Ticker

6/recent/ticker-posts

TABUIK DI MINANGKABAU

Foto dok


Oleh: Racheal Rahayu Hendriyani

Jurusan Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas


Sumatera Barat merupakan provinsi di Indonesia yang terkenal dengan corak khas kebudayaan Minangkabaunya. Minangkabau adalah sebuah suku bangsa dengan latar belakang sejarah, adat, budaya, tradisi, agama, kesenian, pertunjukan, kepercayaan dan segala aspek kehidupan masyarakatnya.

Tabuik adalah warisan budaya Minangkabau berbentuk ritual upacara yang berkembang di Pariaman sejak dua abad yang lalu. Di dalam perayaan tabuik, terdapat berbagai unsur kesenian yang terdapat di setiap rentetan mulai dari seni musik, seni rupa, seni teater dan seni tari. Semuanya mempunyai makna dan simbol di setiap bagian acaranya.

Tabuik yaitu perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatra Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol.


Tabuik merupakan upacara peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Kemudian berkembang menjadi pertunjukan budaya khas Pariaman setelah masuknya unsur-unsur budaya Minangkabau. Tabuik diambil dari bahasa arab “tabut” yang bermakna peti kayu.


Salah satunya yang dikenal sebagai ulama yang memperkenalkan tradisi 10 Muharram di pesisir Barat Sumatera Pariaman pada abad ke-17, yaitu Syeikh Burhanuddin atau sering disebut dengan panggilan Imam Senggolo, notabenenya adalah jamaah pengikut tarekat syariat.


Tarekat ini memandang bahwa kedudukan wali atau syeikh, apabila ditelusuri secara kerohanian, garis silsilahnya selalu di hubungkan dengan para imam mereka seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein.

Seiring berjalannya waktu, kaum ini membaur dengan masyarakat sekitar. Sedikit demi sedikit, pandangan hidup mereka juga banyak yang menyesuaikan dengan masyarakat Melayu. Hal tersebut bisa terlihat dari sistem religi maupun adat istiadatnya.

Suku Melayu berasal dari suku bangsa Rejang Sabah, yaitu penduduk dari kerajaan Sungai Serut. Suku ini menyatu dengan masyarakat Minangkabau yang datang ke Bengkulu semasa kerajaan Sungai Lemau.

Hoyak Tabuik masih dilaksanakan hingga saat ini dikarenakan memiliki manfaat dalam kehidupan masyarakat setempat. Di antaranya dari segi sosiologi, antropologi, ibadah, ekonomi dan pendidikan.

Bagian yang dianggap penting dari perayaan tabuik adalah pelaksanaan pestanya yang oleh masyarakat Pariaman disebut batabuik atau mahoyak tabuik.

Perayaan tabuik terdiri atas beberapa rangkaian upacara yang dimulai dari rangkaian maambiak tanah ke sungai, maambiak/manabang batang pisang, maatam, marandai, maarak jari-jari, maarak saroban, tabuik naik pangkek, maoyak tabuik, hingga ditutup dengan rangkain mambuang tabuik ke laut.

Tradisi tabuik sejak pertama dilaksanakan hingga sekarang telah mengalami banyak perubahan. Pada masa awal dilaksanakan, tabuik memang mengandung nilai agama yang tinggi. Tabuik dipersiapkan khusus sebagaimana merayakan hari besar agama.

Pelaksanaannya pun banyak tergantung pada kebijaksanaan pemerintah, bukan sepenuhnya wewenang anak nagari lagi. Konsekuensinya, tabuik kini bukan saja milik masyarakat Pariaman, tetapi sudah menjadi kebutuhan rekreasi bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Campur tangan pemerintah dinilai cenderung menyebabkan degradasi penyelenggaraan, baik dari segi waktu penyelenggaraan, tujuan pelaksanaan, kekhidmatan pelaksanaan maupun kesakralan dalam upacara hoyak tabuik.

Banyak orang yang tidak mengenal apa sebenarnya makna dari Menara Tabuik yang dibawa oleh masyarakat ke tengah laut. Masyarakat hanya percaya bahwa mengambil beberapa bagian dari Tabuik akan membawa keberuntungan bagi mereka. Ternyata inilah makna dari bagian-bagian dari Tabuik di Pariaman.

Tabuik terbagi atas dua bagian utama, yaitu bagian atas dan bawah. Bagian atas sendiri merupakan puncak dari tabuik yang dihiasi dengan payung besar dengan bunga-bunga salapan. Di bagian atas juga diletakkan hiasan yang menutupi bagian peti yang ditegakkan di atas tabuik. Keseluruhan bagian ini menggambarkan peti Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang tewas terbunuh di Karbala.

Bagian bawah terdiri dari bagian yang berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berabut panjang. Kuda dibuat dari rotan dan bambu yang dilapisi kain beludru halus warna merah dan hitam. Pada keempat kakinya terdapat gambar kalajengking yang menghadap ke atas. Bagian ini melambangkan simbol Buraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat. Buraq sendiri diceritakan digunakan oleh Rasulullah untuk melaksanakan Isra’ dan Mi’raj.

Tabuik secara keseluruhan bermakna peti Husein yang dibawa oleh Buraq ke surga. Selain itu, Tabuik memiliki maksud untuk mengenang perjuangan yang telah dilakukan oleh Husein dalam membela agama. Keyakinan ini tetap dipertahankan oleh masyarakat, meski penyelenggaraannya kini sudah dipegang oleh Dinas Pariwisata sebagai salah satu festival unggulan di kawasan Kota Pariaman.

Dalam perkembangannya, Tabuik Pariaman terbagi menjadi dua, yakni tabuik pasa dan tabuik subarang. Sampai sekarang, kedua tabuik inilah yang selalu dipertunjukan pada setiap upacara hoyak tabuik di Pariaman.

Melihat tradisi tabuik yang menarik banyak orang, sekarang tradisi ini tidak hanya sebagai pertunjukan. Akan tetapi sudah menjadi objek wisata yang sudah banyak dikenal berbagai lapisan masyarakat hingga ke mancanegara.

Hoyak Tabuik ini masih dilaksanakan hingga saat ini dikarenakan memiliki manfaat dalam kehidupan masyarakatnya. Beberapa manfaat ini di antaranya adalah dilihat dari segi sosiologi, antropologi, ibadah, ekonomi dan pendidikan.

Bagian yang dianggap penting dari perayaan tabuik adalah pelaksanaan pestanya yang oleh masyarakat Pariaman disebut batabuik atau mahoyak tabuik.

Perayaan tabuik terdiri atas beberapa rangkaian upacara. Dimulai dengan rangkaian maambiak tanah ke sungai, maambiak/manabang batang pisang, maatam, marandai, maarak jari-jari, maarak saroban, tabuik naik pangkek, maoyak tabuik, hingga ditutup dengan rangkain mambuang tabuik ke laut.

Makna Tabuik

Dalam Makna Simbolik Upacara Tabuik di Kota Pariaman Sumatera Barat berpendapat bahwa upacara Tabuik mewakili cerminan sikap dan pola hidup masyarakat Pariaman.

Bahkan, Tabuik dijadikan sebuah tradisi bagi masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warga Pariaman. Kemudian, Tabuik dilaksanakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Budaya

Upacara Tabuik ini menyimbolkan suatu bentuk ekspresi rasa duka mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW yang gugur secara tidak wajar pada peperangan di Padang Karbala.

Ada pula unsur adat yang terkandung dalam pelaksanaan tabuik. Hal itu meliputi bungo salapan, tonggak atam, tonggak serak, jantuang-jantuang, pasu-pasu, dan ula gerang yang berjumlah delapan merupakan gambaran perpaduan antara adat dan agama, sehingga nilai-nilai adat yang terkandung dalam tabuik tidak jauh dari nilai-nilai agama.

Eksistensi Tabuik di tengah-tengah masyarakat telah terkontaminasi dan terganggu oleh desakan daerah, pariwisata, dan otoriter pemerintahan. Pesta budaya Tabuik menjadi salah satu target utama pariwisata Indonesia yang ditawarkan Provinsi Sumatera Barat.

Seiring perkembangan zaman, upacara Tabuik ini pelaksanaannya tidak lepas dari pariwisata yang dijadikan sebuah atraksi kebudayaan. Masyarakat memiliki peran yang sangat besar untuk kesuksesan acara ini, sehingga Tabuik sendiri memiliki makna persatuan.

Prosesinya seperti melambangkan kesatuan walaupun terdiri dari bermacam suku, bahasa, agama, keturunan tetapi tetap satu kesatuan. Seusai prosesi Tabuik Naik Pangkek dilaksanakan, Tabuik kemudian dibawa memasuki Kota Pariaman.

Prosesi hoyak Tabuik menjadi ritual puncak dalam Festival Tabuik. Terakhir, tabuik dibuang ke laut menjelang sore atau menjelang waktu Maghrib datang.

Peringatan ini selalu dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sesuai dengan hari wafatnya cucu nabi Muhammad SAW Husain Bin Ali yang meninggal dalam perang di padang Karbala.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS