Ticker

6/recent/ticker-posts

Sejarah Luhak Nan Tigo Di Minangkabau


Oleh : Muhammad Malik Hidayat, Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Setiap negara memiliki luas wilayah yang berbeda-beda. Wilayah tersebut dibagi secara merata melalui pergeseran lempeng yang terjadi di dunia dan juga di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti bekas wilayah jajahan dan lain sebagainya. Lalu ap aitu yang dimaksud dengan wilayah?

Wilayah merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait di dalamnya yang sistemnya ditentukan oleh negara tersebut berdasarkan fungsional dan administratifnya. Dari pengertian ini bisa diambil kesimpulan bahwa sebuah negara berhak mengelola tanah dan segala unsur-unsur aspek yang di dalamnya seperti laut, hutan dan udara. Maka dari itu negara lain tidaklah boleh mengganggu wilayah negara yang lainnya.

Indonesia adalah negara dengan wilayah yang luas, setiap daerah-daerah yang ada di Indonesia dipisahkan oleh laut dan juga perbatasan berupa hutan. Wilayah Indonesia yang sangat luas ini memiliki pusat kendali wilayah yang bernama Ibu Kota yang saat ini terletak di Pulau Jawa. Wilayah tersebut dinamakan dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 

Jakarta menjadi daerah pusat yang mengendalikan industry, ekonomi, dan fashion yang ada di Indonesia saat ini. Bahkan untuk sosial dan kebudayaan Jakarta juga menjadi penggerak dalam segala kemajuan dan berubahnya unsur-unsur yang ada di Indonesia.

Secara khusus setiap daerah di Indonesia memiliki cara sendiri untuk mengatur wilayahnya. Salah satunya adalah daerah Sumatera Barat. Sumatera Barat adalah wilayah yang memiliki adat dan kebudayaan sendiri yang tentu saja berbeda dari Jakarta. Setiap wilayah di Sumbar itu memiliki pemimpin-pemimpin daerah yang sudah ada sejak zaman nenek moyang Minangkabau. 

Wilayah di Sumbar atau Minangkabau dibagi berdasarkan penduduknya yang biasa disebut dengan Luhak Nan Tigo. Luhak Nan Tigo ini terbentuk karena adanya penduduk di Minang semakin banyak dan bertambah, tentu saja ini menjadi kekhawatiran penduduk yang mendiami satu tempat yaitu Pariangan. Maka dari itu, para penduduk mulai mencari wilayah-wilayah baru yang bisa diduduki dan ditinggali untuk membangun rumah dan mendapatkan tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Walaupun mereka berpisah-pisah tetapi, mereka tetaplah satu yaitu suku Minangkabau. 

Luhak Tanah Datar

Rombongan penduduk yang pertama kali pindah adalah rombongan yang ingin mencari tanah yang datar. Rombongan ini bergerak kea rah timur hingga sampai ke Gunung Sago, arah matahari terbit dari Gunung Marapi. Sesampainya di tanah tersebut rombongan ini langsung membuat pemukiman penduduk mulai dari membangan dusun hingga menjadi sebuah nagari.

Rombongan ini membangun pemukiman tepat berada di atas puncak gunung serta lereng gunung. Penduduk pada rombongan pertama yang tingga di pegunungan ini biasanya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Banyak sawah beserta ladang yang dibangun oleh para penduduk guna memnuhi kebutuhan hidup mereka. Selain Bertani mereka juga masih suka berburu binatang-binatang disekitar pegunungan. Tempat tinggal mereka juga sangatlah sederhana yaitu dengan menegakkan empat bilah kayu dan membuatnya seperti gubuk. 

Ketika mereka kedatangan pemukiman baru barulah mereka mulai membentuk perkampungan tahap dua yang disebut dengan taratak. Taratak yaitu kampung yang terdiri dari dua suku asal. Lalu ketika anak dan cucu juga sudah berkembang maka mereka mulai pindah dari puncak menuju kaki gunung lalu mulai mengisi daerah-daerah hutan terutama di dekat sungai. Seiring berjalannya waktu barulah perkampungan tersebut mulai diduduki oleh suku-suku yang beragam sehingg membentuk nagari. 

Luhak Lubuk Agam

Sama dengan rombongan pertama, rombongan ini juga pergi meninggalkan Pariangan dengan membawa empat kaum menuju arah barat Gunung Marapi. Mereka meninggalkan Pariangan lengkap dengan membawa bekal dan juga perkakas guna mencari daerah yang layak untuk di tinggali. Mereka mulai menyusuri daerah arah terbenamnya matahari yang menurut perkiraan banyak sekali tempat-tempat yang cocok untuk di tinggali dan dijadikan tempat tinggal. 

Daerah tersebut ternyata memiliki lembah dengan anak sungai yang sangat banyak sehingga cocok dijadikan tempat bersawah. Setibanya di tempat tersebut mereka menemukan lubuk yang dalam dan sungai yang jernih. Lubuk tersebut lalu diberi nama Lubuk Agam. Hulunya yang bercabang dua lalu diberi nama dengan nama Sungai Janiah dan Batang Tambuo. Hingga saat ini kedua nama hulu sungai tersebut masih dipakai oleh masyarakat di sekitar.

Lubuk Ranah 50 Kota

Ranah 50 Kota terjadi karena adanya perkembangan dari Luhak Tanah Datar yang kian banyak. Lalu sebanyak 50 kaum mulai berangkat menuruni kaki Gunung Sago dengan membawa peralatan yang lengkap. Rombongan tersebut mulai menuruni lembah Gunung Sago dan Gunung Marapi lalu tibalah disebuah tempat yang dimana tempat tersebut tidak dapat dilalui oleh rombongan tersebut karena ada Batang Agam yang menghalangi. Akibatnya rombongan tersebut mulai mencari jalan lalu hasilnya tetap gagal sehingga daerah tersebut saat ini dinamakan Barulak yang artinya bolak-balik.

Barulah menjelang senja hasil mulai ditemukan yaitu cara melewati sungai Batang Agam tersebut dengan melompati pinggiran sungai satu persatu sehingga nama tersebut bernama Lampatan. Daerah ini juga termasuk batas anatara wilayah Luhak Tanah Datar dan Luhak Ranah 50 Kota.

Lalu rombongan tersebut tiba di sebuah padang yang dimana padang tersebut digunakan untuk beristirahat untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Namun, sebelum itu dicek dan dihitung terlebih dahulu dan rupanya anggota rombongan hanya tersisan 45 kaum. Lalu ditanyakan kepada setiap pemimppin kaum namun mereka hanya menjawab “Antahlah…” sehingga daerah padang tersebut dinamakan Padang Siantah. Daerah Luhak Ranah 50 Koto ini berada di arah utara sampai ke Koto Tinggi dan Siamang Babunyi. Luhak Ranah 50 Koto berbatasan dengan daerah Pasaman.

Begitulah sejarah penyebaran penduduk di Minangkabau yang bermula dari Pariangan hingga menyebar menjadi tiga daerah atau Luhak. Namun, daerah Minangkabau tidak hanya dibatasi dengan Luhak Nan Tigo saja tetapi juga ada daerah rantau dan juga daerah pesisir.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS