Ticker

6/recent/ticker-posts

Adat dan Budaya Yang Masih Berlaku Di Nagari Saruaso



Oleh : ANGELY DLYA

Mahasiswi Sastra Daerah Minangkabau UNIVERSITAS ANDALAS


Seperti yang kita ketahui bahwa di Minangkabau banyak sekali tradisi tradisi yang dilakukan mulai dari baru lahir sampai pada saat kematian. 



Pertama pada waktu bayi/anak-anak.

Bayi yang berumur 7 hari dibawa turun keluar rumah dan dimandikan di sungai setempat tujuannya untuk memperkenalkan alam kepada bayi. Tradisi ini disebut dengan Upacara turun mandi.

Setelah bayi melakukan turun mandi selanjutnya Upacara akekah/kikah, tujuannya untuk mengungkapkan kebahagiaan dan memanjatkan rasa syukur kepada allah swt.

Selanjutnya anak yang telah kikah dijapuik oleh bakonya, biasanya sang bako membawa seekor ayam untuk anaknya.

Bagi anak laki laki yang telah berumur enam tahun ke atas atau telah cukup umur dilakukan Upacara sunat Rasul. Sunat ini hukumnya wajib bagi anak laki laki yang beragama islam, inilah yang menjadi pembeda antara kaum muslimin dengan agama lain. 

Pada saat seorang anak telah menamatkan al quran atau tamaik kaji dilakukan Upacara tamat kaji, dan lain-lain sebagainya. Anak dibawa baarak untuk menandakan anak telah khatam.


Setelah Anak Dewasa dan Perkawinan


Setelah anak telah menemukan jodohnya, kemudian baretong untuk menentukan kedepannya akan bagaimana atau maningkek janjang manapuek bandueh.

Selanjutnya Manduduekan Ninik Mamak, urang sumando, anak dan kemenakan dan sebagainya. Untuk baretong ka baralek. Setelah dapat keputusan kemudian dilakukan Malapeh mamangie dengan segala caranya sesuai dengan macam aleknya gadang, manangah atau ketek.

Setelah itu masuk kepada acara akad atau melangsungkan Upacara pernikahan ini bisa dilakukan mesjid atau di rumah.

Kemudian dilakukan Upacara manjapuik marapulai.

Setelah dilangsungkannya akad dilakukan bararak, biasanya anak daro diarak oleh pihak keluarga bako ke rumah anak daro tersebut.

 Selanjutnya Acara puncak di saat baralek, mahidang atau mendudukan tamu atau orang yang telang dipanggie untuk datang.

Tidak meriah rasanya jika baralek tanpa Acara hiburan yang disesuaikan dengan budaya kita, dan tidak bertentang dengan agama Islam.

Pada malam harinya juga masih ada tradisi yang dilakukan yaitunya Makan sipuluik bacatok.

Terakhir setelah acara baralek selesai kedua mempelai serta keluarga anak daro Pergi Manampueh ka rumah mamak, bako dan dunsanak lainnya.


Saat Tua dan Kematian


Saat seseorang telah meninggal dunia biasanya Diberitahukan bahwa ada kematian, seperti tabueh dan sebagainya.

Tak luput dari bako pada saat kematianpin bako masih ada tugasnya yaitu Mambayie hutang dari bako, maanta limau, kapan dan sebagainya. 

Setelah itu Baretong di ateh rumah, tentang penyelenggaraan mayat, seperti tempat bakubue, memandikan, siapa yang akan menggantikan gala, kalau yang meninggal mambao baban, datuk, main, man atau dubalang, maupun gelar lainnya

Selanjutnya Upacara memandikan jenazah, siapa yang memandikan dan sebagainya. Lanjut Mencabiak kain kapan, dan kapan dari mana yang patut mengapani mayat.

Setelah jenazah telah selesai difani jenazah akan dishalatkan. 

Terakhir Upacara pemakaman, siapa yang menyambut mayat dalam kubur memintakan maaf atas kesalahan yang bersangkutan ataupun menghimbaukan gala di Ranah Sirah dan lain-lain sebagainya. 

Tradisi dari dulu yang hingga sekarang di daerah Saruaso setelah seseorang meninggal pihak keluarga akan mengadakan Mengaji malam kubur, upcara manduo hari, manigo hari dan seterusnya. sampai menyaratui hari, atau seratus sepuluh hari.

Belum juga habis terakhir Menjemput anggun-anggun maksudnya adalah Pihak keluarga laki laki yg sdh meninggal datang k rmh pihak perempuan setelah 110 hari meninggal, begitu juga sebaliknya jika perempuan yang meninggal pihak laki laki yang akan manjapuik anggun anggun tersebut. Ini berlaku bagi yang sudah beristri atau suami.



Jika yang meninggal adalah seorang penghulu atau seseorang yang memiliki gala disaat kematian, sebelum mayat dimandikan, kaum beserta ninik mamak dan tunggangan bermusyawarah mencari kata mufakat, siapa yang akan menggantikan gala atau sako yang dijunjung almarhum. Pandang jauh dilayangkan, pandang dakek ditukikkan, dikaji patuik jo mungkin tentang bibit, bobot dan pengetahuan dalam segala hal yang bermasyarakat, tidak cacat fisik dan mental dan lain-lain sebagainya.


Setelah itu dicari kesepakatan kaum disetujui oleh tungganai dan ninik mamak yang bermusyawarah di rumah gadang tadi. Kalau bulek alun sagolek, atau picak alun salayang, maka penggantian gala ditangguhkan, karena penyelenggaraan mayat sesuai dengan agama Islam harus disegerakan.

Di pandan pekuburan, sesudah mayat dikuburkan gelar dilewakan oleh orang pandai. Hilang ditangah rumah, timbul di tanah sirah, patah tumbuh hilang baganti, dari mamak ke kemenakan:

Biriek-biriek tabang ka sasak

Dari sasak ka halaman

Dari ninik turun kamamak

Dari mamak turun kakamanakan


Di waktu manduo dan manigo hari juga gelar dilewakan, untuk memberitahukan kepada masyarkat bahwa si A telah bergelar, sudah menjujung gala, tidak boleh dipanggil namanya lagi.


Dalam tempo waktu tiga bulan, sebaiknya sipembawa gelar tadi telah menyelesaikan surat-surat secara administrasi sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) Saruaso


Untuk acara peresmian gelar alek batagak pangulu, memerlukan persiapan yang matang, melibatkan seluruh unsur masyarakat Nagari, karena sudah merupakan alek Nagari. Ada beberapa hal yang dilakukan yaitu :


Pertama, Musyawarah yang kerap kali dilakukan, baik dimulai dari kaum, tetangga, pasukuan dan seterusnya. Yang dihadiri oleh tungganai tungganai dan ninik mamak.


Kedua, Membentuk Panitia Peresmian Batagak Gala, yang bertanggung jawab penuh tentang kelancaran dan keberhasilan acara tersebut. Seperti membentuk panitia tamu, baik di atas rumah maupun di halaman, bahagian janang, tuo janang, bahagian gulai, bahagian kesenian, tempat di atas rumah dan di halaman rumah, bahagian undangan, keamanan dan sebagainya. Kaum ibu pun mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai dari dapur sampai ke atas rumah. Seperti langik-langik, tabir, kain pintu, talam, piring, hiasan rumah lainnya, dan seterusnya.


Ketiga, Binatang ternak yang akan disembelih, disesuaikan dengan tingkat Penghulu yang akan didirikan.

Kalau Penghulu Pucuk, harus menyembelih kerbau, termasuk mabangkik batang tarandam juga kerbau. Sedangkan untuk Penghulu Andiko cukup sapi saja.


Keempat, Pakaian Ninik Mamak / Penghulu disaat alek batagak gala tersebut, harus memakai baju kebesaran hitam pakai saluek, begitu juga pakaian malin adat, manti adat disesuaikan dengan kebiasaan yang ada, Adat Salingka Nagari. Bundo Kandung memakai baju hitam lengkap, yang lainnya bu memakai baju kurung Para janang juga memakai baju seragam baju koko, pakai sarung tagantung.


Kelima, Kesenian disesuaikan dengan acara batagak gala, seperti pakal gong talempong pacik, barandal dan malam hari mungkin basalawek dulang. Tidak dibenarkan memakai organ tunggal menyanyi dan sebagainya. 


Keenam, Panitia tamu harus orang tahu dengan etika mendudukan tamu Pejabat Pemerintah di mana harus duduk, Ninik Mamak / Penghulu di mana duduknya dan seterusnya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS