Ticker

6/recent/ticker-posts

Apa benar, monyet sekitar Gunung Meru tersebut sakral?


Penulis: Jaya Putra Ramadhan

Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas


Pada tau ngga sih? Kalau monyet yang berada disekitar Gunung Meru, pesisir Kota Padang itu dianggap sakral atau sakti oleh masyarakat sekitar. Hmmm…kira-kira apaa ya alasannya?

Saya sebagai penulis artikel ini sudah terjun langsung ke lapangan dan menanyakan perihal monyet sakral tersebut kepada narasumber yang saya temui, Menurut Nenek Laramsyah, 86 tahun atau yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar yaitu “tek enek”, beliau mengatakan bahwa “ia mempercayai hal tersebut, karena beliau melihat langsung tetangganya yang menganggu monyet sakral itu mendapatkan penyakit yang biasa disebut dengan tasapo, bahkan itu tidak terjadi sekali atau dua kali, mungkin dalam setahun ia melihat tujuh sampai dengan delapan orang yang mendapatkan penyakit tasapo, hal ini disebabkan oleh karena menganggu monyet atau kera tersebut. Selain itu, ketika tek enek kecil, orang tua beliau juga melarang ia untuk menganggu monyet atau kera yang ia temui disekitar rumah.” Karena banyaknya korban dan juga mendapatkan larangan dari orang tua ketika kecil, beliau mempercayai bahwa monyet yang berada di Gunung Meru tersebut memang sakral dan dijaga oleh kakek tua yang berada di puncak gunung tersebut, walau kakek tua itu sudah meninggal, tetapi masyarakat sekitar mempercayai bahwa mayat kakek tua itu tidak diterima oleh bumi karena memiliki ilmu-ilmu spiritual yang tinggi dan ia memilih untuk menjadi monyet yang ada di Gunung Meru tersebut.

Selain pengalaman dan peristiwa yang ia lihat, orang tua beliau juga pernah menceritakan bahwa kakek tua tersebut awalnya memang tinggal dan menjadi salah satu masyarakat sekitar Gunung Meru tersebut, dan kakek tua itu juga dianggap sebagai dukun yang sangat sakti oleh masyarakat sekitar, sampai dengan sebuah peristiwa yang terjadi didaerah itu menganggunya. Ia si kakek tua ini memilih untuk mengasingkan diri dan tinggal di puncak gunung meru sampai ia meninggal dunia. 

Dengan cerita diatas, apakah Gunung Meru layak dijadikan tempat wisata? Kalau menurut pendapat pribadi saya, Gunung Meru sangat layak untuk dijadikan tempat wisata, karena kita bisa memanjakan mata dengan melihat matahari terbenam (sunset) dengan jelas dan tentu saja indah, selain itu apabila kita tidak menganggu monyet-monyet yang dianggap sakral tersebut, saya rasa tidak ada salahnya kita berkunjung dan menikmati pemandangan laut nan disuguhkan oleh Gunung Meru tersebut. 

Ketika kita berkunjung ke Gunung Meru, jangan khawatir bakalan sepi karena cerita mistis yang beredar, karena banyaknya pengunjung yang datang kesana hanya untuk melepas penat dari kesibukan harian dan memang bertujuan untuk berwisata bukan untuk menganggu monyet-monyet yang ada di sekitar Gunug Meru tersebut. 

Tetapi, sayangnya ketika kita mengunjungi Gunung Meru, tidak ada pihak pengelola yang menjaga tempat itu, sehingga banyaknya pemalakan liar yang terjadi dan juga kurangnya fasilitas untuk berwisata disana. Ketika kita berwisata kesana, kita hanya bisa duduk diwarung yang dimiliki oleh warga sekitar atau hanya bisa duduk dikendaraan yang kita kendarai. Hmmm,…. apakah Gunung Meru akan dapat perhatian lebih dari pemerintah? Sehingga tempat tersebut memang benar-benar layak untuk jadi tempat wisata? Saya sebagai penulis artikel ini dan juga berdomisili tidak jauh dari Gunung Meru tersebut, berharap agar pemerintah bisa membenahi tempat wisata tersebut. Agar tempat tersebut lebih layak untuk dikunjugi dan hal ini menjadi dampak positif ke masyarakat sekitar, terutamanya sangat berdampak untuk ekonomi masyarakat.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS