Ticker

6/recent/ticker-posts

Kehangatan Tradisi Manjalang Mintuo Jelang Ramadhan Di Minangkabau.

 


Oleh Rani Arjun Putri  Mahasiswa Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya


Menganut sistem matrilineal dalam kehidupan yang komunal seperti yang dianut oleh suku bangsa Minangkabau, menempatkan perkawinan sebagai persoalan dan urusan dalam kaum kerabat. Mulai dari mencari pasangan, membuat persetujuan, pertunangan, dan perkawinan, bahkan sampai kepada segala urusan akibat perkawinan itu semua sanak saudara kerabat jauh maupun kerabat dekat semuanya ikut terlibat. Perkawinan bukan hanya penyatuan sepasang insan yang hendak membentuk keluarga atau membentuk rumah tangganya saja. Dalam falsafah Minangkabau telah dinyatakan bahwa semua orang itu hidup bersama-sama, maka rumah tangga menjadi urusan bersama, sehingga masalah pribadi dalam hubungan suami-istri tidak terlepas dari masalah bersama.


Perkawinan dalam masyarakat Minangkabau bukan hanya sekedar ikatan antara seorang pria dan wanita yang ingin membentuk sebuah keluarga baru, tetapi juga merupakan peristiwa penting yang sarat akan nilai-nilai adat, sosial, serta budaya yang mendalam. Dalam adat dan tradisi Minangkabau semuanya diatur, termasuk perkawinan. Perkawinan di Minangkabau sangat diatur oleh adat matrilineal yang menjadi ciri khas masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu, perkawinan tidak hanya penyatuan dua individu saja, melainkan menghubungkan dua keluarga besar ( kaum laki-laki) dengan keluarga besar pihak ( kaum perempuan).


Proses perkawinan melibatkan serangkain upacara adat yang panjang dan rumit yang berbeda-beda di setiap nagari ( desa adat) namun tetap berakar pada prinsip yang sama. Upacara ini tidak hanya formalitas saja, tetapi juga merupakan wujud penghormatan terhadap leluhur, mempererat tali persaudaraan antar kaum, dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan berumah tangga yang tinggi dan bermatabat. Proses perkawinan di Minangkabau terbilang lama jika dibandingkan dengan proses pernikahan di negeri lain yang non Minangkabau. 

Prosesi perkawinan di adat Minangkabau terbilang lama, biasanya bisa mencapai tiga hari dengan serangkaian acara acara adat hingga resepsi.


Pesta besar yang seringkali disebut dengan “ _Baralek_ _Gadang_ ” merupakan puncak dari rangkaian prosesi perkawinan adat Minangkabau. Pesta besar ini bukan hanya perayaan kebahagian kedua mempelai saja, tetapi juga ajang unjuk kebesaran keluarga pihak perempuan dan memperlihatkan kekayaan budaya adat Minangkabau. Perkawinan di pandang sebagai tanggung jawab sosial yang besar bagi keluarga pihak perempuan. Mereka memiliki peran utama dalam mempersiapkan dan menyelenggarakan perkawinan tersebut.


Menurut alam pemikiran masyarakat Minangkabau, perkawinan yang paling ideal adalah perkawinan antara keluarga dekat, seperti perkawinan antara anak dan kemenakan. Perkawinan demikian lazim disebut sebagai pulang ke mamak atau pulang ke bako. Pulang ke mamak berarti mengawini anak mamak, sedangkan pulang ke bako ialah mengawini kemenakan ayah. Tingkat perkawinan ideal berikunya ialah ambiak-maambiak (ambil-mengambil). Artinya kakak beradik laki-laki dan perempuan A menikah secara bersilang dengan kakak beradik laki-laki dan perempuan B. Urutan selanjutnya adalah perkawinan orang sekorong, senagari, sekampung, seluhak, dan akhirnya sesama Minangkabau.


Tujuan perkawinan ambil mengambil ini selain untuk mempererat hubungan kekerabatan antarorang beripar-besan, juga untuk memudahkan memperoleh suami yang pantas bagi anak kemenakannya. Mencarikan suami untuk seorang gadis memang tidaklah mudah, lebih-lebih di wilayah yang memakai adat istiadat uang jemputan. Dengan sistem ambil-mengambil itu masalah uang jembutan atau masalah lainnya telah dapat diatasi. Akan tetapi banyakjuga pendapat yang bertolak dari takhyul yang mana bahwa salah satu dari pasangan itu tidak akan panjang usianya karena salah seorang akan mati muda. Namun hal ini belum dapat dipastikan kebenarannya.


Menjadi menantu orang Minang, sang mempelai wanita akan merasakan kebahagiaan yang tiada hentinya. Karena mertua Minang terkenal royal dan sayang pada menantu-menantunya. Setelah menikah masih banyak tradisi atau adat yang harus dijalani oleh sang pengantin baru. Mempelai wanita setelah menikah akan dibawa ke balai oleh sang mertua ( ibu dari mempelai laki-laki). Membawa ke balai ini ialah membawa sang menantu baru jalan-jalan ke Bukittinggi atau ke Padang, tujuanya yaitu untuk memerkan bahwa ia punya menantu baru. Mempelai wanita nanti nya juga akan di ajak ke pasar untuk memperkenalkan bahwa tugas utama bagi seorang istri itu dapur. Sang mertua akan memperkenalkan banyak hal yang ada di pasar itu kepada menantu barunya.


Setelah semua rangkaian adat dan tradisi tunai dilaksanakan, bagi pengantin baru wanita yang baru saja menikah dan usia pernikahannya tersebut belum terhitung satu tahun, maka bulan Ramadhan pertamanya sang pengantin baru wanita harus manjalang mintou. Manjalang mintou atau dikenal juga dengan melihat mertua merupakan tradisi penghormatan sang pangantin baru wanita kepada mertua nya. Yang mana moment tersebut moment pertama kali dalam hidupnya. Manjalang mintuo dilakukan selama tiga tahun awal pernikahan. Tradisi ini banyak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau khususnya yang tinggal dikota Pariaman. 


Manjalang mintuo dilakukan pada minggu pertama atau minggu kedua di bulan Ramadhan. Sang pengantin baru wanita bukan hanya sekedar datang ke rumah mertua, melainkan membawa keluarga besar nya juga seperti mamak dari sang pengantin wanita. Selain membawa keluarga besar, mempelai wanita tersebut juga membawa buah tangan seperti nasi lengkap dengan berbagai macam sambal lauk-pauknya, serta yang paling penting sekali membawa takjil. Takjil yang dibawa bukan takjil yang dijual pada zaman saat sekarang ini, melaikan takjil yang dibawa tersebut merupakan makanan tradisional Minangkabau, seperti lapek, ondeh-ondeh, godok pisang, onggol-onggol, serta makanan tradisional lainnya.


Karena sang menantu pertama kali nya _Manjalang_ atau pertama kalinya melihat sang mertua maka mertua dari pihak laki-laki juga akan memberikan sesuatu kepada menantu barunya tersebut di saat pamitan pulang nanti. Biasanya sang mertua akan memberikan emas atau ada juga mertua yang memberikan baju baru sesuai kemampuan finansial mertua nya masing-masing. Tapi kebanyakan mertua di Pariaman memberikan emas kepada menantu barunya karena itu merupakan moment pertama bagi menantunya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS