Ticker

6/recent/ticker-posts

Destinasi Wisata Masuk Nominasi Nasional Gubernur Sumbar Tak Perlu Minta Pada Menteri




Sumatera Barat.

Destinasi wisata masuk nominasi internasional biasanya melibatkan beberapa faktor, termasuk daya tarik unit, keberlanjutan, aksesibilitas dan fasilitas yang memadai. Destinasi wisata juga perlu menunjukkan komitmen pelestarian budaya dan lingkungan, serta adanya kolaborasi dengan pemangku kepentingan yang kuat dan lokal.


Hal ini diungkapkan oleh seorang journalist, Obral Chaniago mengamati tentang bagaimana destinasi wisata diminati pelancong wisatawan mancanegara/wisman, nasional dan lokal dari sejumlah Daerah Tujuan Wisata/DTW yang ada.


Menurut Obral Chaniago, destinasi wisata masuk nominasi internasional pada umumnya memiliki daya tarik yang unik, yang membedakan dari yang lain, seperti keunikan budaya, pemandangan alam, infrastruktur memadai, dan memiliki warisan budaya yang diakui dunia internasional, warisan budaya bersejarah, katanya.


"Keunikan budaya dapat meliputi, seni, tradisional, kerajinan tangan, atau kuliner lokal. Memiliki keunikan alam seperti pantai, gunung, dan juga kebun, punya daya tarik tersendiri. Destinasi harus menunjukan komitmen keberlanjutan pariwisata dan pelestarian lingkungan", ucapnya pada media ini.


Selain itu, katanya, "menawarkan kegiatan wisata yang menarik dan unik seperti traveling wisata alam, berselancar bagi wisata bahari, terbang gunung bagi wisata alam pegunungan yang dilengkapi dengan akses video drone terhubung langsung dengan fasilitas Media Sosial/Medsos yang dimiliki oleh pelancong Wisatawan Mancanegara/Wisman, nasional atau pun pelancong lokal", ungkapnya.


Lanjutnya, apa bila semua fasilitas memadai mulai dari pemandu, infrastruktur, fasilitas lapangan yang dibutuhkan pelancong serta kebersihan pembuangan kotoran pengunjung sesuai standarisasi kebersihan.


Selain itu sangat diperlukan kerjasama dengan travel agence sebagai pemandu dalam paket perjalanan wisata pada daerah tujuan wisata.


Menurutnya lagi, "selengkap apa pun fasilitas wisata yang dimiliki oleh destinasi tanpa bekerjasama dengan perusahaan travel agence wisata, baik travel agence lokal, nasional dan perusahaan travel agence wisata internasional, destinasi tersebut tak bakalan ada pengunjung", supportnya pada pihak berwenang dan terkait.


Dijelaskannya, namun pengusaha perusahaan travel agence lebih memilih mempromosikan paket perjalanan wisata pada daerah tujuan wisata yang mudah dijangkau oleh penerbangan cepat, akses transportasi darat, serta perhubungan laut, danau & sungai serta akses menuju wisata pegunungan & wisata kebun.


Kelengkapan infrastruktur transportasi darat bisa dijangkau dalam waktu cepat sangat menjamin perusahaan travel agence mau mempromosikan destinasi tersebut.


Pasalnya, travel agence lebih memilih untung ketimbang mempromosikan daerah tujuan wisata yang sulit dijangkau oleh kendala dengan kemacetan lalulintas di jalan raya. 


Maksudnya, apa bila daerah tujuan wisata tersebut terkendala dengan akses transportasi darat, justru perihal ini menjadi penghalang bagi pelaku usaha travel agence tidak memasukan destinasi tersebut dalam paket perjalanan wisata yang dipromosikan kepada calon pelancong.


Karena, prinsip dasar bagi pemandu bisnis usaha travel agence sangat jauh berbeda dengan teori pemerintah daerah setempat dalam perihal mempromosikan destinasi.


Pemerintah lebih cenderung mempromosikan destinasi melalui kelengkapan infrastruktur dasar, seperti akses jalan darat menuju destinasi, tetapi tidak melakukan pengkajian kendala seperti kemacetan jalan raya.


Sedangkan pelaku usaha travel agence biasanya memandu pelancong dengan paket perjalanan wisata yang tersusun rapi baik dari jadwal penerbangan, akomodasi darat dan laut.


Dengan sistim ini pelancong tak mau dirugikan oleh waktu, pada umumnya pelancong lebih memilih travel agence profesional. Sehingga mitra kerjasama travel agence mancanegara, nasional dan lokal mencatat mana daerah tujuan wisata yang mudah dijangkau tanpa kendala macet di jalan.



Pada umumnya, para pelancong asing yang masuk ke daerah tujuan wisata di Indonesia melalui pemandu perusahaan travel agence adalah pelancong klas ekonomi menengah keatas. 

Pelancong asing klas ekonomi menengah keatas ini merupakan orang-orang telah biasa dengan waktu sangat berharga. Jadi, tabiat macet di jalan raya menuju destinasi bukanlah pilihannya.


Apa bila berkaca kepada sejumlah destinasi yang ada di Sumbar belum lagi memenuhi standarisasi wisata internasional dalam versi percepatan waktu menuju destinasi. Tetapi sejumlah objek wisata yang ada, wisata warisan budaya, wisata alam Sumatera Barat jauh lebih bagus ketimbang daerah lain. Namun, akses perjalanan darat sangat terkendala, yang menyebabkan pengusaha travel agence tak memilih daerah tujuan wisata yang ada di Sumbar.


Namun demikian, masih ada solusi apa bila mau kerjasama dengan pihak pengusaha travel agence. Salah satu teorinya adalah disaat adanya paket perjalanan wisata oleh pengusaha travel agence mesti semua moda transportasi darat ditutup, dan moda transportasi umum dilakukan sistim One Way, atau pun moda transportasi darat ini dialihkan ke akses jalan alternatif. Dengan demikian, paket perjalanan wisata bisa lancar.


Tetapi, teori demikian sebagai syarat masuk destinasi wisata bisa masuk nominasi wisata internasional. Karena perihal ini merugikan pihak lain seperti moda transportasi umum kehilangan haknya, imbuh Obral Chaniago meramalkan perihal ini yang seyogianya demikian.


"Sebenarnya, destinasi wisata yang ada di Sumatera Barat tak perlu 'minta-minta' masuk dalam daftar nominasi wisata nasional pada Menteri Pariwisata. Destinasi wisata masuk nominasi nasional, Gubernur Sumbar tak perlu 'minta' pada menteri. 

Yang diperlukan adalah, benahi sistim moda transportasi darat menuju daerah tujuan wisata yang ada di Sumatera Barat.

Dengan demikian, pengusaha travel agence wisata mancanegara & nasional memilih sendiri paket perjalanan wisata untuk Sumatera Barat", pungkas Obral Chaniago, menginspirasi.(*).

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS