DIBUAT OLEH ABDEL AJIS, MAHASISWA ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, adalah generasi yang sangat dekat dengan teknologi. Gen Z tumbuh di tengah perkembangan pesat dunia digital, dengan informasi yang bisa diakses dengan mudah dan cepat melalui internet dan media sosial. Semua hal ini membuat mereka sangat terhubung dengan dunia luar, bahkan dalam hitungan detik. Meskipun akses informasi begitu luas, Generasi Z menghadapi tantangan besar, yaitu mempertahankan integritas pribadi di tengah arus informasi yang begitu cepat. Meskipun media sosial memberikan banyak peluang untuk mengekspresikan diri dan berbagi pendapat. Hal ini juga membuka celah bagi penyebaran informasi yang salah atau bahkan tekanan dari lingkungan sosial yang ada di dunia maya. Banyak dari mereka yang merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, sehingga kehilangan jati diri sejati. Teknologi membawa banyak manfaat bagi Generasi Z, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga memberikan tantangan yang besar. Sebagai sesorang yang tumbuh di era digital, saya merasakan langsung dampak dari pesatnya perkembangan teknologi ini. Ada beberapa masalah besar yang muncul, meskipun teknologi menawarkan berbagai keuntungan. Kemudahan dalam mengakses informasi menjadi salah satu keuntungan terbesar, namun hal ini juga membuka peluang bagi penyebaran berita palsu. Di media sosial dan situs situs berita, kita bisa dengan mudah menemukan berbagai jenis informasi, namun tidak semuanya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini dapat sangat memengaruhi cara berpikir dan perilaku kita. Banyak berita palsu yang bisa memengaruhi keputusan, pandangan politik, bahkan cara kita berinteraksi dengan orang lain. Generasi Z yang selalu terhubung dengan internet berisiko terjebak dalam arus informasi yang tidak jelas asal usulnya, yang pada akhirnya bisa membuat kita kehilangan arah dan kebingungan. Ada juga tekanan besar yang datang dari media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter sering kali menampilkan kehidupan yang terlihat sempurna, dengan standar kecantikan, keberhasilan, dan kebahagiaan yang tampaknya harus dipenuhi. Ini menciptakan tekanan untuk selalu tampil sesuai dengan ekspektasi orang lain. Banyak dari kita, terutama di kalangan mahasiswa, merasa perlu untuk memamerkan sisi terbaik dari diri kita, bahkan jika itu berarti menyembunyikan kenyataan atau berpura-pura. Hal ini mengarah pada masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, karena kita merasa tidak cukup baik jika tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh dunia maya. Selain itu, ada juga masalah terkait dengan anonimitas di dunia maya. Kebebasan berbicara yang ditawarkan oleh internet memang memberi ruang bagi setiap orang untuk mengungkapkan pendapat mereka. Tapi kebebasan ini sering kali disalahgunakan. Banyak orang merasa bahwa mereka bisa berbicara tanpa harus bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan. Akibatnya, banyak opini atau informasi yang disebarkan tanpa adanya kepastian, yang bisa merusak integritas dan kejujuran. Anonimitas ini juga sering kali menumbuhkan kebencian dan pelecehan di dunia maya, yang menambah dampak negatif dari penggunaan teknologi. Influencer juga menjadi sosok yang sangat berpengaruh di kalangan Generasi Z. Banyak dari kita, terutama mahasiswa, yang mengikuti kehidupan dan pandangan mereka karena pengaruh besar yang dimiliki oleh para influencer ini. Namun, ada dampak yang perlu kita waspadai. Tidak semua perilaku atau pandangan yang mereka tunjukkan mencerminkan nilai-nilai yang sehat atau sesuai dengan integritas pribadi yang kita miliki. Banyak influencer yang menampilkan gaya hidup yang sangat mewah, standar kecantikan yang tak realistis, atau pandangan yang bisa memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Contohnya beberapa influencer sering kali mempromosikan produk atau gaya hidup tertentu tanpa memperhitungkan dampaknya bagi kesehatan mental atau sosial kita. Ini bisa membuat kita merasa tertekan untuk meniru mereka, bahkan ketika itu tidak sejalan dengan nilai atau tujuan pribadi kita. Kita hidup di dunia yang sangat terhubung, di mana informasi dapat tersebar dengan cepat dan mudah. Namun, di tengah kemudahan ini, kita juga dihadapkan pada banyak godaan untuk kehilangan integritas kita. Pendidikan etika digital perlu dilakukan untuk membantu Generasi Z menjaga integritas. Tujuannya untuk memberikan edukasi tentang bagaimana kita bisa berinteraksi dengan sehat di media sosial. Kita sering kali terpapar berbagai informasi yang bisa saja menyesatkan atau bahkan berbahaya. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk lebih bijak dalam memilah mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Literasi media yang baik akan membantu kita memilih informasi yang datang, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam berita palsu atau konten yang tidak sesuai dengan nilai moral yang kita anut. Etika digital juga mengajarkan kita untuk tetap berperilaku baik di dunia maya. Etika digital dapat memberikan edukasi tentang bagaimana kita berbicara dengan orang lain, bagaimana kita menunjukkan sikap yang positif dan saling menghormati di platform sosial, serta bagaimana kita tetap menjaga integritas pribadi meskipun banyak tekanan dari lingkungan sekitar. Media sosial sering kali menjadi tempat di mana orang merasa bebas untuk mengungkapkan pendapat tanpa berpikir panjang. Hal ini dapat berisiko menurunkan kualitas interaksi yang kita miliki. Penting bagi kita untuk tetap menjaga sikap sopan santun dan kejujuran dalam berkomunikasi di dunia maya. Peran orang tua dan guru juga sangat penting dalam menumbuhkan integritas ini. Para anak muda sering kali belajar tidak hanya dari buku, tetapi juga dari pengalaman hidup sehari-hari. Orang tua dan guru harus menjadi teladan dalam hal kejujuran, tanggung jawab, dan integritas, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya. Mereka harus bisa mengajarkan kita pentingnya menjaga prinsip moral, meskipun di dunia digital yang sering kali penuh dengan hal hal buruk. Dengan adanya pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan guru, kita dapat lebih mudah menavigasi dunia maya dengan bijak dan tidak terjebak dalam perilaku yang dapat merusak integritas diri kita. Sebagai generasi muda, kita harus terus berusaha untuk menjaga integritas di tengah arus deras informasi dan media sosial yang kita hadapi setiap hari. Kita harus bijak dalam memilih apa yang kita lihat, dengar, dan lakukan di dunia maya. Integritas bukan hanya tentang kejujuran di dunia nyata, tetapi juga tentang bagaimana kita tetap setia pada nilai moral kita meskipun berada di dunia digital yang penuh tantangan.
0 Comments