Kearifan Lokal Tradisi Parahu Baganduang di Daerah Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi

Oleh :Fadila Deliankar

Sastra Daerah Minangkabau

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Andalas

Globalisasi merupakan media yang dapat difungsikan oleh Bangsa Indonesia Untuk mengelola budaya nasional dalam menghadapi dampak negatif dari globalisasi Maka harus meningkatkan peran budaya yang ada serta kesadaran masyarakat Dengan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut sesuai Pancasila. Berdasarkan data Kemendikbud tahun 20186, yaitu pada tahun 2017 warisan budaya Benda mencapai 2.552 dan untuk warisan budaya takbenda mencapai 14.477 yang Terdata terdiri dari kesenian, sejarah, kepercayaan dan tradisi, serta bahasa. Salah Satunya di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau dikenal sebagai kota jalur Memiliki berbagai tradisi yang masih sangat kental akan nilai-nilai dan norma adat Melayu Riau dalam pengaruhnya terhadap pola perilaku dan landasan tingkah laku Masyarakat, seperti tradisi parahu baganduang, tradisi Pencak Silat, Dan Sebagainya. Dengan adanya tradisi tersebut maka yang menjadi fokus penulis Adalah bagaimana esensi tradisi parahu baganduang terhadap bermasyarakat di Daerah Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. 

Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan rantau Kuantan atau Sebagai daerah perantauan orang -orang Minangkabau (Rantau nan Tigo Jurai). Posisi Daerah yang berdekatan dengan Sumatera Barat, sedikit mempengarui adat yang Ada di daerah ini. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat melayu kuansing Menggunakan budaya dan adat istiadat yang dekat dengan Minangkabau serta Bahasa Melayu Kuantan yang mempunyai beberapa kemiripan dan persamaan dengan Bahasa tetangganya yaitu Bahasa Minangkabau, Sumatera Barat. Kabupaten ini Berada di bagian barat daya Provinsi Riau dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Kuantan Singingi dikenal akan kesenian dan kebudayaannya. Beberapa kesenian dan budaya Kuantan Singingi yang paling terkenal di antaranya Yaitu Pacu Jaluar (pacu jalur), Silek Pangean (Silat Pangean), Tari Sombah Carano, Sepak Rago, Randai Kuantan, dan Parahu Baganduang.

Parahu Baganduang merupakan simbol masyarakat kuantan tepatnya di lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi. Konon katanya menurut cerita berkembang di masyarakat tradisi tersebut sudah ada pada sejak zaman kerajaan dahulu. Tradisi ini menjadi Festival adat dan berlangsung hanya sekali dalam setahun dalam rangka menyambut hari Raya idul Fitri sebelum pelaksanaan sholah ied. Tradisi Perahu Baganduang merupakan acara lomba yang terbilang ramai menjadi ajang bagi Perantau untuk pulang kampung dan sekaligus merupakan ritual yang mencerminkan Kebesaran adat masyarakat Kuantan dan dihadiri oleh banyak pengunjung.  

Perahu Baganduang ini hampir mirip dengan tradisi Tabuik yang ada di kabupaten Pariaman Sumatera Barat. Perahu-perahu ini dirangkai menjadi satu (diganduang) dengan menggunakan bambu, Perahu baganduang pertama kali digelar sebagai festival pada tahun 1996. Festival perahu baganduang dilaksanakan sekali dalam setahun, terutama pada saat hari raya Idul fitri. Perahu-perahu ini kemudian dihias agar menarik. Hiasan-hiasan yang digunakan, antara lain : bendera, daun kelapa, payung, kain panjang, buah labu, foto presiden dan wakil presiden, dan benda-benda lainnya yang memiliki simbol adat. Misalnya, padi yang melambangkan kesuburan pertanian dan tanduk kerbau yang melambangkan peternakanTradisi ini juga bertepatan dalam rangka menantu mengantarkan jeruk (limau) kerumah mertua dalam tradisi menyambut hari raya idul Fitri. 

Tradisi perahu baganduang yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Jambi Sampai saat ini masih dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal, karena mengandung Nilai-nilai budaya, etika, moral dan simbol-simbol adat yang sangat penting di jelaskan Kepada generasi berikutnya. Tradisi ini merupakan salah satu produk budaya yang merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyaraktnya, agar Tidak hilang begitu saja karena ditelan perkembangan zaman.

Adapun nilai religi dapat dilihat dari makna simbolik yang ada di Parahu Baganduang berupa Jumlah payung yang sama dengan jumlah Rukun Islam yaitu 5 buah payung menggambarkan rukun islam ada 5, dan Ornamen Kubah Mesjid yang diatasnya ada gambar bulan bintang, ini menggambarkan agama Islam yang dianut masyarakat Lubuk Jambi. Selain itu terdapat pula Pembacaan Takbir dalam acara Perahu Baganduang, Pelaksanaa Mandi Balimau menyambut hari Raya Idul Fitri sebagai simbol mensucikan diri dalam Menyabut hari baik dan bulan baik dan menyambut hari kemenangan bagi umat Islam, dan Masyarakat yang sopan santun serta ramah tamah dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baganduang juga bisa dikatakan kesenian rakyat, karena Perahu Baganduan Merupakan kesenian dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Alasan memilih seni budaya Perahu Baganduang karena semua tugas dan fungsi Di atas belum terlaksana secara maksimal pada tahun 2016-2017. Pada zaman modern seperti saat sekarang ini kesenian budaya perahu baganduang sudah mulai hilang dari peradaban masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, dan Dinas yang terkaitnya sepertinya sudah mulai tidak terlalu memperhatikan dan membina kesenian budaya perahu baganduang, padahal dalam seni budaya perahu baganduang banyak mengandung nilai social, salah satunya nilai kebersamaan masyarakat sehingga seni budaya perahu baganduang perlu adanya perhatian Khusus dari dinas ataupun pemerintah Kabupaten Kuantan Singing.i

Perahu Baganduang juga menjadi Objek wisata dan sangat banyak dan perlu dilakukan pemberdayaan dan perhatian dari pemerintah serta masyarakat luar, agar objek yang ada bisa dimanfaatkan dengan baik dan menjadi sumber pendapatan daerah dari segi pariwisataan. Objek-objek wisata yang sudah masuk kedalam program pengembangan pemerintah daerah dan ada juga yang telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini, salah satunya ada objek wisata budaya.