Ticker

6/recent/ticker-posts

Musik Tradisional Dikia Pano Kabupaten Pasaman




Artikel Ini Disusun oleh :

Soni Mardianto, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas



Diki pano adalah kesenian tradisional anak nagari pasaman. Awal mulanya dimainkan tidak ada literatur yang menjelaskan tetapi menurut cerita kesenian ini sudah ada dan dipakai sebagai alat propaganda dalam perjuangan Tuangku Imam Bonjol. Alat yang dipakai adalah diki pano yang merupakan alat perkusi berupa rebana besar dengan diameter permukaan 50 cm. Lagu diki pano berirama sesuai dengan lagu yang di mainkan dengan pantun (sampiran dan Isi) berupa pituah agama dan pituah adat. Perpaduan dari permainan mangguguah pipano dan badiki inilah yang dinakamakan diki pano.

Pada kesenian dikia pano termasuk juga dalam kategori 47 musik bernuansa Islami. Musik ini merupakan melodi vokal (nyanyian) diiringi oleh alat  musik pano atau rabano yaitu gendang muka satu berbingkai . 

Gendang bunyi yang dihasilkan lebih jauh dari alat musik pano karena resonansi pukulan membrane lebih cepat keluar ruang resonator, tidak terjadi pantul-memantul. Dengan demikian bunyi yang diproduksi oleh pano lebih “berat” dan dapat mengeluarkan bunyi bass dan dominasi karakter bunyi itu bila didengar dekat dibandingkan dengan bunyi alat musik rabano-rabano lain yang resonansinya dapat tertangkap pendengaran dalam jarak yang cukup jauh. 

Begitulah ciri khas bunyi dari musik dikia pano Pasaman. Jika diamati efek akustis dari bunyi ritme alat musik pano yang berperan mengiringi melodi vokal, maka volume suara musisi memang memiliki kekuatan yang harus mampu “menembus” ruang akustis yang dikuasai oleh volume suara/bunyi pano. Efek bunyi low (bass) dari alat musik itu akan lebih kuat jika dimainkan di dalam ruangan (in-door), otomatis para musisi akan berusaha memproduksi suara lebih kuat (keras). Dengan demikian, sesuai dengan karakteristik dikia pano lebih bagus ditampilkan di dalam ruangan yang agak besar dengan pertimbangan akustik yang mendukung karakter bunyi seperti itu. Misalnya penampilan di dalam Mesjid, Aula yang efek akustiknya mendukung karakter bunyi yang demikian, dan lain sebagainya.

Kesenian Diki Pano ini adalah perpaduan kemahiran dalam menabuh (mangguguah) Pipano dengan lantunan Dikie (lagu) yang berisikan pituah Adat dan Agama yang disampaikan dalam bentuk pantun. Kesenian Diki Pano biasa dimainkan pada acara baralek (pesta) kawinan, khitanan, dan turun mandi anak dalam suasana bajago-jago. 

Dalam acara bajago-jago tersebut kesenian dikia pano dimainkan selama 7 jam. Kesenian Diki Pano dimainkan pada waktu malam hari selesai sholat ‘isya sampai dini hari menjelang adzan subuh. Keunikan dan ke kelebihan permainan musik Diki Pano terletak pada Guguah (Pukulan), dimana dari guguah yang terkesan kacau dan tak beraturan, pemain langsung bisa menghentikan secara serentak. Keunikan lain dalam memainkan Diki Pano, para pemain bisa saling bertukar peran antara tukang batang, tukang tingkah dan tukan kurincang, pada saat pipano sedang diguguah.

Alat musik yang dipakai dalam musik dikia pano namanya Pano. Pano merupakan alat perkusi berupa Rebana Besar dengan diameter permukaan minimal 50 cm. Lagu Dikia adalah lantunan vokal berirama sesuai dengan jenis lagu yang dimainkan dengan pantun (sampiran dan isi) berupa pituah agama dan pituah adat.

Contoh Pantun :

Manyabik  Padi Nak Rang Tapuih

Batuang diambiak ka anak janjang

Talang di tanam nak rang bonjo

Kalau aka bana indak luruih

Lah lakuang batu dek sumbayang

Allah nan tido manarimo

Perpaduan dan gabungan dari permainan mangguguah pipano dan badikia inilah yang dinamakan dengan  Dikia Pano

Langkah Permainan Dikia Pano, guguah Adalah memukul/mangguguah pano yang dimainkan oleh tiga orang pemain dalam posisi duduk bersila dan membentuk lingkaran. Setiap pemain dalam mangguguah pipano punya peran tersendiri; sebagai Tukang Mambatang penabuh utama yang akan diikuti oleh tukan tingkah dan tukang kurincang. Tukang Maningkah penabuh yang memberikan tambahan guguah untuk memperkaya suasana guguah, dimana pukulannya diselipkan diantara pukulan yang dimainkan tukang mambatang. Tukang Kurincang membuat satuan guguah terkesan semakin kacau dan rame, tapi tetap ber pedoman kepada guguah dasar yang dimainkan tukang mambatang.

Setelah 4 kali guguah tersebut selesai, Selanjutnya masuklah ke Dikie (lagu). Dikia dilantunkan oleh 3 orang atau lebih pendendang setelah guguah sampai di ujuang guguah, lantunan dikie sendiri nanti akan disambut lagi dengan guguah. Ditutup dengan Guguah penutup.

Fungsi dari pertunjukan Dikia Pano adalah sebagai salah satu musik tradisional masyarakat di daerah Pasaman. Secara umum juga berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat, yakni berupa hiburan yang disajikan dalam berbagai kegiatan adat serta keagamaan masyarakat seperti acara perhelatan pernikahan, khitanan, alek batagak penghulu dan sebagainya. Dikia juga merupakan ritual keagamaan yang dilakukan masyarakat di Mushola pada bulan-bulan, seperti pada tradisi malamang, maapam dan sebagainya. Jadi tradisi ini sangat bagus dan jangan sampai masyarakat minangkabau tidak mengetahui tradisi dikia pano ini. Alangkah bagus juga apabila anak-anak muda bisa dan mahir dalam kesenian dikia pano untuk kemajuan tradisi daerah.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS