Oleh: Muhammad Zhafran Nabil Jurusan: Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Kata “silat” sendiri merupakan istilah yang terkenal secara luas di kawasan Asia Tenggara
untuk menyebut seni bela diri ini. Meski demikian, masing-masing negara juga mempunyai
sebutannya sendiri sesuai dengan bahasa lokal mereka seperti gayong dan cekak (Malaysia dan
Singapura), bersilat (Thailand), dan pasilat (Filipina).
Pencak silat berasal dari dua kata, yakni pencak dan silat. Pengertian pencak ialah gerak
dasar bela diri dan terikat dengan peraturan. Sedangkan silat berarti gerak beladiri sempurna yang
bersumber dari kerohanian. Dalam perkembangannya, silat ini lebih mengutamakan unsur seni
dalam penampilan keindahan gerakan, sementara itu silat ialah inti dari ajaran bela diri dalam
pertarungan. Pengurus Besar IPSI menyebutkan pengertian pencak silat sebagai:
“Pencak silat ialah hasil budaya manusia di Indonesia untuk membela, lalu
mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) serta integritasnya (manunggal) untuk lingkungan
hidup sekitarnya guna mencapai keselarasan hidup dalam meningkatkan iman & taqwa terhadap
Tuhan YME”.
Sementara itu, berdasarkan KBBI, menyebutkan bahwa pengertian pencak silat yaitu
sebagai permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan keahlian menangkis, menyerang
serta membela diri menggunakan ataupun tanpa senjata.
Suku Sikumbang adalah salah satu suku di Minangkabau yang banyak berkembang di
antara suku-suku di Minangkabau. Suku Sikumbang termasuk juga suku yang belum mengenal
tulisan dan bahasanya pun masih asli. Si Kumbang sendiri bermaksud Harimau Kumbang (Harimau berwarna hitam). Dulunya orang-orang suku Sikumbang merupakan keturunan tamil
India berkulit hitam dan memiliki keahlian bela diri berupa silat Harimau yang terkenal.
Di nagari tertua dalam wilayah Minangkabau, yakni di nagari Pariangan, suku ini
merupakan suku yang berperan sebagai hulubalang nagari, karena dalam suku Sikumbang, kaum
laki-laki berjumlah banyak dan sangat ahli dalam beladiri. Selain itu, suku ini juga siutus untuk ke
batipuh meredakan perselisihan antara masyarakat batipuh ateh dengan batipuh bawah, yang mana
pertikaian dipicu oleh perbedaan paham antara Bodi Caniago dengan Koto Piliang.
Pemimpin dari suku ini yaitu seorang pendekar yang diberi gelar Tuan Gadang. Seluruh
anggota suku Sikumbang mengabdikan diri pada Tuan Gadang. Atas keberhasilan suku ini
meredakan pertikaian di Batipuh, Tuan Gadang pun diberi gelar kembali, dengan gelar Harimau
Campo Koto Piliang. Ilmu bela diri Suku Sikumbang terdiri dari berbagai kerabat, diantaranya
adalah:
Ilmu Silek Harimau Campo
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa harimau campo adalah komandan yang
memimpin tim ke daerah Luhak Agam. Karena akrab dengan masyarakat Minangkabau di Agam,
anak dari Luhak Agam disebut macan. “Harimau Campo” juga mengajarkan silek tuo (silek yang
asli) kepada generasi yang secara dominan diwarnai dengan gerakan imitasi harimau dari daerah
asalnya.
Ilmu silek kuciang siam
Selain ilmu silek Minangkabau yang dikembangkan di Canduang Lasi oleh Kuciang Siam
dari generasi ke generasi. Secara umum masih silek Tuo (silek tua), tetapimpada dasarnya gerakan
dominan dengan gerakan kucing, sebagai hewan peliharaan rumah untuk melindungi dari
gangguan tikus.
Gerakan kucing sangat lembut dan tenang tetapi berbahaya jika tertangkap olehnya. Ketika
meras diri dihancurkan, yang pertama jatuh adalah kakinya dan tidak akan nyenyak, seperti tidak
menginjak tanah. Dalam gerakan silek, ada gerakan yang disebut “jatuah Kuciang” berarti jatuh
ke bawah seperti kucing. Ilmu silek Kambiang hutan.
Kan-bin atau Kambiang hutan yang berasal dari Cambay Malambar utara juga mewarisi
ilmu atau Silek Tuo Silek Usali oleh Datuak Suri Dirajo. Ilmu Kambiang Hutan Silek
dikembangkan di daerah Luhak Limapuluh Kota, yang cirinya semacam ini bertindak lebih silek
gerakan menggunakan tangan di samping itu juga menggunakan memukul kepala dan kaki
persimpangan tak terduga oleh lawan.
Ilmu silek Anjiang Mualim
Anjing Mualim yang berasal dari Hindi Selatan Persia atau Gujarat mengembangkan Ilmu
Silek rantau Pesisir (Wilayah Rantau). Ketika kami anggap seharunsya keberadaan Bukit Barisan
(pegunungan) membentang dari Utara ke Selatan Barat Timur dan dari pemerintah pusat ke Selatan
bisa melihat etnis pegunungan dimulai dari Angkola, Mandailing, Minangkabau, Lebong, Rawas,
Pasaman, Gunung Merapi, Gunung Seblat, Gunung Kaba, Gunung Dempo dan sungai mengalir
dan pergi ke muara ini Pantai Timur Sumatra. Ini adalah tempat An-jin memimpin bagi
pembangunan daerah asing serta tumbuh dari masyarakat. Semacam ini digunakan Silek gerakan
pertempurn dan pertahanan dalam bentuk lingkaran. Silek Usali (Silek Tuo) Silek Lama ilmu
gayuag milik Datuak Suri Dirajo dan kombinasi dengan tiga jenis Silek di atas, adalah menciptakan
silek jenis bervariasi dari pertahanan diri dari Tanah Basa.
Kerabat Suku Sikumbang bersekutu dengan suku-suku lain di Minangkabau terutama Suku
Tanjung, Suku Koto, Suku Piliang, Guci dan suku lainnya. Penyebaran Suku Sikumbang termasuk
suku yang cukup merata penyebarannya di seluruh Minangkabau sebagaimana beberapa suku
besar lainnya yaitu Suku Piliang, Malayu, Caniago, Tanjuang, Guci dan suku-suku lainnya.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah Pencak Silat bukan hanya tentang olahraga bela
diri yang perlu kita lestarikan. Tetapi juga memiliki khas sebagai sarana pembinaan mental, ajaran
moral serta nilai-nilai segala aspek Pencak Silat sebagai sikap ksatria dan percaya diri. Kecintaan
kita terhadap olahraga dan budaya yang ada di Indonesia perlu dilestarikan dengan perkembangan
zaman yang semakin maju. Hal ini sangat penting, untuk memperkokoh ketahanan sosial budaya
Indonesia. Silat sikumbang mengajarkan kita tentang bagaimana peran seorang orang minang yang
harus kuat dalam situasi dan kondisi dimanapun dan kapanpun serta taat dan patuh terhadap agama
juga adat. Demikian artikel yang dapat saya sampaikan. Terima kasih.
0 Comments