Ticker

6/recent/ticker-posts

NATURALISASI: KEJAYAAN ATAU PERAMPASAN?

 

Oleh : Rafi Eldirwan, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas


Timnas Indonesia dipastikan lolos ke ronde 4 pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia setelah kemenangan Arab Saudi atas Bahrain pada Kamis, 5 Juni 2025 lalu. Dengan itu, Bahrain tidak bisa lagi mengejar poin Timnas Indonesia pada klasemen sementara Grup C. Sebelumnya, Timnas Indonesia berhasil mengalahkan Timnas Republik Rakyat Cina (RRC) dengan skor tipis 1-0. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, itu membuat Indonesia berhasil mengantongi 12 poin, unggul 6 poin dari Bahrain yang ada pada posisi kelima.

 

ERICK THOHIR ADALAH INISIATOR TERBESAR

Pada Februari 2023, Erick Thohir mengambil alih jabatan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Hal ini yang menjadi titik awal kebangkitan Timnas Indonesia di kancah internasional yang dibuktikan dengan beberapa prestasi yang telah diperoleh Timnas Indonesia. Salah satu program yang diunggulkan Erick Thohir selama menjabat adalah penguatan pada naturalisasi pemain keturunan. Hal ini dilakukan demi merebut kembali tiket menuju kompetisi piala dunia yang akan dilaksanakan pada tahun 2026 nanti. Hingga saat ini, skuad Garuda telah diisi oleh 19 pemain keturunan yang telah naturalisasi berdasarkan undang-undang. Di era kepemimpinan Menteri BUMN tersebut, PSSI lebih selektif dalam memilih pemain keturunan, yakni sang pemain harus memiliki keturunan maksimal pada kakek dan neneknya.

Pada dasarnya, naturalisasi dilakukan sebagai sarana percepatan peningkatan level sepak bola yang ada di Indonesia. Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali mengatakan bahwa naturalisasi adalah program jangka pendek yang memberikan dampak positif bagi Timnas Indonesia. Dampak positif tersebut terlihat dari peningkatan peringkat FIFA yang cukup singnifikan, yaitu yang sebelumnya berada pada peringkat 149, kini menjadi peringkat 120 besar.

 

NATURALISASI ADALAH PERAMPASAN HAK

Indonesia merupakan salah satu negara dengan peminat sepak bola terbanyak di dunia. Hal tersebut terlihat dari banyaknya akademi-akademi yang menjadi wadah bagi anak-anak untuk mengembangkan minat mereka terhadap sepak bola. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak kekurangan pemain lokal. Meskipun kualitasnya tidak sebanding dengan pemain naturalisasi yang telah lama hidup di eropa, mereka juga memiliki hak untuk membela Indonesia dalam ajang sepak bola. Sebagai contoh, cukup banyak pemain lokal yang dipanggil ke dalam skuad asuhan Patrick Kluivert, seperti Rizki Ridho, Egy Maulana Vikri, Marselino Ferdinan, dan masih banyak lagi. Hal itu membuktikan bahwa pemain lokal pribumi bisa saja bersaing dengan pemain naturalisasi, selama pemain tersebut dibina secara khusus dan intensif untuk menjadi pesepak bola profesional.

Dalam kasus ini, naturalisasi adalah suatu alat perampasan hak anak-anak bangsa, yang sebenarnya mereka lebih berhak untuk membela Indonesia. Hal ini diatur dalam perundang-undangan tentang hak dan kewajiban, yaitu UUD 1945 Pasal 26 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa, warga negara adalah orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Benar disitu disebutkan bahwa pemain naturalisasi juga termasuk warga negara. Namun, apabila mereka selalu diunggulkan dibandingkan orang-orang bangsa Indonesia asli, maka hak anak-anak bangsa telah hilang harganya karena dirampas oleh orang-orang yang baru menyandang status sebagai warga negara.

KETERGANTUNGAN TERHADAP NATURALISASI

Naturalisasi adalah program jangka pendek yang belum tentu akan menjamin kualitas skuad Garuda kedepannya. Seiring berjalannya waktu, pemain naturalisasi yang ada saat ini, akan menurun kualitasnya karena faktor usia. Untuk kedepannya apakah Indonesia akan menjadi negara yang bergantung pada naturalisasi, yang hal ini tidak selamanya baik bagi sepak bola di Indonesia? Padahal, Indonesia bisa saja melakukan pembinaan secara intensif terhadap bakat-bakat yang ada pada pemain lokal, yang nantinya bisa menyaingi pemain-pemain naturalisasi. Pembinaan usia muda juga merupakan salah satu upaya jangka panjang bagi Indonesia. Indonesia juga bisa mencontoh negara-negara yang baik dalam pembinaan bakat pemain lokalnya, seperti negara Spanyol dan Jepang, yang sampai saat ini tidak pernah absen pada ajang Piala Dunia.

HARUS DIIMBANGI DENGAN PEMBINAAN PEMAIN LOKAL

 

Naturalisasi adalah program yang bisa menaikkan level Timnas Indonesia di mata dunia. Selain dampak positif tersebut, dampak negatifnya adalah naturalisasi merampas hak-hak anak bangsa yang ingin ikut berpartisipasi sebagai pemain Timnas Indonesia. Mereka juga memiliki hak untuk membela negara Indonesia dalam dunia sepak bola. Naturalisasi menjadi baik, selama diimbangi dengan pembinaan intensif terhadap pemain lokal. Naturalisasi juga bisa dijadikan wadah penyemangat dan juga transfer ilmu pemain-pemain lokal. Naturalisasi adalah jangka pendek, dengan melakukan pembinaan usia muda yang lebih intensif, Indonesia bisa menciptakan program jangka panjang yang bisa mempertahankan Indonesia untuk terus muncul di mata dunia.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS