Oleh: Aisyah Syaidhatil Ilmi. NIM: 2510833038 Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas
Panggung sidang PBB New York Amerika serikat, biasanya diwarnai Bahasa diplomasi yang baik, halus, penuh sopan santun, dan kalimat yang terukur. Namun momen yang berbeda muncul Ketika presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto tiba-tiba memukul meja saat menyuarakan dukungan untuk Palestina. Aksi tersebut sontak menarik perhatian dunia dan menimbulkan pertanyaan: apakah pukulan meja tersebut merupakan strategi diplomasi simboli, atau sekedar luapan emosi spontan saja?
Konsistensi Indonesia mendukung palestina Dukungan Indonesia terhadap palestina buanlah hal baru.
Sejak awal kemerdekaan, politik luar negri Indonesia menegaskan prinsip “bebas aktif” yang diwujudkan dala solidaritas terhadap bangsa- bangsa yang masih terjajah. Palestina menjadi salah satu isu utama karena hingga kini rayatnya masih berjuang melawan serangan yang dilakukan secara terus menerus oleh israel.
Indonesia juga termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina pada 1988,ketika Yasser Arafat memproklamasikan negara Palestina.
Dukungan ini diperkuat dengan konsistensi Indonesia untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel sampai ada pengakuan kemerdekaan Palestina. Dengan latar belakang sejarah tersebut, pidato Prabowo di PBB tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari komitmen panjang Indonesia.
Makna Simbolik “Pukul Meja”
Dalam diplomasi, gestur bisa memiliki arti lebih kuat daripada kata-kata. Pukulan meja yang dilakukan Prabowo dapat dimaknai sebagai simbol kemarahan terhadap ketidakadilan yang dialami dan diderita oleh rakyat Palestina. Gestur itu seolah ingin mengguncang forum internasional, menegaskan bahwa isu Palestina tidak bisa terus dipinggirkan.
Namun, aksi ini juga memunculkan dua tafsir berbeda. Bagi sebagian orang, itu adalah simbol keberanian dan ketegasan seorang pemimpin baru Indonesia di panggung dunia.
Bagiyang lain, gestur tersebut dinilai kurang elegan dan berisiko menimbulkan persepsi emosional dalam forum diplomasi. Perdebatan ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi dalam diplomasi selalu sarat makna.
Respons Publik dan Politik Domestik Di dalam negeri, mayoritas masyarakat memberikan apresiasi positif. Dukungan terhadap Palestina punya basis emosional dan historis yang kuat di Indonesia, sehingga tindakan
Prabowo dianggap mewakili suara rakyat. Aksi simbolik tersebut juga memperkuat citra Prabowo sebagai pemimpin yang berani, nasionalis, sekaligus peduli pada isu kemanusiaan global.
Namun tidak bisa dipungkiri, momen ini juga bisa dibaca sebagai strategi politik domestik.
Sebagai presiden terpilih, Prabowo perlu menunjukkan karakter kepemimpinan yang tegas dan berpihak pada nilai keadilan. Dukungan terhadap Palestina adalah isu yang relatif aman di dalam negeri karena mayoritas masyarakat Indonesia mendukung Palestina.
Dengan demikian, pidato itu berpotensi memperkuat legitimasi politiknya di mata rakyat.
Respons Dunia Internasional menurut rilis Sekretariat Kabinet Rebublik Indonesia https://setkab.go.id Aksi Prabowo memukul meja juga tidak luput dari perhatian tokoh-tokoh dunia. Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan memberi komentar unik seusai pidato itu. Trump mengatakan,
“And you, too my friend, great speech. You did a great job pounding on that table, I said how would you like to deal with them when you’re left, it’s not easy.”
Artinya: “Dan kamu juga, temanku, pidato yang hebat. Kamu melakukan pekerjaan yang bagus memukul meja itu, aku bilang bagaimana rasanya berurusan dengan mereka ketika kamu sendirian, itu tidak mudah.”
Komentar ini menimbulkan pertanyaan: apakah ucapan Trump merupakan pujian tulus terhadap ketegasan Prabowo, atau justru sekadar gaya khas Trump yang sering mencampurkan cemooh dengan humor sarkastik? Trump memang dikenal kerap menggunakan bahasa yang ambigu—kadang terkesan mengangkat lawannya, tetapi sebenarnya bernuansa sindiran.
Jika dibaca sebagai pujian, ucapan itu menunjukkan pengakuan Trump atas keberanian
Prabowo menyuarakan Palestina di forum dunia. Namun jika dibaca sebagai gaya sarkastik, ucapan itu bisa berarti Trump meragukan efektivitas aksi simbolik semacam itu dalam menghadapi kompleksitas politik internasional. Dengan demikian, komentar Trump bukan hanya sekadar reaksi spontan, melainkan juga cermin dari gayakomunikasinya yang khas: campuran antara apresiasi dan sindiran.
Implikasi bagi Politik Luar Negeri Indonesia Pertanyaan pentingnya adalah apakah pukulan meja ini hanya berhenti pada simbol, atau akan diikuti dengan langkah konkret dalam kebijakan luar negeri? Jika hanya retorika, maka momen tersebut akan cepat dilupakan. Namun jika Indonesia benar-benar lebih aktif, misalnya dengan mendorong resolusi baru di PBB, memperkuat kerja sama melalui
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), atau menambah bantuan kemanusiaan bagi Palestina, maka aksi Prabowo akan dikenang sebagai titik balik diplomasi Indonesia.
Indonesia tentu menghadapi tantangan untuk menjaga konsistensi.
Di satu sisi, ada kewajiban moral dan historis untuk mendukung Palestina. Di sisi lain, ada kepentingan strategis untuk tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara besar yang memiliki sikap berbeda,
seperti Amerika Serikat. Di sinilah ujian kepemimpinan diplomasi Prabowo akan terlihat:apakah ia bisa menyeimbangkan idealisme dengan realitas politik internasiona
0 Comments