Ticker

6/recent/ticker-posts

Musik Sebagai Daya Tarik Kesadaran Politik Gen z: Suara Hindia, .Feast, Dan lomba Sihir di Tengah Dinamika Politik Indonesia


NAMA : NAFISAH PUTRI ANSHARULLAH PRODI ILMU POLITIK, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS ANDALAS KOTA PADANG


Musik sebagai Daya Tarik Kesadaran Politik Gen Z: Suara, Hindia, .Feast, dan Lomba Sihir Di Tengah Dinamika Politik Indonesia Pada zaman yang penuh dengan teknologi seperti saat sekarang ini, musik bukan lagi sekedar media hiburan. Bagi generasi muda, terutama Gen Z musik telah berkembang menjadi media refleksi, kritik, dan bahkan perlawanan terhadap berbagai isu sosial dan politik. Ditengah krisisnya kesadaran politik Indonesia, dipengaruhi oleh platform media tiktok, instagram dan twitter grup musik Hindia, .Feast, dan Lomba Sihir menjadi sorotan bagi netizen negara ini. Hal ini dikarenakan lagu – lagu yang dibawakan oleh grup musik ini memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran politik generasi ini. Melalui lirik – lirik yang tajam dan penuh makna, mereka berhasil menarik perhatian, pemikiran dan perasaan anak muda terhadap realitas sosial yang ada di lingkungan ini. Grup band yang bernama .Feast lagu – lagunya menjadi salah satu ikonik bagi mahasiswa saat melakukan demo untuk menyampaikan aspirasi dan menggunakan hak suara mereka. Dikenal dengan lagu – lagu yang bernuansa kritik sosial yang keras. Lagu seperti ”Peradaban” yang diliris 13 Juli 2018 ini mengangkat banyak isu seperti kemunafikan sosial, penyalahgunaan kekuasaan, dan kegelisahan kolektif yang dimana liriknya menyebutkan ”Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri, Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri, Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari, Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati” (.Feast, Peradaban). Lirik ini dimaknai sebagai suatu permohonan doa untuk diri sendiri bahwa suatu saat negara ini akan mencapai titik keamanan serta kedamaian yang tinggi tanpa ancaman kriminalisasi. Lirik – lirik mereka tidak ragu menyinggung topik – topik sensitif yang jarang dibahas secara terbuka di platform media utama. Selain itu, lagu yang berjudul ”Politrik” juga menjadi sorotan publik di tahun lalu yang dirilis pada 14 Juni 2024, dengan liriknya “Hari ini kau belanja topik, cari-cari debat paling berisik” (.Feast, Politrik). Lirik ini menggambarkan polirik menjadi ajang ”belanja topik”, dimana fokusnya pada apa yang dapat dijual sebagai daya tarik masyarakat atau rating media bukan pada kebenaran atau solusi bagi permasalahan politik tersebut. Sementara ini solo band yang divokalisi oleh Baskara Putra dengan band Hindia sukses menjadi salah satu solo band yang sangat terkenal dikalangan Gen Z. Beberapa lagunya pun tak kalah menjadi sorotan bagi mahasiswa – mahasiswa untuk menyuarakan keresahannya terkait sistem sosial dan politik serta ekonomi yang tidak adil. Seperti lagu yang berjudul ”Secukupnya ” yang dirilis pada 3 Mei 2019 dengan penggalan lirik yaitu ” Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang (renggang), Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang di esok hari, Tubuh yang berpatah hati bergantung pada gaji, Berlomba jadi asri mengais validasi” (Hindia, Secukupnya). Lagu ini menceritakan keresahan masyarakat terkait rendahnya ekonomi bangsa ini, banyak pekerjaan yang tidak sebanding dengan harga gaji yang diperolehnya. Lagu berjudul ”Untuk Apa/Untuk Apa?” yang dirilis pada tahun 2019. Walaupun telah rilis lima tahun silam, berkat platform media sosial sepeti tiktok lagu ini masih hits hingga sekarang, bahkan penggemarnya menjadi ke lebih banyak. Dengan penggalan liriknya yaitu ”Mengejar mimpi sampai tak punya rasa, Mengejar mimpi sampai lupa keluarga, Mengejar mimpi lupa dunia nyata, Mengejar mimpi tapi tidak bersama” memiliki makna yang cukup menyentuh dan realistis bagi masyarakat Indonesia, dimana lirik ini menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang bekerja hingga larut malam menjadi tak kenal waktu, tak kenal lelah, dengan keadaan apapun tetap melakukan pekerjaannya. Lagu ini menjadi alarm bagi masyarakat bahwa dalam mengejar kesuksesan materi sering membuat kita melupakan apa yang lebih penting dan berharga, tuntutan dan pengakuan sosial sering menjadi perlombaan bagi masyarakat untuk melupakan hal – hal sederhana yang ada di sekitarnya sehingga sering kali membuat mereka merasa tertekan akan hal tersebut. Hindia menyampaikan politik keseharian lingkungan masyarakat dimana salah satu lagu yang terkait yaitu ”Membasuh”, dirilis pada 17 Juli 2019 hasil kolaborasi dengan Rara Sekar, cukup dilirik bagi masyarakat Indonesia dengan nada alunan musik yang menangkantapi menyiratkan kritik sosial dengan halus. Kutipan lirik yaitu ”Bisakah kita tetap memberi, Walau tak suci?, Bisakah terus mengobati, Walau membiru?, Cukup besar 'tuk mengampuni, 'Tuk mengasihi, Tanpa memperhitungkan masa yang lalu, Walau kering, Bisakah kita tetap membasuh?, Membasuh” dengan nada alunan musik yang sangat menyentuh hati pendengar lagu ini berbicara tentang luka, pengampunan, dan penyembuhan tetapi juga menyinggung isu sosial masyarakat terkait pentingnya empati simpati dalam kehidupan sebagai makhluk sosial tanpa mudah menghakami orang lain yang bahkan kita sendiri terkadang tidak tau seluk beluk akar permasalahan orang tersebut. Lagu ini berpesan untuk bermusyawarah, berdialog dan audiensi menjadi cara kita untuk saling mengungkapkan pendapat tanpa adanya unsur pertengkaran dan kekerasan yang terjadi. Lain halnya dengan kedua band yang di vokalisi oleh Baskara Putra tersebut, band ketiga nya yang bernama Lomba Sihir ini memiliki vokalis lain bernama Natasha Udu lebih mengkemas lagu – lagu mereka dengan pembawaan yang santai dan enjoy, tapi tetap bermakna dalam menyuarakan kebebasan termasuk kebebasan berpendapat dan identitas, serta mengekplorasikan jati diri namun tetap pada bagian kesadaran politik. Salah satu lagu yang mencolok pada band ini berjudul ”Hati dan Paru – Paru” yang dirilis pada tahun 2021 dengan potongan lirik ”Kota memburu anak yang lugu, Jadilah licik seperti hantu, Sedikit senyum palsu, Bawa luaran baru, Tertawalah walau tak lucu, Kenakan sepatu terbaikmu”. Lagu ini menyiratkan keresahan terhadap sistem – sistem pemerintahan yang cukup mencekik masyarakat dibentuk oleh struktur kekuasaan. Kekuasaan dinasti telah menjadi tradisi turun temurun di negara ini. Lagu yang berjudul ”Nirlaba” dirilis pada tahun 2017 dengan penggalan lirik ”Internet ekonomi, Salah kami lagi, Istana bencana, Salah kami lagi, Orang hilang peluang, Salah kami lagi, Tak peduli tak peduli, Aku tak peduli”. Lagu ini menceritakan kekesalan Gen Z yang sering jadi sasaran empuk pemerintah yang dituduh menjadi penyebab kondisi politik dan ekonomi yang berantakan saat ini. Kebijakan – kebijakan banyak menguntungkan diri mereka sendiri beserta kerabatnya. Namum rakyat akan tetap menanggung segala akibatnya. Dalam politik Indonesia, ketiga band diatas cukup besar mempengaruhi masyarakat apalagi Gen Z untuk menghidupkan kembali kesadaran politik, keberanian untuk menggunakan hak bersuara dan menyuarakan. Musik menjadi salah satu cara untuk menyampaikan hak tersebut, dengan teknologi yang semakin meluas, canggih dan berkembang pesat hingga saat ini menjadi alat untuk memahami dan merespons kondisi sosial di sekitar kita. Lirik – lirik yang dinyanyikan oleh Hindia, .Feast, dan Lomba Sihir ini akan terus menjadi pengiring aktivitas sehari – hari serta menjadi dorongan untuk kesadaran, keberanian dan aksi. Mereka mengajak kita untuk berpikir dan bertindak sehingga dapat menggerakkan perubahan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS