Oleh: Hafizah Hardhiyyah Asrul
Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Mamangan merupakan puisi panjang tanpa batas baris, yang dialokasikasn sebagai salah satu ragam sastra Minangkabau yang termasuk genre puisi, batasnya dimana tema itu selesai yang bersifat tematik dan membahas berbagai hal dalam adat budaya Minangkabau. berguna untuk membongkar adat budaya yang terdapat dalam kato-kato Minang. Media yang termasuk dalam mamangan adalah Pidato Adat, Tambo, Kaba, dan lainnya.
Istilah Mamangan dibedakan dengan kiasan lainnya karena penekanan terhadap isi yaitu nasehat. Mamangan merupakan kristalisasi pengalaman bathin masyarakat Minangkabau. Hal ini dalam Mamangan disebut Alam Takambang Jadi Guru. Manangan sendiri berarti orang sendiri harus belajar dari alam, galagat alam, sifat alam dan jangan menyimpang darinya. Jika menyimpang berarti menuju kehancuran dan kekecewaan. Secara historis dan kultural dapat tercermin bahwa Mamangan atau Pepatah adat bersifat demokratis yang telah hidup dan berkembang lama di Minangkabau, jauh sebelum konsep demokrasi modern masuk ke Indonesia melalui pemikiran intelektual-intelektual yang berpendidikan barat.
Mamangan atau petatah petitih yang mengandung pesan, saran, dan doa juga disampaikan pada upacara dan acara adat yang ada di Minangkabau, seperti batagak penghulu, menikah, turun mandi, melewakan gala, tabale (upacara saat akan menghantar mayat ke kuburan), dan lain sebagainya.
Menurut Lindawati, 2012 dalam jurnalnya yang berjudul Mamangan Minangkabau (Sebuah Kajian Semiotik) menjelaskan bahwa istilah Mamangan dapat dibedakan dengan kiasan karena penekanan terhadap isi dalam Mamangan adalah nasehat. Nasehat yang disampaikan berupa saran, aturan atau sumbang yang berlaku dalam norma adat di Minangkabau, seperti pesan nasehat kepada seorang pemimpin, nasehat kepada gadih minang, kepada kedua calon pengantin yang akan menikah dan lain sebagainya. Mamangan kepada kedua calon pengantin sebelum menikah ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di semua kalangan, biasanya pembacaan mamangan ini dipandu oleh seorang MC pada pernikahan tersebut. Mamangan ini dibacakan dengan iringan musik tradisi Minang yaitu Bansi, yang dapat membawa suasana saat pernikahan menjadi lebih haru dan sakral.
Beberapa bentuk kalimat Mamangan yang berisi pesan kedua orang tua kepada anak perempuannya yang akan menikah.
Yang termuat dalam ungkapan dibawah ini;
Mandeh :
Anak kanduang sibirang tulang
Ubek jariah palarai damam
Danga dek anak pituah mandeh
Mandeh ikhlas jo rela malapeh anak barumah tanggo
Bak umpamo biduak balayia
Lauik lapeh jo riak nan ka dihadang
Taguah-taguah pacik kamudi
Ingek diriak jo galombang
Ingek dek karang ka maonggoh
Ingek dek ombak ka maampeh
Pandai-pandai manjago diri nak
Binalah keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah
Ayah :
Danga dek anak pasan ayah
Balayialah sampai ka pulau
Batanun lah sampai ka binjai
Alah sampai tanggung jawab ayah
Ayah sarahkan kahidupan anak ka suami
Elok-elok baipa babisan
Pandai-pandai bamintuo
Usah pandareh jo pamberang nak
Patuah ka suami dunia akhirat
Jago adaik jo limbago
Ayah ikhlas malapeh anak barumah tanggo
Ayah rela malapeh anak basuami
Danga inok kan pasan ayah
Doa ayah siang jo malam
Makna tersirat yang terkandung dalam Mamangan ini ialah pesan dari orang tua kepada anak yang akan menikah untuk lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap pasangannya, saling menjaga nama baik, hidup damai sejahtera, melahirkan generasi yang baik, sehingga mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.
0 Comments