Ticker

6/recent/ticker-posts

Bagurau di Pakan Sinayan, Koto Nan 4 Payakumbuh

 


Oleh Sri Handayani  

 


   Bagurau merupakan salah satu sastra lisan yang berkembang di tengah masyarakat. Sastra Lisan merupakan cerita rakyat yang mana di dalamnya ada penampilan atau cerita, serta disebarkan melalui mulut ke mulut.  Salah satu sastra lisan yang masih berkembang di tengah masyarakat pada saat ini adalah di Simpang Ngalau Indah Payakumbuh. Hingga saat ini bagurauPernikahan Di Minangkabau masih berkembang di daerah tersebut. Bagurau sendiri hingga saat ini dilakukan pada malam hari pukul 10 malam hingga jam 4 subuh. Bagurau ini dilakukan atau biasa disebut dengan ba dendang samalam suntuak. Bukan hanya di daerah pakan sinayan koto nan 4 Payakumbuh, bagurau juga masih eksis atau ada didaerah lainnya di daerah agam seperti di Kecamatan Baso, Kecamatan ampek angkek, serta daerah lainnya.

     Unsur-unsur yang ada dalam bagurau ialah basaluang.  Basaluang yang kadang disebut bagurau atau badendang adalah salah satu tradisi lisan yang berkembang di Minangkabau. Tradisi ini berupa pendendangan pantun-pantun lepas dengan iringan alat musik tiup yang disebut saluang. Dari bagurau ada saluang yang mengiringi tukang dendang di dalamnya. Di dalam bagurau juga bisa dikombinasikan dengan salawat dulang bisa juga dengan penampilan. Tradisi bagurau ini sering disebut dengan bagurau badendang. Dendang juga ada di dalam unsur yang menjadi pembangun di dalam saluang bagurau badendang tersebut. Ba dendang dilakukan oleh perempuan di Minangkabau yang terdiri dari beberapa orang. Yang saya perhatikan sewaktu melihat pertunjukkan di pakan sinayan koto nan 4 Payakumbuh perempuan yang ba dendang ada sekitaran 4 orang.

     Tradisi Bagurau ini sudah ada sejak zaman dahulu, makanya banyak anak muda pada saat sekarang lebih suka musik yang lebih modern dibandingkan dengan musik atau dendang orang pada zaman dahulu. Hal ini menunjukan bahwa peminat dari bagurau pada saat dewasa ini hanya kaum bapak-bapak yang sudah memiliki umur 40 an ke atas. Anak muda sekarang sudah mulai lupa dengan kesenian tradisi yang ada di daerah nya sendiri. Dahulu bagurau tentu menjadi sebuah hiburan yang ada dalam masyarakat. Semenjak perkembangan teknologi yang semakin pesat, membuat bagurau ini kurang diminati hingga sekarang.

     Di dalam bagurau tidak lepas juga dari acara yang serius, maksudnya serius dalam dendang. Di sela-sela dendang bisa juga para pedendang itu bagarah dengan tujuan menghibur agar semua orang tertawa. Kesenian tradisi seperti ini tentu tidak memiliki aturan yang mengikat di dalam penampilan. Disampiang itu ada yang istilahnya memberikan uang ke arah penampilan dan memberikan sebuah pantun atau sekedar meminta atau merequest lagu yang untuk didendangkan. Hal ini merupakan salah satu cara agar kesenian tidak punah ditelan masa. Bagarah tidak menghilangkan nilai-nilai yang ada dalam bagurau tetapi bagarah tentu ada batasnya juga. Tidak semua harus dilakukan dengan bagarah. Ada saat momen tertentu yang membuat orang bagurau tidak selalu bagarah. Karena di dalam bagurau tentu ada penyampaian dari pedendang denga serius.

     Tujuan dari bagurau adalah biasanya untuk menghibur masyarakat. Pada zaman dahulu orang yang penat bekerja di sawah serta ladang. Dahulu tidak banyak hiburan yang ada di Minangakabau. Bagurau pada malam hari tentu adalah salah satu cara untuk me refresh pikiran kita yang telah penat bekerja seharian. Tidak hanya menghibur, tujuan dari bagurau ini juga ada sosialisasi antara masyarakat satu kampung.  Bagurau juga merupakan tempat yag membuat ramai pengunjung karena dahulu di Minangkabau tentu tidak banyak acara melainkan kesenian tradisi yang berkembang di tengah masyarakat.

   Tujuan yang paling banyak diketahui oleh orang adalah, bagurau sendiri adalah tempat untuk menggalang dana. Hal ini dilakukan ketika ada suatu acara yang didirikan oleh suatu kampung. Maka sumbangan akan mengalir. Dari sumbangan itu bisa membuat suatu daerah memiliki khas yang lebih untuk acara selanjutnya. Bagurau tentu sebagai tempat yang paling ampuh untuk menggalang dana karena masyarakat yang tidak mau menyumbang tentu akan malu dengan masyarakat lain. Makanya dalam acara bagurau, dana yang dihasilkan banyak karena orang tentu akan bertanding dengan orang lain dalam menyumbang.

   Bagurau bisa saja dilakukan tiga hari berturut-turut. Hal ini bisa saja dikatakan sebagai sebuah acara yang besar. Ketika ada kematian, bagurau tidak boleh dilakuan sebelum tiga hari kematian. Setelah tiga hari kematian bagurau boleh dilanjutkan lagi. Sebenarnya aturan seperti ini tergantung dari nagari masing-masing yang ada di Minangkabau. Bagurau harus tetap eksis dan selalu berada di tengah masyarakat. Tradisi yang berkembang sekarang seperti bagurau ini tentu bisa saja dijadikan sebagai tolak ukur bagi generasi muda agar melestarikan tradisi sastra lisan yang ada dalam masyarakat.

     Tradisi bagurau ini mulai hilang dikarenakan sebagian orang menganggap bahwa tradisi bagurau ini berdampak negatif membuat laki-laki Minang akan lalai dengan tugasnya. Karena begitu laki-laki Minang banyak peminat bagurau ini membuatnya lupa dengan keluarganya di rumah. Banyak rumah tangga yang bercerai karena suaminya pecandu bagurau (ba saluang) ini. Ada juga sebagian orang yang sudah menjanda dan duda menyukai bagurau ini dengan tujuan mendapatkan suami atau istri pendamping hidup yang baru. Oleh fenomena ini membuat segelintir orang berperspektif bahwasanya saluang (bagurau) ini tidak berdampak baik bagi kehidupan. Padahal sebenarnya kalau di jalankan sesuai dengan tradisi yang lama yang tidak menyimpang atau maka hal ini sangat bagus untuk dilakukan dengan tujuan menggalang dana dan untuk bersilaturahmi. Maka tradisi bagurau ini harus tetap dipertahankan supaya sastra lisan yang satu ini tidak punah ditelan zaman.

 

Mahasiswa jurusan sastra daerah Minangkabau universitas Andalas

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS