Oleh :OLIVIA INDAH PERMATA NIM2410531013 PRODI : S1 AKUNTANSI MATKUL : BAHASA INDONESIA (ARTIKEL)
Inflasi yaitu kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode waktu, adalah fenomena ekonomi yang memiliki dampak luas terhadap kehidupan masyarakat. Ketika inflasi tidak terkendali, pengaruhnya tidak hanya dirasakan pada aspek ekonomi makro, tetapi juga langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas dampak inflasi secara mendalam dengan menggunakan fakta, data, dan analisis untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tantangan yang dihadapi.
1. Penurunan Daya Beli
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,51%, angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti beras, yang naik lebih dari 10% dalam setahun terakhir, menjadi bukti konkret penurunan daya beli masyarakat. Bagi rumah tangga dengan pendapatan tetap, terutama di kelas menengah ke bawah, kenaikan harga ini mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang pekerja dengan upah minimum regional (UMR) kini harus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk bahan makanan, meninggalkan sedikit ruang untuk tabungan atau pengeluaran lain.
2. Ketidakstabilan Ekonomi
Inflasi yang tinggi menciptakan ketidakpastian dalam perekonomian. Konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam pengeluaran, sementara perusahaan menghadapi biaya produksi yang meningkat. Hal ini terlihat pada sektor manufaktur, di mana kenaikan harga bahan baku mengurangi margin keuntungan perusahaan.Menurut laporan Bank Indonesia, investasi swasta juga mengalami penurunan sebesar 2,3% pada kuartal kedua tahun 2022. Ketidakpastian ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, menciptakan spiral negatif yang sulit dihentikan.
3. Beban pada Tabungan dan Pendapatan Tetap
Inflasi menggerogoti nilai riil uang. Sebagai ilustrasi, jika tingkat inflasi mencapai 6%, maka uang Rp100.000 hanya memiliki daya beli setara dengan Rp94.000 dalam waktu satu tahun. Fakta ini sangat berdampak pada pensiunan atau pekerja dengan pendapatan tetap yang tidak mengalami penyesuaian sesuai inflasi.Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lebih dari 60% masyarakat Indonesia masih menyimpan kekayaan dalam bentuk tabungan tunai, yang berarti mereka sangat rentan terhadap dampak inflasi.
4. Kenaikan Biaya Pinjaman
Langkah yang sering diambil oleh bank sentral untuk menekan inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga. Pada tahun 2022, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin untuk meredam inflasi. Namun, kenaikan ini berdampak pada biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi masyarakat. Misalnya, kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi lebih mahal, sehingga menurunkan kemampuan masyarakat untuk membeli properti. Ini juga berdampak negatif pada sektor konstruksi yang menyumbang kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
5. Tekanan pada Kesejahteraan Sosial
Kesenjangan sosial semakin melebar akibat inflasi. Data menunjukkan bahwa kelompok masyarakat kaya cenderung memiliki aset seperti properti dan saham yang nilainya meningkat seiring inflasi. Sebaliknya, kelompok miskin yang mengandalkan pendapatan bulanan tanpa aset tidak memiliki perlindungan terhadap kenaikan harga. Laporan dari Oxfam Indonesia mencatat bahwa 1% orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan lebih banyak dibandingkan 50% populasi terbawah. Inflasi yang tidak terkendali hanya memperburuk kesenjangan ini, meningkatkan risiko keresahan sosial.
Apa Penyebab Inflasi yang Tak Terkendali?
Inflasi yang tak terkendali dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Inflasi tak terkendali sering disebut sebagai hyperinflation atau inflasi tinggi, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya :
1. Peningkatan Permintaan yang Berlebihan
Ketika permintaan barang dan jasa melebihi kemampuan produksi, harga cenderung meningkat.
2. Kenaikan Biaya Produksi
Harga bahan baku atau energi yang naik secara tajam dapat menyebabkan biaya produksi meningkat, yang pada akhirnya mendorong harga barang jadi lebih mahal.
3. Kebijakan Moneter yang Tidak Tepat
Pencetakan uang yang berlebihan oleh pemerintah tanpa dukungan ekonomi riil dapat menyebabkan nilai mata uang turun drastis.
4. Ketidakstabilan Politik dan Ekonomi
Ketidakpastian politik atau krisis ekonomi dapat mengurangi kepercayaan terhadap mata uang, memperburuk inflasi.
Berikut ada berbagai langkah dapat diambil untuk mengurangi dampak inflasi:
1. Pengelolaan Keuangan Pribadi
Diversifikasi aset ke instrumen seperti emas, properti, atau reksa dana pasar uang yang lebih tahan terhadap inflasi. Membuat anggaran ketat untuk memprioritaskan kebutuhan utama dan menekan pengeluaran tidak penting.
2. Kebijakan Pemerintah
Subsidi kebutuhan pokok untuk meringankan beban masyarakat miskin. Meningkatkan cadangan devisa untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
3. Penguatan Sektor Produksi
Meningkatkan efisiensi dan inovasi dalam produksi barang dan jasa untuk mengurangi biaya produksi. Mempercepat pembangunan infrastruktur guna mendukung distribusi barang yang lebih efisien.
4. Kolaborasi dengan Swasta
Mendorong sektor swasta untuk berinvestasi di bidang agrikultur dan manufaktur, yang dapat meningkatkan pasokan barang kebutuhan pokok.
Inflasi yang tak terkendali memiliki dampak multidimensional terhadap kehidupan sehari-hari, mulai dari menurunnya daya beli hingga meningkatnya kesenjangan sosial. Namun, dengan kombinasi kebijakan yang tepat dari pemerintah dan langkah adaptif dari masyarakat, dampak inflasi dapat diminimalkan. Penting bagi semua pihak untuk bersinergi dalam menghadapi tantangan ini demi memastikan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.
0 Comments