Ticker

6/recent/ticker-posts

MAKNA DAN HIKMAH DIBALIK TRADISI HALAL BI HALAL BAGI UMAT ISLAM*


Prof.Dr.H.Asasriwarni MH/Guru Besar UIN IB Padang/Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar/Anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat


Ada sebuah tradisi kreatif khas masyarakat Muslim di Tanah Air kita Indonesia, yaitu Halal bi Halal. Suatu kebiasaan yang hanya ada di negeri kita. Halal bi Halal muncul sebagai ungkapan saling menghalalkan kesalahan dan kekhilafan di antara kita. Saling memaafkan satu sama lain muncul karena adanya kesadaran, bahwa setiap orang  tidak mungkin terlepas  dari kesalahan. Sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Melalui Idul Fitri dengan kegiatan Halal bi Halal-nya, membuat Umat Islam melebur kesalahannya dengan berbagi maaf tanpa sekat yang membatasinya.


Halal bi Halal adalah suatu bentuk ungkapan khusus pada waktu dan tempat tertentu sebagai pengganti dari kata Silatur-Rahmi pada kedua hari raya Islam yang telah membudaya di beberapa Negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Jika kita telusuri  sejarah Islam, sejak zaman Rasulullah SAW, sahabat, para tabi’ dan tabi’ tabi’in bahkan hingga saat ini, maka kita tidak akan mendapatkan istilah Halal bi Halal kecuali silaturahim. Meskipun Istilah Halal bi Halal ini berasal dari bahasa Arab yang berarti *_Halal dengan yang halal_*  atau *_sama-sama saling menghalalkan_*   Adanya perbedaan penyebutan antara Silaturahmi pada hari biasa dan Ied yang lebih dikenal di Indonesia dengan Halal bi Halal disebabkan pula oleh kemuliaan bulan Ramadhan sebagai penghormatan terhadap keutamaan dan kelebihannya.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini : 


لاَ تـَدْخُلُوْنَ الـْجَنـَّة حَتـَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنـُوْا حَتـَّى تَحَابُوْا أَوَلاَ أَدُلـُّكـُمْ عَلـَى شـَيْئٍ اِذَا فَعَلـْتـُمُوْهُ تـَحَابَبْتـُمْ أَفـْشُوْا السَّلاَم بَيْنَكـُمْ


*Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian benar-benar beriman, dan kalian tidak akan sampai meraih keimanan dengan benar sampai kalian saling mencintai dan mengasihi diantara sesama, maukah aku tunjukkan suatu perkara apabila kalian laksanakan maka kalian akan saling mencintai dan mengasihi “sebarkanlah salam diantara kalian* (HR. Muslim).


Hadits tersebut di atas,  menunjukkan akan pentingnya silaturahmi meskipun dimulai dengan hal yang :dianggap remeh dan mudah yaitu dengan :mengucapkan salam dan tegur sapa yang akan melahirkan keakraban dan kepedulian terhadap sesama. Meskipun mudah namun kadang sulit untuk diterapkan, padahal Rasulullah SAW telah bersabda sbb :


أَسْرَعُ الـْخَيْرِ ثـَوَابًا الـْبـِرُّ وَصِلـَةُ الرَّحْم


*Kebaikan yang paling cepat balasannya adalah berbuat kebaikan dan silaturahmi*  (HR. Muslim).


Sungguh agung dan mulia ajaran Islam yang menyeru kepada umat Islam untuk saling kenal mengenal dan menjalin hubungan persaudaraan dan menggalakkan sikap peduli terhadap sesama. Dan Islam pun mengunci kuat pintu-pintu konflik dan menutup rapat potensi permusuhan. Sebagaimana dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW mengancam orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi dalam  sebuah hadits berikut ini :


لاَ يَدْخُلُ الْجَنـَّة قَاطِعُ رَحْمٍ


*Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan tali silaturahmi* (HR.Muslim). 


Selanjutnya Rasulullah SAW  juga bersabda sbb :


مَنْ هَاجَرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَث لـَيَالٍ لَنْ تُقْبَلَ عَمَلَهُمَا حَتَّى يَصْطَلحَا وَخَيْرُهُمَا الْوَاصِل


*Barang siapa yang bertengkar dengan saudaranya melebihi tiga hari maka tidak akan diterima amal keduanya hingga keduanya rujuk kembali dan yang pertama rujuk adalah yang paling baik* (HR. Muslin)


Semua itu menunjukkan bahwa amal dan ibadah seorang hamba tidak akan sempurna tanpa memperbaiki hubungan silaturahmi. Dengan kata lain, hubungan antara Allah dan seorang hamba (hablun minallah) akan sempurna jika hamba itu menjaga dan menjalin hubungan antar sesamanya (hablun minannas). Dengan bersilaturrahmi akan menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT, terutama jika silaturahmi yang dijalin benar-benar atas dasar saling menghalalkan dosa-dosa dan saling memaafkan masing-masing dengan ikhlas.


Dari hadits tersebut di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa manusia yang pada hakikatnya sebagai makhluk sosial yang tidak akan mungkin bisa terlepas dari bantuan orang lain. Sejak dilahirkan sampai meninggal dunia kita selalu memerlukan pertolongan orang lain. Sudah sepantasnya kita selalu memelihara hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita. Jika kita tidak mampu berbuat baik kepada orang lain, setidaknya jangan sampai kehadiran,  perbuatan dan  lisan kita membuat orang lain merasa terganggu.


*_Ada Tiga Pelajaran Yang Bisa Kita Petik Dari Kegiatan Halal Bi Halal, Yakni :_*


*1.    Pelajaran Pertama Adalah Pembersihan Diri Dari Segala Bentuk Kesalahan :*


Di hari nan fitri ini kita “mudik” kepada Allah. Kembali kepada-Nya dengan membawa permohonan ampun. Memohon ampun atas dosa yang terjadi. Kita sadar bahwa diri ini penuh maksiat. Halal bi Halal menggiring kita untuk kembali kepada ampunan Allah yang sangat luas. Itulah makna hakiki dari kalimat Minal A`idhin wal Faizin yang artinya *Semoga kita kembali kepada fitrah dan menang melawan hawa nafsu*.  Kembali kepada jati diri yang suci bak bayi yang lahir ke muka bumi. Bersih, bening dan penuh ketulusan.


*_2.  Pelajaran Kedua Dari Halal bi Halal Adalah Membersihkan Hati Dari Rasa Benci Kepada Sesama :_*


Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW tengah duduk-duduk dengan para sahabatnya, ada seorang pria asing berjalan di hadapan mereka. Orang itu berjalan lalu pergi entah ke mana. Setelah pria asing itu berlalu, Radulullah SAW berkata kepada para sahabat : *_Dialah ahli surga_*.  Kalimat itu beliau ucapkan sampai tiga kali. Sahabat Abdullah bin Umar penasaran tentang amal perbuatan yang dikerjakannya sampai sampai Rasulullah menyebutnya   sebagai ahli surga. Abdullah memutuskan untuk menyusul *_Si ahli surga  di kediamannya_*.  Abdullah minta izin menginap selama 3 hari di rumahnya. Pria ini memberinya izin. Ternyata selama 3 hari itu Abdullah tidak melihat amalan-amalannya yang istimewa. Abdullah semakin penasaran. Akhirnya ia bertanya :  Wahai saudaraku, sewaktu engkau lewat di hadapan kami, Rasulullah SAW berkata bahwa engkau adalah ahli surga. Amalan apa yang engkau kerjakan sehingga Rasul sangat memuliakanmu ? Pria sederhana ini menjawab :  Sesungguhnya aku tidak pernah melakukan apa-apa. Aku tidak punya ilmu dan harta yang bisa kusedekahkan. *_Aku hanya punya rasa cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW  dan kepada sesama manusia_*.   Setiap malam menjelang tidur, aku selalu berusaha menguatkan rasa cinta itu sekaligus berusaha menghilangkan rasa benci terhadap siapa saja.


Terkadang karena persaingan bisnis atau faktor lainnya terbesit rasa dendam dan iri hati. Mari kita singkirkan penyakit-penyakit pengotor hati itu dalam momentum Halal bi Halal. Tidak ada lagi kedengkian. Kita ganti dengan kelapangan jiwa. Kita obati kesombongan dengan kerendah-hati. Kita buang permusuhan dan kita isi dengan persaudaraan.


*_3.    Pelajaran Ketiga Adalah Memupuk Kepedulian Dan Kebersamaan :_*


Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari pergaulan dan kebersamaan yang dibangun lewat sikap tolong-menolong. Muslim yang kaya membantu saudaranya yang miskin. Sepatutnya rasa gembira seseorang juga memberikan bentuk kenikmatan yang lain, yaitu kenikmatan bersyukur dengan berupaya membagi kebahagiaan itu kepada sesamanya. Kini, saatnya setiap Muslim membumikan berkah-berkah kesalehan Ramadhan dengan menebar rasa bahagia ke setiap orang, memupuknya, merawat dan menjaga agar mendapatkan buah indahnya ikatan persaudaraan. Waktu Ramadhan kemarin kita diajarkan untuk berbagi melalui zakat fitrah, kemudian memperbanyak infaq.


Di bulan Syawal, sebagai bulan indahnya kebersamaan dalam kasih sayang, merupakan hari-hari yang begitu membahagiakan bagi semua Muslim. Sebuah waktu istimewa untuk dapat bersilaturahim, saling mengenal dan saling mendoakan. Doa yang dianjurkan saat berjumpa adalah : *_Taqobbalallahu minna waminkum (Semoga Allah menerima amalanku dan amalanmu)_*.  Kita hendaknya berusaha mengamalkan tuntunan Rasulullah untuk memberikan kesenangan dan kegembiraan fitri bukan saja kepada kerabat dan handai taulan, melainkan juga kepada saudara-saudara kita yang fakir, miskin, atau dalam kondisi yang memprihatinkan (dhu`afa), agar kelak mereka tidak lagi meminta-minta dan hidup kesusahan, hingga kegembiraan itu terus berlanjut dalam kehidupan yang layak.


Semoga segala kekurangan  bulan Ramadhan dapat tertutupi dan ditingkatkan di bulan Syawal ini dengan Silatu Rahmi ataupun Halal bi Halal serta meningkatkan amal ibadah lainnya demi menyempurnakan keimanan menjadi insan kamil yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.


Mudah-mudahan kita mampu mensinergikan Hablun Minallah dan Hablun minann-Nas (hubungan baik dengan Allah dan sesama) dalam tradisi Halal bi Halal. Kepada Allah kita memohon ampunan-Nya dan kepada sesama saudara Muslim kita saling memaafkan.


Melalui artikel ini,  saya mohon maaf dan mohon ridha yang sebesat-besarnya, karena saya tidak bisa hadir secara langsung. Salam hormat dan maaf saya sampaikan, semoga Allah SWT ridha  memberi maghfirah kepada semua dosa kita, aamiin YRA

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS