Oleh : Melati Ramadhani, Biologi Universitas Andalas
Pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan adalah dua kebutuhan penting yang sering kali berlawanan arah. Di satu sisi, pembangunan ekonomi dianggap sebagai jalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan. Di sisi lain, eksploitasi sumber daya alam tanpa batas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kerap merusak lingkungan, menghancurkan keanekaragaman hayati, dan mengancam ekosistem yang menopang kehidupan.
Keseimbangan antara ekonomi dan konservasi bukanlah sekadar idealisme. Ekosistem yang sehat juga menawarkan layanan ekosistem, seperti air bersih, udara segar, dan regulasi iklim ke seluruh biosfir planets. Beberapa aktivitas ekonomi, terutama sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata, tidak dapat beroperasi tanpa layanan ini. Sebagai contoh, hutan mangrove di Indonesia, yang mencakup sekitar 23% dari total mangrove dunia, bukan hanya menjadi habitat bagi banyak spesies, tetapi juga melindungi pantai dari abrasi dan bencana banjir serta menyimpan karbon dalam jumlah besar. Kehancuran ekosistem seperti ini akan mengakibatkan kerugian besar, baik secara ekologis maupun ekonomis.
Pembangunan yang tidak berkelanjutan telah menimbulkan dampak signifikan terhadap lingkungan. Beberapa contoh kasus di Indonesia menunjukkan bagaimana eksploitasi sumber daya untuk pertumbuhan ekonomi dapat merusak keanekaragaman hayati seperti deforestasi yang merupakan kegiatan pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, atau permukiman yang menyebabkan hilangnya habitat bagi spesies kunci seperti orangutan dan harimau Sumatera. Menurut data WWF (World Wide Fund for Nature), lebih dari 74 juta hektar hutan di Indonesia telah hilang sejak 1990.
Meskipun sering bertentangan, pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan sebenarnya dapat saling melengkapi jika dirancang dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantarnya yaitu dengan melakukan pendekatan ekonomi hijau yang menekankan pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan. Ekonomi hijau berfokus pada integrasi antara keberlanjutan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi, dengan mempromosikan cara-cara yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkeadilan dalam pengelolaan sumber daya. Investasi dalam energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, bukan hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Di Indonesia, program pembangkit listrik berbasis energi terbarukan telah menciptakan ribuan pekerjaan di sektor teknologi hijau.
Cara lainnya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan ekowisata. Mengembangkan ekowisata adalah salah satu cara efektif untuk mendukung upaya biokonservasi dengan memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan, melindungi keanekaragaman hayati, dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal. Ekowisata biasanya berpusat pada kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati unik, seperti taman nasional, hutan lindung, atau laut yang kaya terumbu karang. Contoh pengembangan ekowisata yaitu Raja Ampat di Papua telah dijadikan destinasi ekowisata dengan aturan ketat untuk melindungi ekosistem lautnya yang kaya akan keanekaragaman hayati. Dengan pengelolaan yang tepat, ekowisata tidak hanya dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam biokonservasi, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat lokal dan melindungi kekayaan alam untuk generasi mendatang.
Meskipun pendekatan dengan melakukan ekonomi hijau dan pengembangan ekowisata dapat menjanjikan dalam mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan, namum ada sejumlah hambatan besar yang perlu diatasi seperti konflik kepentingan, yang mana korporasi besar yang mengejar keuntungan sering kali memiliki kepentingan yang bertentangan dengan pelestarian lingkungan. Tanpa regulasi yang kuat, mereka cenderung memilih praktik eksploitasi yang merusak ekosistem. Hambatan lainnya juga datang dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap praktik-praktik yang merusak lingkungan. Lalu Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, penegakan hukum lingkungan masih lemah. Berbagai pelanggaran, seperti perambahan hutan, perburuan liar, dan perikanan ilegal, sering kali tidak direspons dengan sanksi yang memadai. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk korupsi, kurangnya sumber daya, dan lemahnya koordinasi antarlembaga.
Beberapa langkah konkret harus diambil untuk mengatasi berbagai hambatan yang mencegah pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan berjalan beriringan. Pertama, regulasi yang lebih tegas diperlukan. Pemerintah harus memperkuat dan menegakkan hukum yang mengatur perlindungan lingkungan secara lebih serius, termasuk larangan terhadap perambahan hutan ilegal, perburuan liar, dan praktik perikanan destruktif. Regulasi ini harus disertai dengan sanksi yang ketat yang membuat pelaku kejahatan cemas akan konsekuensinya. Selain itu, perlu ada transparansi dalam proses pemberian izin usaha yang melibatkan eksploitasi sumber daya alam, sehingga praktik korupsi yang sering kali menjadi akar masalah dapat diminimalisas.
Sementara itu, inovasi teknologi juga bisa menjadi kunci khusus lainnya dalam penyelesaian masalah-masalah lingkungan yang kompleks. Teknologi modern seperti artificial intelligence dan remote sensing, misalnya, dapat membantu menawarkan solusi praktis untuk masalah monitor ekosistem real-time. Contoh khas dari ini adalah drone yang digunakan untuk memantau endemika perubahan tutupan hutan, dan sensor bawah laut yang dapat mendeteksi perikanan ilegal. Dengan inovasi ini, usaha pencegahan kerusakan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Selain itu, data yang dihasilkan oleh teknologi ini dapat menjadi dasar bagi kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy), sehingga langkah-langkah konservasi menjadi lebih terarah dan efektif.
Terakhir, pendidikan dan kesadaran publik memainkan peran yang tidak kalah penting. Kampanye edukasi secara masif perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Dengan meningkatnya kesadaran, masyarakat akan lebih proaktif dalam menjaga ekosistem, mendukung kebijakan hijau, dan bahkan mengubah pola konsumsi mereka menjadi lebih ramah lingkungan. Selain itu, pendidikan lingkungan sejak usia dini dapat membentuk generasi yang lebih peduli terhadap isu-isu keberlanjutan di masa depan. Melalui kombinasi langkah-langkah inilah, hambatan dalam mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan konservasi lingkungan dapat diminimalkan.
Kompromi antara pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan bukanlah tugas yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil. Dengan melakukan pendekatan yang terintegrasi, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, dan penggunaan teknologi modern, kita dapat menciptakan masa depan di mana pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi berkorelasi satu sama lain.
Keanekaragaman hayati bukan hanya aset lingkungan, tetapi juga aset ekonomi yang bernilai tinggi. Melindunginya berarti melindungi fondasi dari semua aktivitas manusia di masa depan. Mencapai keseimbangan ini tidak hanya menjadi tantangan bagi generasi kita, tetapi juga merupakan warisan yang akan kita tinggalkan untuk generasi mendatang.
0 Comments