1.Yessy Aprihatin Universitas Negeri Padang, Indonesia
2. Fathi Shevariant Universitas Negeri Padang, Indonesia
3.Mira Gustia Universitas Negeri Padang, Indonesia
4. Rifqah Saidah Izdihar Universitas Negeri Padang, Indonesia
5. Tiara D.Arza Universitas Negeri Padang, Indonesia 6.Valentino Richard Universitas Negeri Padang, Indonesia
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat, Padang Utara Kota Padang
Korespondensi penulis : fathishevariant@gmail.comyessyaprihatin@fik.unp.ac.idmiragustia86@gmail.comsaidahrifqah@gmail.comvalentinori114@gmail.comdarzatiara@gmail.com
Abstract
The Family Medicinal Plant Program (TOGA) is one form of utilizing local natural resources to support community health independently through a traditional approach.
The method used in this activity is a participatory approach, which actively involves the community through socialization, direct planting, and practical use of medicinal plants. The results of the activities show an increase in community knowledge about various types of medicinal plants such as ginger, turmeric, lemongrass, and sambiloto, as well as their use for everyday minor treatments. Additionally, the community demonstrates high enthusiasm in developing TOGA gardens in their backyard.
This activity not only raises awareness of the importance of traditional medicine but also strengthens local wisdom values in maintaining family health. Therefore, the TOGA program can serve as a sustainable model for traditional health education at the village level.
Keywords: KKN, family medicinal plants, education, traditional medicine, community Abstrak.
Program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam lokal untuk mendukung kesehatan masyarakat secara mandiri melalui pendekatan tradisional.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pendekatan partisipatif, yang secara aktif melibatkan masyarakat melalui sosialisasi, dan penanaman langsung serta pemanfaatan tanaman obat secara praktis.
Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis tanaman obat seperti jahe, kunyit, serai, dan sambiloto, serta pemanfaatannya untuk pengobatan ringan sehari-hari.
Selain itu, masyarakat menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengembangkan kebun TOGA di halaman belakang rumah mereka.
Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengobatan tradisional, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kearifan lokal dalam menjaga kesehatan keluarga.
Oleh karena itu, program TOGA dapat menjadi model berkelanjutan untuk pendidikan kesehatan tradisional di tingkat desa. Kata kunci: KKN, tanaman obat keluarga, edukasi, pengobatan tradisional, masyarakat.
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan aspek penting dalam menunjang kualitas hidup masyarakat.
Di wilayah pedesaan seperti Nagari Koto Tuo, pendekatan pengobatan tradisional berbasis kearifan lokal masih sangat relevan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan modern.
Salah satu praktik tradisional yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
TOGA bukan hanya mencerminkan pengetahuan lokal yang diwariskan turun-temurun, tetapi juga menawarkan solusi kesehatan yang murah, aman, dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Sebagaimana dinyatakan oleh Kementerian Kesehatan (2017), pengobatan tradisional merupakan bagian dari budaya lokal yang memiliki potensi besar dalam pengembangan sistem kesehatan nasional berbasis masyarakat.
Meskipun demikian, pemanfaatan TOGA di masyarakat pedesaan belum berjalan optimal. Banyak warga yang belum mengenali secara jelas jenis-jenis tanaman obat, manfaatnya, maupun cara pengolahannya secara benar.
Tanaman seperti kunyit, jahe, kunyit, serai, dan sambiloto banyak dijumpai di lingkungan sekitar, namun sering kali hanya dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, bukan sebagai sumber pengobatan alternatif.
Hal ini menunjukkan adanya kebuuhan akan peningkatan literasi kesehatan tradisional melalui kegiatan edukatif yang terstruktur dan berkelanjutan.
Menurut Widiyastuti (2020), edukasi masyarakat tentang tanaman obat sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengobatan mandiri yang aman dan efektif.
Mahasiswa yang menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
Melalui program pengabdian berbasis potensi lokal seperti TOGA, mahasiswa tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan secara mandiri.
Dalam pelaksanaan program TOGA, mahasiswa KKN bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi masyarakat dalam proses identifikasi, penanaman, hingga pemanfaatan tanaman obat.
Pendekatan partisipatif ini memperkuat keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan.
Prasetyo dan Lestari (2018) menegaskan bahwa mahasiswa KKN merupakan motor penggerak pemberdayaan masyarakat yang efektif dalam menyampaikan inovasi-inovasi berbasis potensi lokal.
Selain dari sisi pelaku lapangan, dukungan kebijakan pemerintah terhadap pengembangan TOGA juga menjadi faktor pendorong penting.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi dan program untuk mengintegrasikan pelayanan kesehatan tradisional ke dalam sistem kesehatan nasional.
Salah satunya adalah dengan mendorong pemanfaatan TOGA di tingkat keluarga sebagai bagian dari pengobatan mandiri.
Dalam pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2011), program TOGA dinilai sebagai langkah strategis dalam memperluas jangkauan pelayanan kesehatan serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan berbasis potensi lokal.
Dengan adanya sinergi antara program mahasiswa KKN dan kebijakan pemerintah, implementasi TOGA dapat menjadi model edukasi kesehatan yang berkelanjutan dan relevan di tingkat nagari.
KAJIAN TEORITIS
Program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai bentuk edukasi kesehatan tradisional dapat dianalisis melalui teori pemberdayaan masyarakat yang menekankan keterlibatan aktif individu dan komunitas dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Rappaport (1987) menyatakan bahwa pemberdayaan menciptakan kondisi di mana masyarakat memiliki kendali atas keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka. Dalam pelaksanaan program TOGA, mahasiswa KKN bertindak sebagai fasilitator dalam proses transfer pengetahuan, di mana masyarakat diajak mengenali, menanam, dan memanfaatkan tanaman obat lokal secara mandiri.
Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan kesehatan, tetapi juga mendorong kemandirian pengobatan berbasis sumber daya lokal.Selain itu, implementasi TOGA juga relevan dengan teori pendidikan kesehatan, yang berfokus pada proses perubahan perilaku individu atau kelompok melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran.
Green dan Kreuter (1991) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan mencakup faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), pendukung (ketersediaan sarana), dan penguat (dukungan sosial).
Dalam konteks ini, mahasiswa KKN memberikan edukasi mengenai manfaat TOGA, cara pengolahan, dan penggunaannya untuk penanganan awal penyakit ringan.
Kegiatan ini berkontribusi dalam membentuk kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan tradisional sebagai alternatif pengobatan yang aman, murah, dan mudah dijangkau.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan program pengabdian masyarakat berbasis pendidikan yang melibatkan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan riil di masyarakat.
KKN berfungsi sebagai jembatan antara perguruan tinggi dan masyarakat, di mana mahasiswa tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga belajar memahami konteks sosial budaya lokal (Wahyuni, 2020). Pemberdayaan masyarakat melalui KKN diarahkan pada peningkatan kapasitas dan kemandirian warga, salah satunya melalui pelatihan keterampilan seperti pembuatan pupuk kompos.
Menurut Sastropoetro (2003), pemberdayaan adalah proses yang memungkinkan individu atau kelompok mengakses sumber daya dan mengembangkan kemampuan untuk mengelola kehidupannya secara mandiri.
METODE
Pengabdian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan Program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai bentuk edukasi kesehatan tradisional yang dilakukan oleh mahasiswa KKN UNP. Pendekatan ini digunakan untuk memahami secara mendalam bagaimana kegiatan pendidikan berlangsung, bagaimana partisipasi masyarakat, dan dampak awal yang dirasakan oleh warga dalam penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan mandiri.
Pengabdian ini berfokus pada pengalaman langsung mahasiswa dan masyarakat selama kegiatan di Nagari Koto Tuo.
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Nagari Koto Tuo, terutama ibu rumah tangga yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan keluarga dan lingkungansekitar.
Selain itu, generasi muda dan siswa sekolah dasar juga menjadi sasaran edukasi awal guna menanamkan pemahaman tentang pentingnya tanaman obat sejak usia dini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan implementasi program tanaman obat keluarga ini dilakukan pada 19 Juni 2025 di depan Kantor Wali Nagari Koto Tuo, yang memiliki target sasaran sekitar 15 orang.
Pelaksanaan kegiatan ini didasari oleh masih minimnya pemahaman masyarakat pada pemanfaatan tanaman obat alternatif.Selain itu, program ini juga didasari oleh semangat pengabdian mahasiswa KKN untuk memberdayakan masyarakat secara langsung melalui pendekatan edukatif yang kontekstual.
KKN sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi memiliki peran strategis dalam menjembatani ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat.
Implementasi program TOGA tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk membangun kemandirian dalam menjaga kesehatan keluarga.
Kegiatan ini sekaligus menjadi sarana pelestarian budaya pengobatan tradisional yang mulai terlupakan di tengah arus modernisasi.
Tahapan dalam kegiatan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan, pelaksanaan penanaman, dan pemeliharaan dan monitoring.Tahapan pertama yang dilakukan yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengertian TOGA, jenis – jenis TOGA, manfaat dari setiap jenis TOGA, serta memberikan contoh TOGA yang ada dilingkungan sekitar.
Tidak hanya itu, sosialisasi ini dilakukan juga untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan serta cara menanam dan merawat TOGA itu sendiri.
Setelah itu melakukan penentuan lahan mana yang dapat digunakan untuk melakukan program ini. Dari kegiatan ini, diperoleh hasil bahwa pengetahuan masyarakat tentang Tanaman Obat Keluarga (TOGA) hanya sebagai tanaman obat saja, masyarakat masih belum mengetahui lebih dalam mengenai Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan ruang lingkupnya.
Oleh karena itu, sosialisasi ini sangat membantu masyarakat untuk mengenal lebih dalam mengenai Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan ruang lingkupnya.
Dalam kegiatan ini tidak hanya memberikan materi kepada masyarakat, tetapi juga memberikan ruang untuk mereka agar tetap aktif dengan cara bertanya, menjawab, serta berdiskusi.Dalam tahapan ini mahasiswa KKN tidak hanya memberikan sosialiasi dan penentuan lokasi, tetapi juga melakukan pengadaan bibit, bibit tanaman obat seperti temulawak, kencur, kunyit, serai, jahe, dan lidah buaya disediakan oleh tim KKN dengan dukungan dari Dinas Pertanian dan komunitas lokal yang peduli lingkungan.
Tahapan kedua setelah persiapan yaitu pelaksanaan penanaman. Yang dilakukan dalam tahapan ini yaitu mempersiapkan masyarakat untuk melakukan penanaman bibit Tanaman Obat Keluarga seperti materi yang sebelumnya sudah diberikan mengenai tata cara penanaman dan perawatannya.
Karena bibit sudah disiapkan maka masyarakat diminta untuk menyebutkan dan menjelaskan tanaman apa yang akan mereka tanam beserta dengan manfaatnya. Setelah itu masyarakat bersama – sama melakukan proses penanaman.
Pertama masyarakat diminta untuk mencampurkan pupuk organik yang telah dipersiapkan dengan tanah kedalam polybag sebagai media tanam, selanjutnya masyarakat melakukan penanaman bibit kedalam media tanam yang sudah mereka siapkan.
Dalam kegiatan ini masyarakat juga diberikan tanggung jawab untuk merawat tanaman mereka masing – masing agar tetap tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tahapan ketiga yaitu melakukan proses pemeliharaan dan monitoring. Dalam tahapan ini masyarakat melakukan kegiatan menyiram tanaman, memberikan pupuk, mencabut rumput liar dan menempatkan tanaman tersebut ditempat yang terkena sinar matahari agar pertumbuhannya tidak terganggu.
Selain itu masyarakat melakukan pengawasan selama dua minggu sekali terhadap masing-masing tanaman mereka, hal itu dilakukan sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka terhadap tanaman yang telah mereka tanam.
Gambar
1.Penanaman TOGA Gambar
2.Foto Bersama dengan Masyarakat
KESIMPULAN DAN SARAN
Program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN UNP di Nagari Koto Tuo berhasil meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan tradisional.
Melalui pendekatan partisipatif yang melibatkan sosialisasi, penanaman langsung, dan pendampingan praktis, masyarakat menjadi lebih mengenal berbagai jenis tanaman obat seperti jahe, kunyit, serai, sambiloto, temulawak, kencur, dan lidah buaya beserta manfaatnya dalam penanganan penyakit ringan sehari-hari.Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan literasi kesehatan tradisional tetapi juga mendorong kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk menjaga kesehatan keluarga. Antusiasme masyarakat terlihat dari partisipasi aktif dalam pembuatan kebun TOGA di pekarangan rumah serta komitmen mereka dalam merawat tanaman secara berkelanjutan.
Selain itu, program ini turut memperkuat nilai kearifan lokal dan pelestarian budaya pengobatan tradisional yang mulai tergerus oleh modernisasi.
Sinergi antara mahasiswa KKN, pemerintah daerah (melalui Dinas Pertanian), dan komunitas lokal menjadi faktor pendukung keberhasilan program.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan yang mendorong pemanfaatan TOGA sebagai bagian dari pengobatan berbasis masyarakat.
Dengan demikian, program TOGA dapat menjadi model edukasi kesehatan yang berkelanjutan dan relevan di tingkat desa.
Untuk mengoptimalkan program TOGA secara berkelanjutan, diperlukan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan lanjutan tentang pengolahan tanaman obat menjadi produk siap pakai (seperti jamu, minyak aromaterapi, atau obat herbal) serta sosialisasi mendalam mengenai dosis dan efek samping penggunaannya; penguatan kelembagaan dengan membentuk kelompok TOGA di tingkat nagari untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan berkolaborasi dengan puskesmas atau tenaga kesehatan lokal guna mengintegrasikan pengobatan tradisional dan modern; dukungan kebijakan dan infrastruktur dari pemerintah daerah berupa penyediaan bibit, lahan demonstrasi, insentif, serta integrasi materi TOGA ke kurikulum sekolah dasar; penelitian dan pengembangan lebih mendalam tentang efektivitas tanaman obat dan pendokumentasian sistematis pengetahuan tradisional; serta evaluasi berkelanjutan melalui monitoring jangka panjang dan penyusunan panduan praktis untuk memastikan program TOGA tidak hanya menjadi solusi kesehatan mandiri tetapi juga bagian dari pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. (2010). Panduan Pembuatan Pupuk Kompos. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Hadi, S. (2015). Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Pedoman Teknis Pengelolaan Sampah Organik. Jakarta: KLHK.Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. California: Sage Publications.Nafidina, A. J. (2024).
Sosialisasi Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos. BALAREA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 56–57.Rouf, M. A. et al. (2025).
Pelatihan Praktis Pembuatan Pupuk Kompos untuk Masyarakat Desa. Welfare: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 213–220.Suryani, E., & Utami, R. (2017). Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga sebagai Alternatif Penanganan Sampah.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 45–52.Wahyuni, D. (2020).
Peran Mahasiswa dalam Edukasi Lingkungan Melalui Program KKN.Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 5(2), 112–118. Renni. 2025. “Implementasi Program KKN Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Sebagai Strategi Peningkatan Kesehatan.” https://ijoed.org/index.php/ncsj/article/view/86.
0 Comments