Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi Turun Ka Sawah

 

Foto article 


Muhammad Fauzan. MahaSiswa Sastra Minangkabau  unand




Tradisi turun ke sawah dilakukan dengan beragam upacara adat yang unik di Indonesia. Di Solok Selatan misalnya, dilakukan dengan kegiatan Mambantai Kabau Nan Gadang makan bajamba. Seperti apa?

Bertempat di Balai-Balai Adat Nagari Koto Baru dilaksanakan makan bajamba, Pidato Adat, serta doa bersama sebelum turun ke sawah.

Tradisi turun ke sawah atau ritual Mandabiah Kabau Nan Gadang dilakukan masyarakat Nagari Koto Baru untuk memulai masa tanam secara serentak. Hal itu dilakukan sebagai simbol sebuah doa dan makan bersama agar pertanian sawah berjalan lancar dan dijauhkan segala hama penyakit.

Tradisi ini dilaksanakan secara swadaya dengan melibatkan berbagai pihak. Itu digelar setiap tahun oleh masyarakat setempat, baik dari pihak ninik mamak, anak kemenakan, Dubalang, imam khatib, bundo kanduang, pihak kenagarian dan lainnya.

Tradisi itu sendiri diyakini sudah ada sejak zaman nenek moyang di Solsel. Tujuannya tidak hanya sebatas simbol sebuah doa agar masyarakat mendapat hasil panen yang melimpah. Namun, juga sebagai wujud syukur atas segala hal yang berkaitan sawah, seperti ketersediaan air untuk pengairan dan lainnya.

Tradisi yang turun temurun itu diperkirakan sudah berusia ratusan tahun dan merupakan hasil dari kesepakatan para ninik mamak.

Kegiatan ini dilakukan di bulan Muharram, namun sebelumnya, para Ninik Mamak ini akan melakukan rapat terlebih dahulu untuk mencari kata sepakat kapan waktu yang tepat melaksanakan tradisi turun ke sawah ini.

Setelah Membantai kerbau,  daging dari kerbau itu dibagikan kepada Ninik Mamak yang ada untuk selanjutnya dihidangkan dalam bentuk makan "bajamba" pada rangkaian kegiatan makan bajamba adalah tradisi makan dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS