Oleh : Igo Vandani Imran (2210952046), Winda Agusti (2310421013), Chintya Aulia Rizta (2310422015), Giska Vebri Anazen (2310423014)
Banjir bandang merupakan salah satu bencana alam yang dampaknya sangat merusak dan sering kali terjadi secara tiba-tiba. Kabupaten Sijunjung, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, menjadi salah satu wilayah yang cukup rentan terhadap bencana ini. Hal ini disebabkan oleh faktor geografis yang berbukit, curah hujan tinggi, serta adanya aktivitas deforestasi dan perubahan fungsi lahan di wilayah hulu sungai. Pada akhir tahun 2024, beberapa nagari di Sijunjung mengalami banjir bandang besar yang merusak infrastruktur, menghilangkan lahan pertanian, dan bahkan menelan korban jiwa.
Melihat kondisi tersebut, sekelompok mahasiswa dari Universitas Andalas melalui mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila melaksanakan sebuah proyek bertema "Mitigasi Banjir Bandang Berbasis Masyarakat". Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana melalui pendekatan partisipatif atau Community-Based Disaster Risk Reduction (CBDRR).
Dalam pelaksanaannya, tim melakukan serangkaian tahapan seperti observasi langsung ke lokasi terdampak, wawancara dengan masyarakat, diskusi kelompok terarah (FGD), serta kegiatan edukatif berupa penyuluhan dan simulasi tanggap darurat.
Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis masyarakat dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesadaran dan kapasitas warga dalam menghadapi risiko bencana. Masyarakat mulai aktif berpartisipasi dalam upaya mitigasi, seperti membentuk Kelompok Siaga Bencana (KSB), melakukan penanaman pohon di daerah rawan longsor, serta menciptakan sistem peringatan dini sederhana menggunakan alat tradisional.
Namun demikian, proyek ini juga menemui sejumlah tantangan, di antaranya adalah keterbatasan dana, kurangnya alat pendukung teknis, serta belum meratanya pelatihan dan penyuluhan ke seluruh wilayah. Meskipun begitu, secara umum, kegiatan ini memberikan kontribusi nyata dalam membentuk masyarakat yang lebih tangguh, peduli terhadap lingkungan, dan sadar akan pentingnya peran aktif dalam mitigasi bencana.
Makalah ini juga menekankan pentingnya integrasi antara nilai-nilai kewarganegaraan, seperti gotong royong, partisipasi demokratis, dan tanggung jawab sosial, ke dalam setiap aspek penanggulangan bencana. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi landasan penting dalam membentuk sikap dan perilaku warga yang tidak hanya memahami hak dan kewajiban mereka, tetapi juga peduli dan aktif dalam menjaga keselamatan bersama.
Dengan melihat hasil dari pelaksanaan proyek ini, diharapkan model mitigasi berbasis masyarakat seperti yang diterapkan di Sijunjung dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain yang menghadapi risiko bencana serupa. Pendekatan yang inklusif, kontekstual, dan berkelanjutan menjadi kunci utama dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana alam.
0 Comments