Tak mau kompromi dengan penjajah, walau dibujuk dengan materi sekalipun namun kesetiannya pada tanah air tercinta harus ditebus dengan nyawanya sendiri, MARAD BIN H. SAMAD wafat diusia 22th ditangan tentara Belanda pada agresi Belanda ke Indonesia tahun1948, jiwa rela berkorban demi menjaga NKRI tak surut berpantang. Oleh Pihak keluarganya, dia dimakamkan di kaki Bukit Sungai lareh kelurahan Lubuk Minturun kecamatan Koto Tangah, nama MARAD BIN H. SAMAD masuk sebagai pejuang 45 dan diabadikan oleh Negara awal tahun 1990an sebagai Pahlawan pejuang.
Luput dari perhatian pemerintah setempat, karena tidak dimakamkan di Taman Makam pahlawan Lolong Padang pihak keluarga dan keturunan beliau selalu berziarah ke Makamnya.
Sekarang makam MARAD BIN H. SAMAD sudah terkikis, makam yang ditembok yerlihat sudah retak-retak dan terlihat mulai rusak disisi makam karena kikisan air.
Deviza Novita berharap kepada pemerintah daerah untuk memperhatikan makam pejuang45 MARAD BIN D SAMAD secara berkala karena makam yang terletak di kaki bukit sungai lareh sangat labil terkikis bila hujan.
Bagi generasi muda janganlah sis-siakan pengobanan darah dan nyawa mereka dalam mempertahankan Negara ini dari segala bentuk penjajahan apa yang dilakukan oleh seorang Jiwa seorang MARAD BIN H SAMAD perlu dijadikan contoh tauladan dalam mengisi kemerdekaan ini.
Kegigihan dan ketauladanan dari pejuang45 MARAD BIN H. SAMAD ternyata mengalir pada diri Deviza Novita seorang aktifis perempuan yang bergelut di bidang politik dan sosial tinggal Di Padang, Deviza Novita yang akrab disapa uni depi juga pengurus daerah Projo perguruan tinggi dan pengurus PJKP kota Padang meruakan salah seorang keturunan dari pejuang 45 MARAD BIN H. SAMAD yang gugur sebagai pahlawan kala itu,
Dengan memupuk nilai-nilai pengorbanan dari sosok MARAD BIN H. SAMAD generasi muda diharapkan mampu menjaga nasionalisme dan jiwa patriotisme dalam mengisi kemerdekan ini," imbuh Depi
#02
0 Comments