Ticker

6/recent/ticker-posts

Bayangan Gelap Mikroplastik di Balik Keindahan Alam

 


Oleh Sabrina Candra Ningrum Universitas Andalas 


   Di era modern sekarang ini, isu permasalahan global semakin meningkat setiap tahun. Keindahan alam yang menyelimuti bumi, dari pesona pantai yang membentang luas hingga hutan yang hijau rimbun, kini terancam oleh bayangan gelap yang tidak tampak dengan mata telanjang. Bayangan itu bukanlah awan gelap atau kabut tebal, melainkan sampah yang mengendap dalam bentuk mikroplastik, yang secara perlahan dapat mencemari setiap sudut alam yang kita kenal. 

    Mikroplastik adalah partikel plastik yang sangat kecil, biasanya berukuran kurang dari 5 milimeter (mm), tersebar secara luas di lingkungan karena aktivitas manusia. Mikroplastik dapat terbentuk dari pemecahan sampah plastik besar di lautan dan lingkungan. Sifat mikroplastik sangat tahan lama dan tidak bisa terurai oleh mikroorganisme alami, sehingga dapat mencemari lingkungan dalam waktu yang sangat lama. Dalam tubuh makhluk hidup, mikroplastik dapat terakumulasi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, juga berdampak terhadap kesehatan. Dalam jangka panjang, paparan mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ di dalam tubuh, yang dapat berpotensi mengganggu sistem kekebalan tubuh. Mikroplastik telah mulai terakumulasi di lingkungan sejak manusia pertama kali menggunakan plastik, terutama setelah produksi plastik dimulai pada pertengahan abad ke-20. Plastik pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-20, Setelah Perang Dunia II, produksi plastik meningkat drastis dan menjadi bahan utama dalam berbagai produk konsumen. Sebagian besar jenis plastik, terutama kemasan, cenderung sulit terurai dan mengalami degradasi akibat paparan sinar matahari, sehingga menghasilkan partikel mikroplastik. Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik sudah ada di lautan sejak tahun 1970-an, dengan meningkatnya volume sampah plastik yang dibuang ke lingkungan. Mikroplastik juga mulai ditemukan di dalam tubuh hewan laut sejak akhir 1980-an, dan kini telah terdeteksi di dalam tubuh manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa mikroplastik telah terkumpul selama beberapa dekade sebagaimana efek dari pengelolaan plastik yang kurang optimal dan terus berkembang seiring dengan konsumsi plastik global yang semakin meningkat.

    Kondisi mikroplastik secara global semakin memprihatinkan, dimana partikel plastik ini telah ditemukan di berbagai ekosistem, seperti laut, sungai, tanah, udara hingga di dalam tubuh manusia. Sebagian besar mikroplastik berasal dari proses degradasi plastik besar yang telah dibuang ke lingkungan, serta dari berbagai produk seperti kosmetik. Mikroplastik juga mengancam kehidupan laut, karena partikel ini dapat masuk ke dalam tubuh hewan melalui konsumsi makanan, yang dapat mengganggu kesehatan mereka, serta berpotensi merusak rantai makanan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia, bahkan menduduki peringkat kedua dunia. Menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) sangat mengejutkan bahwa Indonesia pun tidak kurang dari 64 juta ton sampah dihasilkan setiap tahunnya, atau setara dengan 3,2 juta ton. Sebagai tanggapan global, di berbagai negara telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak plastik, termasuk melalui pengurangan penggunaan plastik, mengadakan kampanye tahapan daur ulang, serta larangan terhadap produk-produk yang berkontribusi pada mikroplastik. Di tingkat nasional, di berbagai negara, seperti Eropa, Australia, dan beberapa negara Asia, telah menetapkan kebijakan yang lebih ketat terkait sampah plastik dan pengelolaan limbah. Sementara itu, di Indonesia juga berupaya dalam mewujudkan program pengelolaan sampah yang lebih baik. Meski demikian, penanganan masalah mikroplastik masih menghadapi tantangan besar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi plastik yang terus meningkat dengan terbatasnya teknologi untuk mengurangi mikroplastik di lingkungan.

   Masyarakat di Indonesia, terutama Wilayah khususnya di Daerah Padang, dapat mengambil berbagai langkah untuk mitigasi mikroplastik dengan mengubah kebiasaan hidup sehari-hari. Salah satu tindakan utama yang bisa dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan plastik, serta beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan dengan produk berbahan dasar alami atau mudah terurai. Selain itu, penting untuk memprioritaskan daur ulang sampah plastik dengan memisahkan limbah plastik di rumah serta mendukung program pengelolaan sampah yang ada di daerah tersebut. Dengan mengadakan kampanye tentang edukasi bahaya mikroplastik untuk mengurangi sampah plastik yang dapat dilakukan di lingkungan sekitar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Masyarakat juga bisa terlibat dalam kegiatan gotong royong, dengan melakukan konservasi terhadap pengumpulan sampah plastik di lingkungan sekitar, sehingga dapat mengurangi jumlah plastik yang tercemar di alam. Serta mendorong pemerintah daerah untuk mengadakan kebijakan yang lebih ketat terhadap permasalahan pengurangan plastik dengan menyediakan fasilitas daur ulang juga sangat penting untuk menciptakan perubahan yang lebih besar dalam mitigasi mikroplastik khususnya di Wilayah Sumatera.

   Mikroplastik berbahaya karena keberadaannya dialam dapat mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan makhluk hidup yang dapat terbentuk dari degradasi plastik yang tidak dapat terurai secara alami. Mikroplastik telah terbukti dapat menyebabkan kerusakan pada organisme laut, yang mengganggu sistem pencernaan, serta dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan terhadap mikroplastik dengan melakukan upaya untuk mengurangi, mengelola, serta menghilangkan mikroplastik dari lingkungan. Konservasi yang tepat harusnya difokuskan pada pelestarian alam yang sehat dan bebas dari pencemaran mikroplastik, untuk memastikan masa depan yang lebih bersih dan aman bagi generasi mendatang.

   Mikroplastik menjadikan ancaman tersembunyi yang tidak seharusnya dibiarkan untuk merusak bumi. Dalam upaya konservasi, saya menyakini bahwa mikroplastik yang berbahaya dapat dicegah melalui tindakan masyarakat yang optimal serta tepat sasaran terhadap mikroplastik. Meskipun mikroplastik sendiri tidak bisa dilestarikan secara nyata, namun dengan adanya peran masyarakat mikroplastik ini dapat dihentikan. Saatnya sekarang ini untuk bertindak, bukan hanya untuk melindungi alam, tetapi untuk melakukan upaya konservasi yang lebih efektif pada generasi yang akan datang. Dengan adanya partisipasi dan kebijakan yang terstruktur maka mikroplastik akan mudah dikendalikan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS