubayyin al-Mulahazah al-Mawwâhib wa alMulhîd Fî Zikrillâh; karyaSyekh Abdurrauf Singkel, Tanbîh al-Masyi; bahkan salinan naskah

karya Ali Sirnawi, guru dari Syekh Ahmad al-Qusyasi yang berjudul Mawâhib al-Khamsiyahdan;

dan karya Sayyid Mahumud al-Husni al-Bukhari al-Qadiri al-Syattari yang berjudul Diwâr alWujûd fi Ilm al-Haqâiq.

Tidak hanya naskah Syatariyah, di surau ini juga ditemukan naskah-naskah berkenaan dengan

ajaran tasawuf dari tarekat Naqsyabandiyah yang ditulis oleh Arif Billah Ahmad Ibrahim.

Koleksi naskah di Surau Simaung juga diperkaya dengan naskah-naskah yang berisi teks

pengetahuan tradisional, seperti cara menentukan kecocokan jodoh dengan menghitung nama

pasangan, menentukan kecocokan yang mengobati dengan yang diobati berdasarkan nama,

melihat jenis pasangan dengan nama, melihat hal yang baik dan buruk berdasarkan pala

(perjalanan) dan peredaran naga, bulan-bulan yang baik dalam satu tahun berdasarkan bulanbulan yang dinamai dengan jenis binatang, hari yang baik untuk berjalan dan mendirikan rumah,

meramal anak yang sedang dikandung apakah laki-laki atau perempuan, dan tanda-tanda gerak

tubuh.

Enam filolog menyelamatkan naskah kuno di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar)

dengan cara mendigitalkannya. Kondisi puluhan naskah kuno itu mendekati rusak, bahkan di

antaranya sudah ada yang rusak.

Menurut A. Malin Bandaro Tuangku Mudo, pewaris dan tuangku Surau Simaung, 88 naskah itu

merupakan peninggalan Syekh Kitabullah (wafat 1963). Naskah-naskah tersebut selama ini

tersimpan di lemari dalam salah satu bangunan surau kecil di tengah-tengah dua surau besar.

Ruangan yang minim ventilasi dan penyimpanan naskah yang bertumpuk dengan benda lain

membuat naskah banyak yang rusak. Ada dua naskah tebal yang sama sekali tidak dapat terbaca

lagi karena kertasnya hancur.

koleksi naskah di surau simaung berbeda dengan surau-surau lain di Sumatera Barat, antara lain,

perhitungan tahun mulai dari perhitungan tahun dunia sejak zaman Nabi Adam, lahir Nabi

Muhammad, dan hari kiamat; tentang pembagian tahun Syamsiah dan Kamariah; tentang sistem

kalender hijriah taqwim; tentang penetapan puasa.

Surau Simaung juga diperkaya dengan naskah-naskah yang berisi teks pengetahuan tradisional,

seperti cara menentukan kecocokan jodoh dengan menghitung nama pasangan, menenentukan

kecocokan yang mengobati dengan yang diobati berdasarkan nama, melihat jenis pasangan

dengan nama, melihat hal yang baik dan buruk berdasarkan pala (perjalanan) dan peredaran naga,

bulan-bulan yang baik dalam satu tahun berdasarkan bulan-bulan yang dinamai dengan jenis

binatang, hari yang baik untuk berjalan dan mendirikan rumah, meramal anak yang sedang

dikandung apakah laki-laki atau perempuan, dan tanda-tanda gerak tubuh.

"Beberapa naskah di surau tersebut juga berisi teks genealogi tarekat Syattariyah di

Minangkabau yang secara umum tidak diketahui sebelumnya. Hal ini tentu saja menjadi

informasi penting untuk mengungkap jaringan ulama lokal Minangkabau secara luas," katanya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS