Ticker

6/recent/ticker-posts

KEUTAMAAN DALIL DAN AMALAN YANG RASULULLAH SAW CONTOHKAN PADA BULAN SYA'BAN


Prof.Dr.H.Asasriwarni MH/Guru Besar UIN IB Padang/Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar/Anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat


Bulan Sya'ban tidak sepopuler bulab Ramadan atau Muharram bagi umat Islam, namun sebenarnya bulan Sya'ban memiliki banyak keutamaan. Pada bulan ini, Rasulullah SAW melakukan beberapa amalan yang patut dicontoh umatnya supaya mendapatkan pahala berlimpah dan ridha dari Allah SWT. Berikut ini sejumlah keutamaan bulan Sya'ban berdasarkan hadits-hadits sahih dari Rasulullah SAW, yakni :


*_1. Bulan Sya'ban Adalah Waktu Ketika Rasulullah SAW Paling Banyak Mengerjakan Puasa Sunnah :_*


Bulan Sya'ban merupakan bulan ketika Rasulullah SAW mengerjakan puasa sunah lebih banyak dari pada bulan-bulan lainnya (kecuali Ramadan).


Rasulullah SAW bahkan hampir melaksanakan puasa sunah selama sebulan penuh pada bulan Sya'ban.


Amalan yang ditunaikan oleh Radulullah SAW tersebut diceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Salamah sebagai berikut :


حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا


*Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha menceritakan kepadanya, katanya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah melaksanakan shaum lebih banyak dalam sebulan selain bulan Sya'ban, yang Beliau melaksanakan shaum bulan Sya'ban seluruhnya. Beliau bersabda: "Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal) ". Dan shalat yang paling Nabi shallallahu 'alaihi wasallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya* (HR. Bukhari No. 1834)


Agar tidak dikira sebagai kewajiban bagi umatnya, Rasulullah SAW memberikan jarak atau batas satu atau dua hari (tidak berpuasa beberapa hari) sebelum menunaikan ibadah puasa Ramadan.


Rasulullah SAW menjalankan puasa sunah pada bulan Sya'ban sampai 27 atau 28 Sya'ban. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut :


لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ


*Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa, maka bolehlah ia berpuasa*  (HR. Bukhari No. 1914 dan Muslim No. 1082).


*_2. Sya'ban Menjadi Bulan Ketika Amal Dibawa Naik Kepada Allah SWT :_*


Bulan Sya'ban yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan adalah waktu ketika Allah SWT mengangkat amal hamba-hambanya.


Hal ini yang membuat Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan ini. Beliau menginginkan Allah SAW mengangkat amalnya ketika dirinya sedang dalam keadaan berpuasa.


Perkara ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid sebagai berikut :


أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ أَبُو الْغُصْنِ شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


*Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dari 'Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada kami Tsabit bin Qais Abu Al Ghushn - seorang syaikh dari penduduk Madinah - dia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Sa'id Al Maqburi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Usamah bin Zaid dia berkata; Aku bertanya; "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?" Beliau bersabda : "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; ia bulan yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan yang disana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa* (HR. Nasa'i No. 2317)


*_3. Bulan Sy'aban Menjadi Momen Persiapan Sebelum Bulan  Ramadhan :_*


Sebagai bulan yang berada sebelum Ramadhan, Sya'ban memiliki peran yang penting bagi umat Islam.


Bulan Ramadhan diibaratkan sebagai waktu ketika umat Islam memanen tanaman (amal), mulai dari membaca Al Qur’an, berpuasa wajib, shalat tahajud, dan amalan lainnya.


Pasalnya, pada bulan Ramadhan, amalan baik akan dilipatgandakan. Demikian juga sebaliknya, perbuatan buruk akan diganjar dosa berlipat-lipat.


Pada bulan Sya'ban inilah, ia merupakan waktu mempersiapkan semua amalan tersebut. Bulan Sya'ban adalah bulan yang tepat untuk membiasakan diri melaksanakan amalan-amalan shaleh.


Dengan demikian, ketika bulan Ramadhan datang, umat Islam sudah terbiasa menjalankannya.


Dilansir laman Kementerian Agama  Abu Bakar Al-Balkhi berkata : *Rajab adalah bulan menanam. Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman tersebut*.


*_4. Bulan Terakhir Untuk Mengqada Puasa Ramadhan Tahun Lalu :_*


Bulan Sya'ban merupakan waktu terakhir untuk mengqada puasa Ramadhan setahun silam. Qada puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat Islam yang tidak memiliki uzur syar’i sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.


Qada adalah tindakan membayar atau mengganti ibadah puasa wajib yang belum dilaksanakan pada bulan Ramadnan tahun silam.


Aisyah RA juga melakukan qada puasa pada Sya'ban. Hal itu dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Salamah bin Abdurrahman sebagai berikut :


كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ


*Dulu saya pernah memiliki utang puasa ramadhan. Namun saya tidak mampu melunasinya kecuali di bulan sya’ban* (HR. Bukhari No. 1950 dan Muslim No. 1146)


Seorang muslim yang tidak membayar hutang puasanya hingga datang bulan Ramadhan berikutnya tanpa uzur syar’i, maka akan mendapatkan dosa besar.


Selain itu, wajib baginya untuk menqada setelah bulan Ramadhan sekaligus membayar fidyah, yakni membayar makanan sebanyak satu mud setiap hari puasa. Hal itu merupakan ganti dari kelalaiannya tidak mengqada puasa tersebut.


Imam Nawawi di dalam Al-Majmu Syarah Al Muhadzdzab (1996) menyebutkan : *Jika ia (seorang muslim) mengakhirkan puasa qada sampai datang Ramadan berikutnya tanpa uzur, ia telah berdosa, dan ia harus berpuasa Ramadan yang datang*


Sementara itu, apabila seorang muslim tidak menjalankan qada karena adanya uzur syar’i seperti sakit berkepanjangan dan sebagainya, ia diperbolehkan membayar di tahun berikutnya.


Jika benar-benar ada uzur syar'i, ia ikut melaksanakan puasa Ramadhan semampunya, dan tidak membayar fidyah. Hal ini merupakan perkataan Imam Nawawi berdasarkan pendapat mazhab Syafi'i.


Semoga renungan pagi ini dapat bermanfaat dan mendatangkan keberkahan kepada kita semua, aamiin YRA.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS