Ticker

6/recent/ticker-posts

Dari Korban ke Pelaku: Kasus Tewasnya Pelajar SMPN 12 Krui di Pesisir Barat



Oleh: Wilsa Noveliani Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas



Seorang Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, tewas usai diserang menggunakan senjata tajam oleh teman sekolahnya di dalam kelas.

Peristiwa tragis itu terjadi di ruang kelas VII A SMPN 12 Krui, Tanjung Jati, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 10.20 WIB.

Terduga pelaku berinisial SR (13), warga Pekon Pelita Jaya, Kecamatan Pesisir Selatan. Ia diamankan usai diduga menusuk korban, JS (13), warga Pekon Tanjung Setia.

Peristiwa itu berawal dari korban yang mendatangi kelas pelaku dengan tersulut emosi, lalu menendang meja dan menantang pelaku untuk berkelahi, selanjutnya korban memukul kepala pelaku yang sedang duduk di bangku menggunakan tangannya.

Merasa terancam, pelaku langsung mengambil gunting di laci meja dan menyerang korban berkali-kali, serangan itu mengenai beberapa bagian tubuh, termasuk pelipis mata kanan, kepala bagian belakang, serta punggung korban.

Korban kemudian terjatuh dan mengalami pendarahan hebat akibat luka tusukan yang diterima dari si pelaku, pelajar lain yg melihat kejadian itu langsung memanggil guru dan membawa korban ke puskesmas biha, Kecamatan Pesisir Selatan, namun nyawa korban tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia di perjalanan.

“Kita istirahat itukan jam 10.10-11.30, waktu bel saya keluar mau mengkondisikan anak-anak, jadikan kalo anak-anak mau masuk itukan biasa ya pak ya, setelah itu saya baru sampai lapangan, disini sudah memanggil-manggil bahwasanya korban sudah terjatuh dan berdarah lalu saya balik lagi memanggil rekan guru namanya Pak Bayu dan Pak Ivan, setelah itu saya ngambil mobil langsung saya bawa ke puskesmas” jelas Aris, Wakil Kepala Sekolah SMPN 12 Krui.

Menurut keterangan dari saksi di lokasi kejadian, pelaku sebelumnya sudah seringkali mendapat perilaku bullying dari korban dan sering menantangnya berkelahi.

“Sudah sebanyak empat kali korban melakukan penyerangan terhadap anak tersebut (pelaku), dan ini yang kelima dia melawan setelah dilawan si korban ini meninggal dunia” jelas AKBP Bestiana, S.I.K., M.M., Kapolres Pesisir Barat.

Sat Reskrim Polres langsung bergerak ke lokasi setelah menerima laporan dan berhasil mengamankan pelaku dan barang bukti berupa satu buah gunting, baju korban, dan tas.

Pelaku dipersangkakan Pasal 80 jo 76.C UUPA (Undang-Undang Perlindungan Anak) dengan ancaman 15 tahun penjara.

Kasus ini menjadi cerminan nyata bagaimana seorang pelaku dulunya adalah korban. Dalam peristiwa ini pelaku diketahui sering mengalami bullying dari korban, perlakuan tidak menyenangkan yang terus-menerus diterima akhirnya menumpuk jadi emosi dan kemarahan yang tak terkendali. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan bullying di sekolah bukan hanya meninggalkan luka batin, tetapi juga dapat melahirkan kekerasan baru.

Menurut Bupati Pesisir Barat, Dedi Irawan menegaskan, tragedi tersebut menjadi pengingat pentingnya untuk memperkuat sistem pengawasan pembinaan, serta pendidikan karakter siswa di sekolah. “Tidak ada pihak yang ingin peristiwa ini terjadi. Ke depan, pengawasan dan pembinaan harus diperkuat, baik dari sekolah, orang tua, maupun lingkungan sekitar”. (kupastuntas.co, 1 oktober 2025)

Untuk mencegah peristiwa serupa, sekolah perlu meningkatkan pengawasan terhadap perilaku peserta didik, dengan memperbanyak kegiatan positif yang bisa menumbuhkan rasa empati dan kebersamaan agar tidak lagi terjadi tindakan bullying di sekolah, serta menegakkan aturan tegas bagi siapapun yang melakukan tindakan kekerasan di lingkungan sekolah.

Selain itu, pihak sekolah bisa bekerja sama dengan kepolisian atau lembaga perlindungan anak untuk memberikan edukasi mengenai dampak hukum dari tindakan bullying, agar siswa memahami konsekuensi dari setiap perbuatannya.

Peran orang tua dan lingkungan sekitar juga sangat penting dalam mencegah terulangnya kasus seperti ini. Orang tua harus lebih peka terhadap perubahan sikap dan perilaku anak, serta menciptakan komunikasi yang baik agar anak merasa aman bercerita. Lingkungan sekitar juga perlu berperan aktif dalam membangun budaya saling menghargai, dukungan sosial dari teman, guru, dan masyarkat dapat membuat anak merasa dihargai dan diterima.

Kasus yang terjadi di SMPN 12 Krui ini menjadi pengingat keras bahwa kekerasan sekecil apapun di lingkungan sekolah bisa menimbulkan dampak besar, bahkan merenggut nyawa seseorang. Tak ada satu pun yang menginginkan hal seperti ini terjadi, namun kejadian serupa bisa terulang jika sekolah, orang tua, dan masyarakat tidak ikut terlibat dalam pencegahannya.

Bullying bukanlah sekedar candaan berlebihan, melainkan bentuk kekerasan yang dapat merusak masa depan baik bagi korban maupun pelaku. Karena itu, sudah seharusnya semua pihak bekerja sama mencipatakan lingkungan yang aman, nyaman dan penuh rasa saling menghargai, agar mental anak tetap sehat dan stabil.

Jangan menganggap remeh perilaku bullying, tingkatkan pengawasan terhadap anak agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS